Muhtolib
Muhtolib Dosen

Nama Muhtolib, Dipanggil tholib, berasal dari desa Luweng Kidul, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. sekarang tinggal di Parung Bogor Jawa Barat. Riwayat pendidikan SDN Luweng Lor (2000), MTs Ma'arif NU Pituruh (2003), MAN Purworejo (2006), STAI Nurul Iman (2011), S2 Institut PTIQ Jakarta (2018), S3 Beasiswa LPDP-Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal 2023 (Univ. PTIQ Jakarta), hoby traveling.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Menelisik Makna Mudik Lebaran di Indonesia

16 April 2023   03:21 Diperbarui: 16 April 2023   13:19 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menelisik Makna Mudik Lebaran di Indonesia
Dok indonesiabaik.id

Mudik dalam istilah jawa adalah mulih dilik, artinya pulang hanya sebentar. Sementara kata mudik kalau dilihat dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diistilahkan dengan pulang kampung, yakni kegiatan orang yang merantau (migran) dari kota untuk pulang ke kampung halamannya. Sedangakan dalam sumber lain, kata mudik adalah berasal dari kata udik yang artinya selatan/hulu.  Dimana secara historis Ketika kota Jakarta masih bernama Batavia, suplai hasil bumi daerah kota Batavia diambil dari wilayah-wilayah di luar/ selatan. Para petani dan pedagang hasil bumi tersebut membawa dagangannya melalui sungai. Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik.

Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan (setahun sekali) yang terjadi menjelang hari raya besar Islam yakni hari raya Idul Fitri. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di kota Besar(perantauan), selain tentunya juga silaturahmi (sungkem/sowan) dengan orang tua, kerabat, tetangga dan sahabat waktu kecil. 

Tradisi mudik selain digunakan sebagai silaturahmi dijadikan pula sebagai momen berbagi rizki hasil merantau dari kota kepada saudara kerabat. Bisa juga sebagai mengenang bernostalgia asal-usul daerah mereka di waktu kecil , ada juga sebagai ajang piknik /berwisata. Disisi lain ada juga yang menganggap sebagai ajang menunjukkan eksistensi keberhasilan/kesuksesan merantau di kota.

Sementara makna Lebaran berasal dari akar kata Lebar (dalam Bahasa jawa) yang berarti selesai atau sudah. Yakni sudah berlalunya bulan Ramadan. Dalam tradisi jawa lebaran adalah nama lain dari hari raya Idul fitri maupun Idul adha yang dirayakan setiap tahun. 

Lebaran Idul fitri atau biasa disebut "Lebaran Mudik" ketika Idul fitri tiba. Sedangkan Lebaran Idul  adha biasa disebut "Lebaran Haji", karena memang pada saat-saat itu orang-orang Islam umumnya menunaikan ibadah Haji. Namun sedikit masyarakat Indoneisa yang melakukan mudik di lebaran haji, dibandingkan mudik lebaran idul fitri. 

 Tradisi mudik di Indonesia sudah turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia sampai sekarang masih dilaksanakan, entah kapan asal usulnya belum ada kepastian kejadiannya.

Momen mudik lebaran adalah momen ibadah yang khusus dan berkesan dalam masyarakat muslim di Indonesia, perekonomian masyarakat menjadi meningkat, banyak kebutuhan yang harus dibeli dengan uang, Hasrat untuk berbelanja meningkat karena ketika mendekati lebaran, banyak orang menjadi konsumtif, berlomba-lomba untuk membeli banyak barang untuk dikenakan saat lebaran dan berbagi dengan keluarga, kerabat dan tetangga. 

Keberkahan ini tidak hanya bagi kaum muslim saja, atmosfer puasa Ramadhan dan mudik Lebaran menjadi kesan tersendiri bagi nonmuslim karena tingkat penjualan bisnis mereka meningkat pesat. momen mudik juga dirasakan menjadi begitu berharga bagi seluruh lapisan masyarakat dan seluruh agama di Indonesia.  Mudik sebagai obat paling ampuh mengobati kerinduan terhadap tempat asal, pertemuan dengan keluarga besar untuk merajut kembali silaturahmi, meskipun masuk di era digital seperti sekarang ini.

Bangsa Indonesia sangat terkenal sopan santunnya, keramah tamahannya, erat persaudaraannya (silaturahminya). Dengan adanya tradisi silaturahmi secara Islami, kini bermetamorfosis menjadi tradisi mudik. Berkunjung kembali ke kampung halaman, merajut kembali persaudaraan. Bahkan meskipun orang tua telah wafat tetap menjadi momen penting berziarah dan berharap dengan keberkahannya bisa di mudahkan rizkinya, bisa sukses/berhasil  Ketika merantau Kembali di kota.

Sekarang ini Tradisi mudik di Indonesia juga didukung penuh oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah mengatur besaran THR pada Perusahaan-perusahaan, dan mengatur cuti panjang untuk momen Lebaran. hal tersebut juga dibuktikan pemerintah telah melakukan program besar-besaran dengan adanya program mudik gratis bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di kota. Transportasi yang digunakan dengan pesawat, kereta api, kapal laut, bus, bahkan truk digunakan untuk mengangkut motor pemudik.

Apakah Rasulullah SAW juga pernah melakukan tradisi mudik?

Mudik tidak hanya dikenal di Indonesia, Rasulullah Muhammad Saw pun mudik (pulang kampung), mudik menjadi keinginan yang kuat Ketika Rasulullah SAW Pada saat Berhijrah/ merantau bertempat di Madinah, Rasulullah menguatkan umat muslim dengan mendakwahkan syariat Islam. 

Rasulullah Saw pulang kampung ke Makkah setelah delapan tahun meninggalkan kampung halamannya itu pada tanggal 10 Ramadhan abad ke-8 Hijriyah atau bertepatan dengan 8 Juni 632 M. Rasulullah dan 10.000 Rombongan sahabat yang mudik bukan sekadar pulang kampung biasa, tetapi untuk melakukan penaklukan Makkah (fathu Makkah). Kisah tersebut dijelaskan dalam QS. An-Nashr/110:1-3. Rasulullah Saw Ketika pulang ke Makkah selama kurang lebih 19 hari. Memang kalau dilihat konteks dan misi mudik yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dengan masyarakat Muslim saat ini mungkin sedikit berbeda. Ketika mudik tersebut, Rasulullah membuktikan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin. Nabi memaafkan semua musuh yang dulu menentang dakwah Islam. Juga menghancurkan semua berhala di area Ka'bah yang menjadi sesembahan masyarakat Makkah. Begitu juga momen pulang kampung/ mudik saat ini di Indonesia adalah merupakan sebagai sarana untuk bermaaf-maafan dan saling silaturrahmi.

Dari kisah Rasulullah di atas, kita bisa melihat bahwa mudik juga dilaksanakan Nabi, kerinduannya pada tanah kelahirannya mendorong beliau untuk berkunjung ke kampung asalnya, meskipun jauh jaraknya, bagaimana pun medan perjalanannya. Maka tidak heran, mudik memiliki dorongan yang besar membentuk kekuatan dari dalam diri seseorang untuk segera kembali berkumpul dengan keluarganya. Mudik kini menjadi tradisi Islam di Indonesia yang terjaga hingga saat ini. Melanggengkan tradisi mudik bisa dimaknai juga mengikuti sunah Nabi. sebab di dalamnya terdapat silaturahmi, saling bermaafan, saling bersalaman, dan saling memberikan manfaat kepada orang lain.

Demikian lah ketika seseorang mudik ke kampung, maka hendaknya kita bisa menebarkan kasih sayang, kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Wallahu a'lam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun