Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com
Ramadan Berakhir, Bagaimana Refleksi Amalan Kita?
Tidak terasa, umat muslim sudah di penghujung bulan Ramadan. Setiap yang diawali pasti mesti diakhiri. Ramadan ibarat kapal pesiar yang singgah sementara waktu di sebuah pulau.
Ketika kapal singgah, kita diberi waktu untuk turun menikmati keindahan pulau. Ada yang terkesima sampai lupa akan tujuan sebuah pemberhentian. Sehingga, momen untuk mengumpulkan oleh-oleh terlewatkan tanpa disadari.
Begitulah Ramadan, selama lebih kurang 29-30 hari setiap muslim sudah menjalankan puasa. Namun, adakah kita sudah melakukan amalan-amalan yang akan kita bawa pulang ke akhirat?
Amalan seperti shalat, sedekah, dan lain-lain yang bisa kita bawa pulang saat Ramadan pergi. Seringkali, begitu Ramadan berakhir, maka momen puasa hilang tanpa bekas. Alhasil, amalan yang seharusnya menjadi "oleh-oleh" terlupakan.
Adapun khatib pernah berujar bahwa di sepuluh yang akhir ramadan hendaknya digunakan untuk memperbanyak amalan. Faktanya, menjelang berakhirnya Ramadan, toko baju sesak dipenuhi pengunjung untuk merayakan hari raya.
Padahal, hakikat kemenangan di hari raya bukanlah pada meriahnya lebaran dengan baju baru atau kue-kue yang berjejer rapi.
Sebaliknya, hari raya adalah sebuah simbol kemenangan bagi yang sudah berhasil menahan lapar, hawa nafsu, dan konsisten melakuka amalan selama bulan Ramadan.
Jika ingin melihat sesukses apa seseorang di bulan Ramadan, maka lihatlah kualitas amalan sesudah bulan Ramadan. Ramadan adalah momen intropeksi dan refleksi diri terhadap kualitas amalan.
Sadar atau tidak, selama Ramadan kuantitas amalan tergambar dalam diri seorang muslim. Bukan hanya itu, inti dari amalan yang sudah rutin dijalankan adalah pada kualitas yang terkandung di dalamnya.
Berbicara kualitas, seorang muslim perlu merujuk kembali pada niat. Sejauh mana niat beribadah benar-benar karena Allah dan tidak terbesit niat karena manusia.
Intinya, kualitas amalan hanya kita dan Allah yang mengetahuinya secara pasti. Kita boleh menipu orang lain dengan kuantitas amalan, tapi tidak dengan kualitasnya.
Kembali pada judul tulisan, bagaimana refleksi amalan kita?
Sebagai muslim yang baik, hendaknya meluangkan waktu beberapa menit saja di penghujung Ramadan yang penuh berkah ini untuk melakukan refleksi berupa flash back amalan yang sudah kita lakukan selama 29-30 hari ini.
Adakah amalan tersebut fokus pada kuantitas atau kualitas? seberapa ikhlas niat kita dalam beramal?
Esok hari ketika hari raya tiba, berniatlah untuk setidaknya menjaga amalan yang sudah konsisten kita lakukan selama Ramadan. Jangan sampai, amalan kita juga kandas ketika Ramadan berakhir.
Tetaplah menjaga shalat fardhu berjamaah, konsistenlah bersedekah dan membantu sesama. Terlebih, sisihkan harta untuk orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.
Setiap amalan pasti memiliki kelebihan masing-masing. Jangan sekedar mengejar keutamaan amalan namun lupa esensi dari beramal. Sebuah kebiasaan yang baik dan rutin kita lakukan untuk membantu sesama hendaknya kita utamakan.
Sebagai penutup tulisan ini, mari sama-sama kita tetap konsisten melanjutkan amalan di bulan-bulan berikutnya. Beramallah sekecil apapun dengan kadar kemampuan kita.
Mohon maaf lahir dan bathin untuk semua sahabat penulis Kompasiana.