tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima
Refleksi atas Cerita yang Dituturkan KH Zainuddin MZ
Almarhum KH Zainuddin MZ, dai sejuta umat yang begitu populer di era 80 hingga 90-an itu ceramahnya selalu ditunggu-tunggu baik di radio maupun televisi. Bahkan kasetnya pun sangat laris bersanding dengan kaset penyanyi top tanah air.
Kepiawaian sang mubalig tanah Betawi dalam bertutur sering pula diselipi dengan humor khas gaya Betawi yang ceplas-ceplos. Dakwahnya diakui menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Dan pastinya akan memberi kesan yang mendalam bahkan akan selalu diingat.
Seperti kisahnya tentang seekor serigala dan buah anggur yang pernah penulis dengar di radio. Sebuah amsal, perumpamaan tabiat manusia di sekitar kita. Dan kisah ini coba dipapar ulang dengan versi penulis sendiri. Tanpa mengurangi konteks cerita.
"Dikisahkan seekor serigala sedang berjalan di tengah hutan. Sepanjang jalan, hewan pemburu ini tak menjumpai satu pun mangsa untuk mengisi perutnya. Hingga ia pun memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon.
Perut kosong yang tak bisa diajak kompromi membuatnya gelisah. Matanya mengamati sekeliling, siapa tahu ada kelinci, burung, ataupun hewan kecil yang melintas. Namun sepertinya semua sia-sia.
Sampai beberapa waktu kemudian matanya tertumbuk pada buah-buah yang menggantung di sebuah pohon persis di depannya. Buah yang nampak ranum dan segar dengan warna merahnya yang menggoda.
Sepertinya buah yang enak, gumam sang serigala. Ia pun berjalan mendekati pohon anggur yang cukup tinggi itu. Diputarinya pohon yang nampak kokoh itu. Siapa tahu ada buahnya yang jatuh. Sayang dugaannya salah. Tak ada satu pun buah anggur yang yang jatuh di sekitarnya.
Sang serigala mencoba melompat untuk meraih buah anggur yang lebat itu. Namun pohon itu cukup tinggi bagi dirinya.
Mungkin harus dengan cara lain. Akhirnya ia mengambil ancang-ancang untuk menubruk pohon agar bergoyang dan membuat buahnya jatuh. Sayang, pohon itu tetap bergeming. Sekencang apapun si serigala menubruknya.
Akhirnya sang serigala mengambil sebatang ranting dan mencoba untuk meraih kembali buah anggur nan ranum itu. Tetap saja batang ranting itu tak menolongnya karena tak cukup tenaga kala dipukulkan pada ranting buah.
Dengan menahan rasa kecewa, geram, marah, sang serigala pun pergi sambil menggerutu kesal. Dasar buah anggur jelek! Dasar buah anggur pahit! Dasar buah anggur masam! Terus saja sang serigala itu mengomel sambil menjelek-jelekkan buah anggur".
Cerita sederhana yang dituturkan mendiang KH Zainuddin MZ itu tentu secara tersirat penuh makna untuk kita renungkan. Terutama diakhir-akhir bulan Ramadan yang penuh berkah ini.
Setidaknya ada tiga pelajaran (ibrah) yang dapat kita ambil dari cerita tersebut. Pertama, mengukur kemampuan diri. Ketertarikan serigala pada buah anggur ibarat keinginan kita pada sesuatu hal. iPhone umpamanya. Tidak ada yang salah dengan keinginan memiliki barang eksklusif tersebut. Namun tetaplah harus mengukur kemampuan dari penghasilan yang kita dapat. Sebab salah-salah kita bisa terjerumus untuk melakukan segala cara (korupsi, penggelapan) demi memenuhi nafsu hedonistik kita.
Kedua, jangan terlalu mudah menyalahkan pihak lain. Apalagi pihak yang kita tuduh itu tidak melakukan hal yang merugikan kita. Tuduhan serigala pada buah anggur yang disebutnya jelek, pahit, masam adalah kebiasaan kita manakala tidak berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan atau 'kalah' dalam persaingan. Tidak suka melihat keberhasilan orang lain. Bahkan yang lebih parah kita kerap melakukan playing victim, seolah-olah kita adalah korban. Biasanya isu SARA yang kerap digoreng menunjukkan perilaku itu masih terjadi.
Ketiga, berikhtiar jangan putus asa. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh serigala adalah sebuah ikhtiar ketika dia melompat, menubruk, dan menggunakan ranting untuk mendapatkan buah anggur itu. Sayangnya ketika cara-cara itu tak membuahkan hasil, kekecewaan dan rasa frustrasi menjadi dominan. Padahal bisa jadi rezeki kita bukan di sana, tetapi ada di tempat lain.
I'tibar (mengambil pelajaran) pada kisah sederhana itu relevan pula dengan perintah puasa. Ada tantangan untuk menahan hawa nafsu selain menahan lapar dan dahaga dalam berpuasa. Namun godaan hawa nafsu itu bak anggur yang ranum menggoda. Karena tanpa sadar kita seringkali terpeleset untuk pamer kemewahan berbuka dengan meng-upload di status medsos kita. Sementara Kanjeng Rasul pernah mengingatkan, kalau wangi masakan kita sampai tercium oleh tetangga, tambahkanlah air agar kita bisa berbagi dengan mereka yang mencium wanginya masakan kita.
Bogor, 12 April 2023