Mahir Martin
Mahir Martin Guru

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mimpi dan Tahannuts

5 April 2022   18:47 Diperbarui: 5 April 2022   18:55 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimpi dan Tahannuts
Kitab Shahih Bukhari (sumber: muslim.or.id)

Ramadan Hari ketiga. Hari ini kita masih akan membahas Kitab Shahih Bukhari, tepatnya hadits ketiga, bab pertama tentang permulaan wahyu. Berikut teks haditsnya:

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, Telah menceritakan kepada kami dari Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari Aisyah -Ibu Kaum Mukminin-, bahwasanya dia berkata: Permulaan wahyu yang datang kepada Rasulullah SAW adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya Subuh.

Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali.

Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, malaikat datang seraya berkata, "Bacalah?"

Beliau menjawab, "Aku tidak bisa membaca."

Nabi SAW menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi, "Bacalah!"

Beliau menjawab, "Aku tidak bisa membaca."

Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi, "Bacalah!"

Beliau menjawab, "Aku tidak bisa membaca."

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah."

Nabi SAW kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khuwailid seraya berkata, "Selimuti aku, selimuti aku!"

Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada Khadijah, "Aku mengkhawatirkan diriku."

Maka Khadijah berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, karena engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim."

Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta.

Khadijah berkata, "Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini."

Waroqoh berkata, "Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kamu alami?"

Maka Rasulullah SAW menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waroqoh berkata, "Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu."

Rasulullah SAW bertanya, "Apakah aku akan diusir mereka?"

Waroqoh menjawab, "Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku."

Waroqoh tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu.

Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al-Anshari bertutur tentang kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah SAW ceritakan, "Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: Selimuti aku. Selimuti aku."

Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: "Wahai orang yang berselimut" sampai firman Allah "dan berhala-berhala tinggalkanlah". Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata, dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri. (HR. al-Bukhari: 3)

Hadits ketiga ini menceritakan awal mula bagaimana Rasulullah SAW menerima wahyu di gua hira.

Diceritakan bahwa Rasulullah SAW sebelum menerima wahyu sering bermimpi. 

Di dalam hadits yang lain Rasulullah mengatakan ada tiga jenis mimpi.

Pertama, mimpi yang merupakan berita kebenaran dari Allah SWT, ru'yas sholihan.

Kedua, mimpi yang disebabkan karena alam bawah sadar kita. Misalnya, permasalahan kehidupan yang terkadang terbawa mimpi. Biasa juga diistilahkan sebagai kembang tidur.

Ketiga, mimpi sebagai salah satu godaan setan.

Mimpi para Nabi adalah mimpi yang mengandung kebenaran dari Allah SWT. Mimpi juga digunakan sebagai salah satu media penurunan wahyu.

Salah satu contoh mimpi Nabi adalah mimpi Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail (QS As-Saffat: 102).

Bagaimana mimpi kita? Pastinya, kita bukan Nabi. Mimpi kita belum tentu datangnya dari Allah SWT. Oleh karenanya, kita tidak boleh berlebihan dalam menyikapi persoalan mimpi.

Mimpi yang benar memiliki standar. Standarnya, isyarat mimpi harus sesuai dengan syariat, yaitu Al-Quran dan Hadits. 

Misalnya, kita bermimpi bertemu keluarga kita yang telah meninggal dan memerintahkan kita untuk menjaga shalat. Maka mimpi seperti ini adalah mimpi yang benar.

Selain mimpi, dalam hadits dikatakan bahwa Rasulullah SAW diberikan kecintaan untuk bertahannuts

Bertahannuts artinya beribadah berwaktu malam. Bertahannuts bukan berarti bertapa dan berdiam diri.

Ketika bertahannuts, Nabi terkadang sering pulang ke rumah, setelah beberapa malam. Bahkan, terkadang Nabi menyempatkan diri untuk bertawaf. 

Di lain waktu, Nabi menyempatkan memberi sedekah kepada fakir miskin dengan sisa bekal yang dibawanya.

Lantas, mengapa Nabi bertahannuts? Ada teori yang mengatakan bahwa tahannuts adalah tradisi orang-orang sholeh pada zaman itu.

Tahannuts dilakukan agar seseorang tidak terpapar masyarakat jahiliyah yang sudah berlebihan. Kemusyrikan sudah melewati batas, sehingga sulit untuk didakwahi.

Setelah Nabi mendapat perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, Nabi meninggalkan tahannuts. Nabi turun bergumul di kehidupan bermasyarakat, memberi penjelasan, menasehati, dan mengajak kepada jalan kebenaran.

Di zaman sekarang, kita juga tidak dianjurkan menyepi, berdiam diri, dan lari dari realitas masyarakat. Kita tidak bisa mengatakan bahwa keburukan dan kemusyrikan telah melampaui batas. 

Jangan sampai kita jatuh kepada jurang kesombongan. Merasa diri atau kelompok kita yang paling benar, dan menyalahkan yang lain.

Namun, kini ada fenomena dunia maya yang terkesan telah melampaui batas. Kita menghadapi banjir informasi yang umumnya kurang baik.

Oleh karenanya, jika kita puasa dari media maya, khususnya media sosial, hal itu akan menjadi baik. Jika kita tidak bisa memfilter informasi di media sosial, maka menjaga diri darinya perlu dilakukan.

Untuk sementara pembahasan kita cukupkan disini. Besok akan kita bahas lanjutan kandungan hadits yang cukup panjang ini.

-Bersambung-

* Refleksi Kajian Ramadan Masjid Inti Iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun