Megawati Sorek
Megawati Sorek Guru

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ikhlas hanya Bermuara Kepada Allah, Mukhlisin dan Ramadan

1 April 2023   13:07 Diperbarui: 1 April 2023   13:27 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhlas hanya Bermuara Kepada Allah, Mukhlisin dan Ramadan
Dokpri: Kubah Masjid Al Ma'rifah Sorek

Manusia akan bahagia dan tenang jika ia bisa mengamalkan sikap ikhlas atau disebut Mukhlis. Ikhlas adalah merupakan kunci dari semua perbuatan. Perbuatan ikhlas  mudah diucapkan, namun dalam tindakannya kita sering tergelincir. Tipu daya Iblis begitu cerdas terkadang tanpa kita sadari amal ibadah seperti debu yang tertiup angin saja.

Ikhlas mengacu pada rahasia hamba dan makhluknya saja, esensinya seorang yang telah ikhlas tidak ada embel-embel lain selain mengharap rido Allah SWT saja. Maka Mukhlis akan memilih menyembunyikan segala kebajikannya ia tidak peduli dengan pandangan atau tangkapan orang lain. Keseriusannya menyembunyikan amal maka saat ada atau orang lain yang melihatnya sama saja. Tidak ingin mencari ujian dan popularitas atau dicap sebagai seorang dermawan atau alim.

Seseorang yang ikhlas juga akan memiliki tameng dari perangai yang buruk. Kemurnian niat akan mengikis perbuatan-perbuatan tercela lainnnya. Ikhlasnya berjuang di jalan Allah tidak ternoda dan latah dengan ikut-ikutan. Maupun ia tak akan marah jika telah berbuat baik dan balasan dari orang lain tak sebanding. Ia tak kecewa jika orang itu tidak menghargai bantuannya. Bahkan terkadang kebaikannya dibalas dengan keburukan. Maka ia tak akan mengungkit pemberian atau jasanya dan mengangapnya itu sebagai utang budi.

Sama halnya kebaikan, jika sudah ikhlas tidak akan mau berbuat maksiat jika dalam keadaan sendirian. Tampilan saat dilihat orang atau tidak dipikirannya hanya sadar dalam pengawasan Allah SWT.

Niat suci dan bersih tanpa polesan para pelaku ikhlas berangkat dari hati nurani sebagai pendorongnya. Sehingga tampilannya sangat sederhana dan bersahaja. Amal ibadah merupakan kebutuhan dan bukanlah beban atau terpaksa. Maka ia tak berasa berat melaksanakan perintah Allah.  Rasa malas akan akan menjauh dari orang yang ikhlas. Makah al yang sulit pun akan menjadi mudah. Tangisannya saat beribadah bukanlah air mata buaya agar terlihat khusyuk oleh orang lain, tetapi sebuah pengharapan dan penghambaan.

Kesabaran juga akan mengiringi orang yang ikhlas. Ia tidak merasa berat, sulit, atau mengangap perintah Tuhan hanya sebagai pengekang dan paksaan.

Karakter berikutnya dari orang yang ikhlas ia akan merasa khawatir jika amalnya tidak diterima, maka ia akan terus memperbaiki kualitas diri dalam beribadah. Indikasi riya bisa hadir jika setelah melakukan kebaikan atau ibadah tidak ada  kekhawatiran seperti disebutkan di atas.

Setelah membaca uraian di atas sebenarnya penulis dan mungkin sebagian para pembaca juga merasa tertampar. Kita masih jauh dari kategori ikhlas. Semisal saja shalat Isya yang terlewat karena ketiduran. Lalu terbangun dan masih dengan rasa malas dan terpaksa melaksanakannya. Sadarilah ternyata itu ketidak ikhlasan. Mungkin kita termasuk orang yang dimaksud dalam firmanNya pada surah An-Nisa 142. Astafirullah, ya Allah.

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalastipuan mereka, dan bila mereka berdiri untuk menjalankan salat mereka melaksanakannya dengan malas. Mereka itu bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah(berzikir) melainkan hanya sedikit."

Ingat! Hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hafsh Umar Bin Al Khattab "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. ....."

Sedikit penulis ingin menulis cerita mengenai ikhlas. Cerita ini penulis dapatkan dari pesan Whatsapp dan tidak tahu siapa penulis jelasnya.

Al-kisah ada seorang penjahit tua tinggal disebuah desa kecil, ia biasa menjahit pakaian dengan rapih dan menjualnya dengan harga cukup mahal.

Suatu hari, seorang miskin didesa itu datang kepadanya dan berkata kepada si penjahit :

"Anda menghasilkan banyak uang dari pekerjaan anda lalu mengapa anda tidak membantu orang miskin didesa, lihatlah sipenjual daging yang tak punya banyak uang justru ia setiap hari bisa membagikan daging kepada orang-orang miskin"

Si penjahit tak menanggapi perkataan tersebut dan hanya tersenyum tenang.

Selanjutnya orang miskin itu berlalu dari rumah si penjahit dan mengabarkan kepada para penduduk desa bahwa si penjahit itu kaya raya tapi pelit, sehingga orang-orang desa membencinya.

Setelah tersiar kabar dari si orang miskin tak lama setelah itu penjahit tua jatuh sakit, namun tidak ada satupun penduduk desa yang perduli padanya. Dan pada akhirnya ia meninggal dalam kesendirian nya.

Hari hari berlalu dan orang-orang di desa mulai menyadari bahwa setelah kematian penjahit tua, si tukang daging kini tidak lagi membagi-bagikan daging gratis kepada orang-orang miskin.

Ketika mereka bertanya kepada si penjual daging, ia pun memberi tahu bahwa si penjahit tua itu lah yang biasanya memberi sejumlah uang sedekah secara sembunyi-sembunyi setiap bulan untuk membeli daging, yang kemudian daging tersebut diberikan kepada orang-orang miskin melalui dirinya.

Dengan meninggal nya si penjahit tua maka berhenti pula lah pemberian daging dari si tukang daging, karena tak ada lagi sedekah dari si penjahit tua.

Ternyata selama ini pemberian daging tersebut merupakan sedekah dari si penjahit tua, namun ia tak pernah memperlihatkan nya.

Si penjahit tua itu punya keyakinan, bahwa cukup hanya Allah sajalah yang menjadi saksi atas amal perbuatannya. Dan dengan keyakinan nya itulah ia berharap akan terbebas dari resiko hangusnya pahala, karena khawatir akan bersikap ria dan takabur.

Wallohu a'lamu bish-showaab.

Momentum Ramadan kali ini kita jadikan untuk menempa dan melatih diri agar menjadi pribadi yang ikhlas mencapai ketaqwaan. Sehingga amal ibadah apapun yang dikerjakan benar-benar diterima oleh Allah dan mendapatkan syurganya Allah.  Setelah Ramadan berlalu seharusnya kita menjadi pribadi yang lebih baik, ibaratnya kan keluar dari latihan. Nah, amalan atau ibadah yang selama di bulan suci  harus di perbertahankan dan konsisten dikerjakan. Menuju menjadi umta yang mukhlisin. Janganlah selesai Ramadan eh, balik lagi seperti dulu. Bukankah itu hal yang merugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun