Megawati Sorek
Megawati Sorek Guru

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa, Kok Makan Bangkai?

25 Maret 2023   11:17 Diperbarui: 25 Maret 2023   12:51 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa, Kok Makan Bangkai?
Dokpri : Koleksi Foto Megawati Sorek

Zaman sekarang setiap kita sudah gandrung bermain dan ikut eksis pada dunia Maya. Berbagai hal bisa saja ada pada media sosial. Berita informasi, ilmu pengetahuan maupun hiburan. Kebanyakan dari kita menjadikan media sosial sebagai sumber mencari informasi. Di media sosial kita pun akan mudah, melakukan komunikasi, berbagi, menciptakan karya, maupun rekam jejak digital dan virtual. Sebut saja melalui You Tube, Whatatsapp, Facebook, Tiktok, Line, Twitter, Reddit, Pinterest dan Tumblr.

Kapan saja kita bisa mengakses asalkan ada paket data internet. Artinya tak dapat disangkal kebutuhan ini sudah menjadi hal yang pokok bagi semua orang. Selain itu penawaran dari berbagai produk operator yang ditawarkan juga beragam dengan kelebihan masing-masing.

Pernah dengar jargon "Bijaklah bermedia sosial" hal ini benar karena banyaknya ditemui fenomena yang berujung ke jeruji besi karena statement maupun komentar yang negatif. Hujatan dan makian serta pencemaran nama baik. Selain itu banyak tindak kejahatan juga melalui media sosial. Jari kita kadang gatal untuk mengetik menyuarakan gagasan, ide, pandangan yang bisa saja berujung fatal.

Ucapan lisan maupun tulisan kita hendaknya berisi hal yang bermanfaat, hindarilah pembicaraan yang asal. Terkadang lebih baik memilih diam untuk menghindari agar tidak terjadi hal-hal yang di luar batas.

Agama Islam jelas menyatakan dalam Al-Quran dalam surat Qaf ayat 18 yang artinya adalah :

"Tiada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

Ditambah pada surat Al-Fajr ayat 14 dinyatakan "sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi."

Hadish shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra. Artinya

 "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah jika berbicara, berbicara yang baik atau diam saja."

Dipertegas lagi oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy'ari ra pun artinya adalah

"Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah siapa di antara kaum muslimin yang paling utama? Beliau menjawab orang yang dapat memelihara tangan dan lidahnya."

Beberapa contoh prilaku yang banyak beredar di kalangan masyarakat kita adalah Ghibah atau Mengumpat

Menyebut seseorang dengan sesuatu yang tidak disukai Mungkin hal itu mengenai fisik, akhlak, hartanya, agamanya, anaknya, dunianya, kejadian yang dialaminya, pasangannya, pakaiannya, gayanya, gerakkannya, hobinya, cemberutnya atau pun ekpresinya. Semua itu tetap disebut ghibah baik disebutkan secara lisan maupun tulisan. Bahkan bisa jadi lewar syarat mata, tangan, kepala atau lainnya.

Kita sudah pun sering mendengar bahwanya ghibah atau bergunjing sama dengan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Tentunya ini seharusnya membuat kita merasa jijik. Namun, masih banyak kita menganggap hal itu merupakan hanya dosa kecil dan sepele padahal ghibah termasuk dosa besar dan berbahaya. Menyebut-nyebut orang lain mengenai sesuatu yang tidak disukai, walaupun itu benar apa adanya masih tetap terhitung sebagai ghibah. Jika pun apa yang dikatakan semisalnya tidak ada pada orang korban yang dipergunjingkan maka jatuhnya itu sudah fitnah.

Dampak dari bergunjing pada kehidupan nyata tentunya akan mengakibatkan kekacauan, permusuhan, saling curiga, retaknya hubungan kekeluargaan, persaudaraan.

