Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.
Ramadan 2020, Semoga Virus Corona Musnah
Ramadan 2020 terasa berbeda. Semua harapan Ramadan seolah mengambang dikarenakan munculnya Virus Corona. Apa harapan Ramadan saya? Sederhana saja. Saya ingin menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan semarak seperti tahun-tahun kemarin. Juga ingin menutup Ramadan dengan Idul Fitri yang berkesan. Mudik ke rumah orangtua dan mertua di kampung.
Anak-anak saya sejak awal masuk bulan Ramadan sudah mengeluh. Yah, nanti nggak dapat uang lebaran dong karena nggak mudik. Sebagaimana halnya anak-anak lain, kalau lebaran mereka mendapatkan uang lebaran dari Kakek, Nenek, Bibi, Mamang, dan saudara-saudara lainnya karena sudah tamat puasa. Tahun ini kami tidak bisa mudik karena aturan pemerintah. Jadi sudah pasti tidak bisa bertemu dengan keluarga besar.
Ramadan 2020 juga terasa berbeda karena tidak ada keramaian saat berbuka puasa dan tarawih. Pemerintah juga melarang salat tarawih di masjid dan kegiatan kumpul-kumpul, salah satunya ya berbuka puasa bersama. Tahun kemarin, saya beberapa kali berbuka puasa bersama teman-teman blogger. Sekarang? Tentu tidak bisa. Kita harus di rumah saja untuk mengurangi penyebaran virus Corona.
Harapan saya di Ramadan 2020 ini tentu saja ingin virus Corona segera musnah. Saya ingin kehidupan kembali berjalan normal seperti dulu. Bisa bersilaturahim lebaran ke rumah orangtua dan mertua. Bisa salat Idul Fitri di lapangan bersama ratusan orang lainnya.
Namun, sebenarnya Ramadan 2020 ini terasa lebih khusyuk dan berkesan. Apa saja penyebabnya?
Beribadah bersama Keluarga
Kami memiliki waktu beribadah yang berkualitas karena suami bekerja dari rumah akibat pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk mencegah penularan virus corona. Dulu, suami hanya berbuka puasa di rumah saat akhir pekan karena masih di kantor. Kini setiap hari suami buka puasa di rumah. Ramadan di rumah kami semakin semarak. Saya tidak hanya berbuka puasa bersama anak-anak, yang sebenarnya terasa sepi kalau tidak ada bapaknya anak-anak. Kami juga bisa salat tarawih bersama-sama dengan diimami suami. Dulu saya yang menjadi imam anak-anak.
Beribadah Lebih Ikhlas
Ketika anak-anak mengeluh karena tidak dapat uang lebaran akibat tidak mudik, saya mengajarkan tentang keikhlasan beribadah. Puasa itu bukan semata untuk mendapatkan uang lebaran. Alhamdulillah anak-anak dapat mengerti. Mereka bisa berpuasa dengan ikhlas tanpa mengharapkan uang lebaran.
Mampu Menahan Nafsu Makan Berlebihan
Biasanya walaupun berpuasa, kita akan berlebihan makan saat berbuka. Kini kita benar-benar diajak untuk menahan diri dalam berlebihan berbelanja karena kondisi ekonomi yang pas-pasan akibat virus Corona. Jadi, buka puasa dengan makan secukupnya dan seadanya. Uang yang ada harus dihemat karena masa depan belum pasti selama virus Corona masih menghantui. Kita harus hemat dan menabung.
Tidak Ingin Cepat-cepat Lebaran
Lucunya setiap memasuki Ramadan, kita sudah ingin cepat-cepat Lebaran. Ingin beli kue lebaran, baju lebaran, dan belanja keperluan lebaran. Sekarang? Saya merasa tidak bersemangat untuk berbelanja keperluan lebaran karena toh tidak mudik dan tidak ada tamu juga. Puasa pun tidak disibukkan dengan memikirkan kebutuhan lebaran. Bisa puasa dengan sehat saja sudah jadi kebahagiaan, ketika banyak orang yang dirawat di rumah sakit karena virus Corona.
Berpuasa Sebaik-baiknya
Meskipun virus Corona bisa disembuhkan, tetapi jumlah kematian juga tak bisa dipandang sebelah mata. Tentu saya berharap puasa Ramadan tahun ini bukan yang terakhir kalinya, tetapi dengan banyaknya kabar kematian belakangan ini, siapa yang bisa menjamin apakah tahun depan kita bisa berjumpa kembali dengan Ramadan. Jadi, sebaik mungkin menjalankan ibadah puasa Ramadan seakan-akan tahun ini adalah kesempatan kita yang terakhir.
Kemaksiatan berhasil Ditekan
Virus Corona memaksa setiap orang untuk tetap di dalam rumah. Barangkali memang masih ada orang yang nakal, tapi jumlahnya berkurang. Alhasil, kemaksiatan juga berhasil ditekan karena sudah sedikit orang yang kumpul-kumpul di luar. Selain juga karena pemberlakuan PSBB.
Ramadan Tanpa Pro-Kontra
Setiap tahun di bulan Ramadan, kita selalu dihadapkan pada Pro-Kontra apakah rumah makan boleh buka di bulan Ramadan. Tahun ini, tidak terdengar perdebatan soal itu karena rumah makan harus tutup untuk menghindari penyebaran virus Corona. Tidak boleh menerima pelanggan yang makan di tempat. Hanya boleh untuk dibawa pulang. Jadi, alhamdulillah tidak ada orang-orang yang bertengkar soal rumah makan yang buka di bulan Ramadan.
Semangat Berbagi
Kehadiran virus Corona menyebabkan banyak pengangguran baru akibat gelombang PHK massal karena peraturan PSBB. Banyak orang yang tiba-tiba menjadi miskin, karena penghasilannya berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali akibat virus Corona. Akan tetapi di sisi lain, banyak orang yang berbondong-bondong bersedekah mengulurkan tangan untuk membantu.
Barangkali kehadiran virus Corona memang dihadirkan untuk mengajak kita berkontemplasi akan arti hidup yang sebenarnya. Apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Virus Corona di bulan puasa mengajarkan kita untuk mendapatkan makna puasa yang sesungguhnya. Merasakan lapar yang sesungguhnya. Sebab, puasa itu sebenarnya ingin mengajarkan kita menjadi umat yang sederhana, ikhlas, tidak boros, dan mau berbagi.
Namun, tentu saja saya tetap berharap virus Corona musnah dan dapat berlebaran seperti tahun lalu. Terutama berkumpul kembali bersama keluarga besar di kampung, karena tiada yang lebih indah selain silaturahim keluarga besar. Semoga setelah virus Corona musnah, kita masih memiliki semua sikap baik itu. Cukuplah virus Corona menjadi pembelajaran kita.