Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.
Tradisi Pengantin Sahur yang Unik di Indragiri Hilir-Riau

Di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau terdapat tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Selain puasa dan ibadah lainnya, masyarakat di daerah tersebut juga memiliki tradisi pengantin sahur yang cukup terkenal. Dalam tradisi ini, sepasang pengantin laki-laki yang diarak dengan pakaian pengantin layaknya sepasang pengantin betulan.
Asal-usul tradisi pengantin sahur di Indragiri Hilir tidak dapat dipastikan dengan pasti, namun diyakini sudah ada sejak lama. Beberapa orang menyebutkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak tahun 1960-an atau 1970-an. Tradisi pengantin sahur di Indragiri Hilir ini pertama kali muncul di dua desa, yakni Desa Pulau Palas dan Desa Sungai Luar. Namun, saat ini tradisi ini telah menyebar ke beberapa daerah di sekitar Indragiri Hilir dan bahkan ke daerah lain seperti Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Meskipun tradisi ini disebut sebagai pengantin sahur, namun arak-arakan pengantin ini sebenarnya lebih ditujukan untuk meriahkan bulan Ramadhan daripada hanya sekedar sahur. Acara ini biasanya digelar setiap Jumat malam selama bulan Ramadhan, belakangan juga digelar saat malam minggu di beberapa desa.
"Pengantin" diarak bersama gerobak kecil yang telah diberi roda dihias menjadi tempat pelaminan dengan hiasan pernak pernik lampu warna, dan daya listrik untuk lampu disalurkan lewat genset yang posisi di belakang gerobak pengantin. Pengantin sahur yang diarak dalam tradisi ini bukanlah sepasang pria dan wanita, namun keduanya laki-laki. Namun, salah satu di antara mereka didandani layaknya pengantin wanita.
Setiap pasangan pengantin diarak di atas gerobak kecil dan dirias cantik oleh bidan pengantin dengan mengenakan baju pengantin. Selama arak-arakan, pengantin ini dikelilingi oleh ribuan masyarakat yang berada di sepanjang jalan yang dilalui.
Selain di Desa Pulau Palas dan Desa Sungai Luar, tradisi pengantin sahur juga dilakukan di beberapa desa lain di Indragiri Hilir, seperti Desa Pematang Duku, Desa Pematang Reba, dan Desa Karya Indah.
Nilai budaya dalam tradisi ini sangat kuat. Tradisi pengantin sahur ini bukan hanya merupakan media hiburan, tetapi dianggap sebagai wujud solidaritas atas sesama masyarakat, sikap gotong royong, dan juga wahana pemersatu masyarakat. Selain itu, tradisi ini menjadikan bulan Ramadan lebih semarak dan penuh kegembiraan.
Tak hanya di Indragiri Hilir, beberapa desa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau juga memiliki tradisi pengantin sahur yang mirip. Namun, di Tanjung Jabung Timur, pengantin yang dirias benar-benar pasangan laki-laki dan perempuan, sementara di Indragiri Hilir, pengantin yang dirias adalah sepasang laki-laki, satu orang diantaranya dirias seperti perempuan.
Pada tahun 2020, tradisi pengantin sahur di Indragiri Hilir sempat terganggu karena pandemi COVID-19 yang mengharuskan pembatasan sosial. Namun, pada tahun 2021-2022, tradisi ini kembali dilakukan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Secara keseluruhan, tradisi pengantin sahur di Indragiri Hilir dan sekitarnya adalah salah satu contoh unik yang menghibur dari budaya masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadan. Meskipun cukup sederhana.
Belakangan, tradisi pengantin sahur di Indragiri Hilir menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan yang ingin merasakan budaya lokal. Beberapa travel agent dan komunitas wisata sering mengadakan tur untuk mengunjungi desa-desa yang masih mempertahankan tradisi ini.
Selain tradisi pengantin sahur, di Indragiri Hilir juga terdapat tradisi sahur on the road atau makan sahur di jalan. Biasanya dilakukan oleh para pengendara motor yang berkeliling di malam hari sambil menyalakan lampu dan mengumandangkan suara adzan sebagai tanda waktu sahur.
Tradisi sahur keliling ini dianggap sebagai bentuk kebersamaan dan keakraban antara para pengendara motor yang berasal dari berbagai kelompok atau komunitas. Mereka berkeliling di sekitar kampung atau kota sambil menyalakan lampu motor dan bernyanyi bersama lagu-lagu religi atau membaca Al-Quran. Selain itu, dalam beberapa kelompok, ada yang juga membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama-sama saat waktu sahur tiba.
Tradisi sahur keliling ini juga dianggap sebagai salah satu cara untuk membangkitkan semangat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Banyak warga yang senang dengan tradisi ini dan menunggu kehadirannya setiap tahunnya. Bahkan, tidak sedikit yang sengaja bergabung dengan kelompok sahur keliling ini untuk merasakan kebersamaan dan keakraban yang terjalin di antara mereka.