Pelaku dosa ini akan mendapatkan dosa, di akhirat kelak ia akan kaget dengan timbangan amalannya yang jauh berkurang karena pahalanya ternyata di transfer ke berbagai orang yang ia gunjingkan jika pun amalnya tak banyak maka dosa orang yang digunjingkan akan dipindahkan ke pelaku ghibah. Tentunya ini menjadi kerugian bagi orang yang suka sana-sini menceritakan keburukan orang lain, mencela dan mengumpat hingga adu domba.Pada hari kiamat nanti juga tubuh si pengunjing akan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Ingat tentang memakan bangkai sendiri tadi itulah kelanjutannya. Siksa kubur juga turut menemani hingga sampai dicebloskan ke api neraka.

Dalam kehidupan ada semacam keringanan atau batasan alasannya boleh untuk ghibah seperti tercantum dalam keterangan Imam Abu Hamid Al Ghazali pada kitabnya "Al Ihya" yaitu ada orang-orang yang boleh digunjingkan yaitu demi kemaslatan dan tegaknya suatu kebenaran.

Contohnya yaitu :

1. Jika kita terzalimi dan melakukan pengaduan

Seperti kita inginkan keadilan atas aniaya yang kita terima maka di pengadilan bukankah kita haru menyampaikan secara jujur bahwa orang ini, telah melakukan ini dan ini dan sebagainya kepada saya. Sehingga keputusan dan hukuman bagi pelaku ia terima setimpal

2. Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar

Semisal kita meminta pertolongan kepada tokoh atau orang yang berwenang untuk mengatasi merubah kemungkaran maka kita menyebutkan si fulan telah melakukan ini dan ini, maka tolonglah untuk dinasihati atau mengubah keadaan agar berjalan lurus sesuai dengan perintah Allah. Ini pentingnya niat untuk memang mencegah, jika niatnya meleset maka bisa saja tergelincir kepada ghibah juga.

3. Minta Suatu Fatwa

Kita menyadari terbatas ilmu pengetahuan dan berkonsultasi untuk sebuah kebaikan. Bisa saja menyamarkan nama seseorang.

4. Memberi nasihat dan mengingatkan.

 Memberi nasihat jika diminta, menjelaskan secara jujur kepada pembeli,memberikan keterangan tentang kebid'ah orang lain agar tidak diikuti oleh pengikutnya, atasan yang menegur bawahannya, agar segala tugas diserahkan kepada yang ahli agar atasan tidak tertipu, gelar akan kekurangan fisik orang lain misalnya si pincang, si bisu, pesek, buta. Panggilan ini untuk menyatakan kesadaran untuk memberitahu secara tepat bukan atas niat menyebutkan kekurangan yang ada pada dirinya.

Tindakan yang harus kita lakukan ketika mendengar orang bergunjing atau mengumpat adalah menolak atau melarangnya. Kebanyakan kita justru keasyikan ikut nimrung dan mendengarkannya dengan antusias. Kita larang secara langsung dan dengan syarat jika tak mampu dan kuasa maka sebaiknya tinggalkan saja acara ngobrolnya.

Ingatlah yang paling sering membuat celakanya manusia adalah karena mulutnya, lidahnya berbicara, jarinya mengetik. Ingat pepatah kita mengatakan mulutmu harimaumu. Jadi ingat pantun, pada isi ceramah mendiang KH. Zainuddin MZ. Semoga beliau ditempatkan di syurganya Allah SWT. Aamin Ya Allah. Begini katanya :

Jika pedang lukai tubuh, masih bisa obat dicari

Jika lidah lukai hati di mana obat hendak dicari?

Kaitannya dengan saat ini adalah, kita lagi puasa. Kudu hati-hati ingat peringatan dari Rasulullah yang menyatakan bahwa "Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja."

Nah, inikan bulan Ramadan bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Puasa lisannya juga harus dong. Jangan dusta, mencela dan ghibah yang sebagaimana dijelaskan di atas ya. Kita ganti saja dengan berzikir dan membaca Al-Qur'an semoga kita termasuk manusia yang mendapat hidayah, petunjuk dan rahmat. Aamiin rabbal ya alamin ya Allah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun