Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤
Puasa Kok Sedikit-sedikit Marah, Nanti Sedikit-sedikit Juga Pahalanya lho!
Soal pahala memang bukan urusan kita, hanya DIA yang Maha Tahu. Hak Prerogatif Allah Swt.
Selain menahan diri dari lapar dan haus, puasa juga menyuruh kita untuk menahan emosi yang satu ini. Marah. Sifatnya yang manusiawi, membuat marah bisa menghampiri siapa saja. Namun yang membedakannnya adalah bagaimana orang tersebut menyikapi kemarahan yang ia alami. Apakah menghadapinya dengan mencak-mencak atau tetap kalem dan lemah lembut.
Pemicu Kemarahan Saat Puasa
Ada banyak pemicu kemarahan, baik itu berasal dari internal (diri kita sendiri) atau eksternal (faktor luar, faktor lingkungan). Faktor internal yang bisa membuat kita jadi marah salah satunya bisa muncul karena puasa, yaitu rasa lapar. Ya, pernah ingat sebuah iklan yang mengatakan "Loe rese kalau lagi laper..." Begitulah sifat alami kita yang sudah diwarisi nenek moyang secara turun temurun, kita yang lapar menjadi mudah marahan dan menyebalkan.
Namun, seiring tubuh mulai membiasakan pola makan dan minum yang berubah selama puasa. Biasanya rasa lapar makin hari makin bisa ditekan karena tubuh sudah menyesuaikan. Jadi jangan bawa-bawa laparmu berpuasa jadi marah yang halal,ya.
Hal lain yang memungkinkan menjadi pemicu kemarahan selama puasa adalah kurang tidur. Kurang tidur sering kali membuat kita menjadi sulit berkonsentrasi dan membuat kita jadi mudah tersinggung. Jadi mudah berprasangka yang tidak-tidak lalu marah ikut muncul. Duh, susah.
Baca Juga : Mengatur Tidur, Sebuah Tantangan Selama Bulan Ramadan
Sedangkan faktor luar bisa karena orang-orang di sekitar kita. Seperti anak yang bandel, siswa yang nakal, kakak/adik yang jahilnya kebangetan, teman yang ingkar janji, dituduh yang tidak-tidak oleh orang yang tidak kenal atau pasangan yang mengatakan "terserah" ketika disuruh memilih baju warna hijau botol atau hijau tosca. Kezel.
Ya, banyak hal-hal disekitar kita yang teryata bisa memunculkan rasa marah. Baik yang levelnya sebenarnya untuk kebaikan seperti siswa yang nakal karena tidak mengerjakan pekerjaaan rumah dan level yang ekstrem yaitu tiba-tiba ngamuk dengan tetangga hanya karena dengar omongan katanya membicarakan aib kita,misalnya saja. Atau yang marahnya zaman sekarang, hanya karena status si dia yang tidak seperti pendapat kita. Duh.
Padahal semua bisa dibicarakan baik-baikkan?
Cara Menghadapi Marah yang Datang, Ingatlah dan Katakan : "Saya sedang Puasa"
Meski sifatnya memang manusiawi, bukan berati kita harus takluk pada setiap amarah yang kita alami. Ya, apalagi di bulan Ramadan, di bulan kita menjalankan salah satu rukun islam bernama puasa.
Puasa yang mengajarkan bukan soal makan minum saja yang diperhatikan, tetapi juga tingkah laku dan ucapan. Seperti dalam menghadapi rasa marah yang harus bisa kita kendalikan agar tak jadi merugikan terutama untuk diri sendiri.
Salah satu yang diajarkan oleh Nabi seperti yang dikutip dari konsultasisyariah.com menyebutkan bahwa apabila kita dihina, dimaki orang lain atau diajak berkelahi, agar kita tetap bersabar menahan diri dan menyampaikan kepada lawan bicara: "Saya sedang puasa." Sehingga lawan bicara tahu bahwa kita tidak membalas kedzaliman bukan karena lemah atau tidak mampu tapi karena sikap taqwa kepada Allah Swt.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa marahnya orang berpuasa memang tidak membatalkan puasa seseorang. Namun, bisa jadi mengurangi pahala puasa yang kita lakukan. Kan sayang. Belum lagi marah-marah juga bisa membuat kita jadi memiliki musuh. Musuh yang akhirnya membuat kita saling seteru. Beradu.
Bukankah 1 musuh terlalu banyak sedangkan 1000 teman masih sedikit? Semoga kita adalah golongan orang yang meski marah tetapi tetap bisa mengendalikan diri . Dan..bukan hanya saat puasa saja, melainkan juga nanti-nanti. Aamiin.
Insha Allah, ketika kita berhasil menghadapi, kemenangan seutuhnya sudah menanti. Di Idul Fitri.
Salam,
Listhia H. Rahman