Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta
Dress Turki, Kremasi, dan Cinta dari yang Maha Cinta
"Kamu juga tampan, Calvin." Corry balas memuji dengan tulus, memandang lekat-lekat wajah Calvin.
Calvin tertawa mendengarnya. "Pria penyakitan, mandul, dan nyaris botak begini kamu bilang tampan?"
"Kamu tetap tampan, Calvin. Dalam keadaan sakit sekalipun. Seriously...bukan hanya aku yang bilang begitu. Ingat kata teman-teman kita dan para bikhu yang menjengukmu waktu kamu kemo yang keenam?"
Hangatnya interaksi mereka membuat jauhnya perjalanan tak terasa. Tiba di vihara, Calvin bergabung dengan umat Buddha lainnya yang bersiap melakukan kebaktian. Sosok Corry dalam balutan dress Turkinya nampak mencolok di antara kumpulan wanita Tionghoa yang memakai Cheongsam. Seluruh mata tertuju padanya. Semua sepakat mengagumi kecantikan Corry.
Dari awal, Calvin dan Corry telah menginspirasi banyak orang. Pernikahan antara Tionghoa dan Turki. Pernikahan di atas perbedaan Islam dan Buddha. Tak sampai di situ. Mereka pun menjalani pernikahan sunyi tanpa anak. Sejak Calvin sakit, kekaguman orang-orang kian membuncah.
Corry menunggu, dengan sabar. Tetiba di tengah prosesi kebaktian, Calvin mendekati istrinya. Memeluk Corry erat, lalu berbisik.
"Corry, aku ingin dikremasi saat meninggal nanti."
**
Andaikan kabut tak menyulam hari hingga berlarut-larut
Andaikan hidup ada harapan
Mencintaimu sebagai bagian terindah di hidupku