Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Guru

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Dilema Reuni Ramadan

14 Maret 2024   05:30 Diperbarui: 14 Maret 2024   05:32 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilema Reuni Ramadan
fimela.com

Oleh: Krisanti_kazan

Setiap tahun, bulan Ramadan datang dengan kehangatan tersendiri. Selain menjadi waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Ramadan juga menjadi momen yang sangat istimewa untuk bersilaturahmi dan berkumpul bersama keluarga serta teman-teman tercinta. Salah satu tradisi yang sangat dinantikan adalah buka puasa bersama, di mana kita berbagi kebahagiaan dan kebersamaan.

Teringat kenangan belasan tahun silam saat berbuka puasa bersama teman lama. Pertemuan itu tidak hanya sekedar berkumpul untuk memenuhi kebutuhan fisik setelah seharian berpuasa, tetapi juga untuk mengenang masa lalu dan menguatkan tali persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun. 

Saat bertemu dengan teman-teman lama, terdapat kegembiraan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Seolah-olah waktu berputar mundur dan kita kembali merasakan kehangatan dan keceriaan masa lalu. Setiap candaan, tawa, dan cerita mengalir begitu alami, seakan tidak ada jarak dan waktu yang memisahkan.

Di atas meja berjejer aneka hidangan lezat yang kami persiapkan dengan penuh keceriaan. Tak lupa, segelas air dan kurma sebagai penanda waktu berbuka puasa. Saat azan maghrib berkumandang, rasa lapar yang membelenggu sepanjang hari seolah-olah sirna dalam sekejap. 

Namun, yang lebih berharga adalah momen ketika kami duduk bersama-sama, menyantap hidangan dengan penuh syukur dan berbagi cerita tentang perjalanan hidup masing-masing.

Tak hanya itu, buka puasa bersama teman lama juga menjadi ajang introspeksi diri. Melalui percakapan yang terbuka dan jujur, kami saling mengingatkan akan pentingnya menjaga akhlak dan meningkatkan kualitas diri sebagai hamba Allah SWT. Dengan saling mendukung dan memberi motivasi, kami berusaha untuk menjadi individu yang lebih baik dari hari ke hari.

Saat waktu berbuka puasa berakhir dan kita bersiap untuk menunaikan shalat maghrib bersama, hati ini dipenuhi dengan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bukan hanya nikmat berupa hidangan lezat di atas meja, tetapi juga nikmat memiliki teman-teman lama yang selalu hadir dalam setiap langkah kehidupan.

Buka puasa bersama teman lama bukan hanya sekedar ritual tahunan, tetapi juga menjadi momen berharga yang membawa berkah dan kebahagiaan. Di antara derasnya kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan, pertemuan ini menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk terus berjalan di jalan yang lurus dan membawa kebaikan bagi diri sendiri serta orang-orang di sekitar.

Kenangan belasan tahun silam tersebut sepertinya akan tetap menjadi kenangan di tahun ini. Apalagi tema pesan yang masuk bulan ini seperti:

Kapan mudik?
Bisa buka puasa bersama gak?
Buruan cari tiket mudik!

Begitulah kira-kira isi pesan yang masuk melalui chat Group Whatsapp dan komen di postingan media sosial setiap bulan Ramadan selama hampir 15 tahun ini. Iya, selama itu lho saya selalu tidak bisa memenuhi keinginan untuk buka puasa bersama teman lama saya di Jabodetabek. Saat ini saya tinggal di dalam site perkebunan tebu yang memproduksi gula. Jarak menuju kota terdekat (Bandar Lampung) sekitar 3 jam perjalanan dengan mobil dalam kondisi lalu lintas yang sangat lancar berjarak sekitar 136 km. Beginilah nasib perantau di pulau seberang yang waktu liburpun sering kali tidak ada waktu bertemu mereka karena waktu mudik yang habis untuk acara keluarga dari rumah orangtua, kakak, adik, oom, dan saudara lainnya. Bukan sok sibuk, tapi memang seperti itu adanya. Hikss

Sebelum menikah dan ketika masih tinggal di Depok, saya termasuk yang aktif bertemu teman-teman lama untuk sekadar makan siang bersama atau buka puasa bersama saat Ramadan. Benar-benar tipe anak nongkrong yang senang bertemu banyak orang. Hal ini sangat berbeda jauh saat ini, dimana saya sangat menikmati waktu bersama keluarga kecil walau hanya di rumah saja melakukan berbagai aktivitas. Sepertinya sudah sangat puas melewati masa-masa tersebut alias memang prioritas saat ini sudah jauh berbeda dengan masa silam. Ini adalah salah satu konsekuensi pejuang LDM (Long Distance Marriage) yang sudah pasti ada banyak pertimbangan untuk mengisi waktu libur yang lebih bermakna.

Baca juga: Cinta yang Menembus Jarak: Long Distance Marriage sebagai Pilihan Hidup

Bagaimana dengan agenda buka puasa bersama teman lama tahun ini? Sepertinya sudah bisa ditebak ya.hehee

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun