Saya adalah masyarakat yang hidup di perbatasan negara Indonesia yang memiliki impian dan harapan yang tinggi untuk kemajuan. Saya pernah bersekolah 3 S ( SD, SMP, SMA ) di Natuna lalu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tercintaa Institut Pemerintahan dalam Negeri ( IPDN ), kemudian tidak lama melanjutkan ke jenjang Magister Pertahanan prodi Peace and Conflict Resolution di Unhan RI. Tulisan saya ini sebagai bentuk penyaluran pemikiran saya dan tentunya sebagai sarana belajar saya dalam menulis.
Puasa, Jembatan Menuju Kedamaian Batin dan Penyejuk Gejolak Emosi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang memicu amarah dan gejolak emosi. Konflik, baik internal maupun eksternal, menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial manusia.
Namun, apakah pernah terbayangkan bahwa solusi untuk meredam amarah dan menenangkan gejolak emosi bisa ditemukan dalam praktik keagamaan yang telah ada selama ribuan tahun?
Puasa, salah satu rukun Islam, ternyata menyimpan potensi besar sebagai jembatan menuju kedamaian batin dan penyejuk gejolak emosi.
Puasa dalam Islam, khususnya pada bulan Ramadan, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Lebih dari itu, puasa adalah latihan disiplin diri, pengendalian nafsu, dan pembersihan jiwa. Saat berpuasa, seseorang diajak untuk merenung, mengevaluasi diri, dan meningkatkan kesadaran spiritualnya.
Dalam konteks inilah, puasa berpotensi sebagai alat untuk meredam amarah dan menenangkan gejolak emosi.
Mengapa Puasa Dapat Meredam Amarah?
1. Pengendalian Nafsu: Puasa mengajarkan pengendalian nafsu, termasuk nafsu amarah. Dengan berlatih menahan lapar, dahaga, dan hasrat lainnya, seseorang secara tidak langsung belajar untuk mengendalikan emosinya, termasuk amarah.
2. Peningkatan Kesabaran: Salah satu buah dari puasa adalah peningkatan kesabaran. Kesabaran adalah kunci untuk meredam amarah. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk bersabar dalam menghadapi ujian dan godaan, sehingga lebih mampu mengelola emosi saat menghadapi konflik.
3. Refleksi Diri dan Introspeksi: Puasa memberikan kesempatan untuk refleksi diri dan introspeksi. Melalui momen-momen tenang saat sahur dan berbuka, seseorang dapat merenungkan perilakunya, termasuk cara ia menangani amarah dan emosi lainnya.
4. Meningkatkan Empati: Dengan merasakan lapar dan dahaga, seseorang menjadi lebih empati terhadap penderitaan orang lain. Empati ini dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk marah dan bersikap agresif terhadap orang lain.