Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Guru

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Perhatikan 5 Hal ini untuk Menyambut Bulan Suci Ramadan

11 Maret 2024   11:10 Diperbarui: 11 Maret 2024   11:23 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perhatikan 5 Hal ini untuk Menyambut Bulan Suci Ramadan
Dewan Guru Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah Cilegon (Sumber Gambar: Pribadi) 

Tinggal hitungan jam, kita akan berjumpa dengan bulan suci, bulan agung, yakni bulan Ramadan. Bulan yang di dalamnya penuh keberkahan (Syahrul Mubarak). Bulan pengendalian diri (Syahrus Syiam). Bulan yang di dalamnya penuh kasih sayang (Syahrur Rahmah). Bulan yang di dalamnya penuh kenikmatan (Syahru A'laa'). Bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an (Syahrul Qur'an). 

Animo masyarakat menyambut Ramadan ini sudah mulai terasa sejak awal bulan Sya'ban. Saban hari do'a kerinduan terhadap Ramadan terus dipanjatkan. Allahumma Bariklana Fi Rajaba wa Sya'bana wa Ballighna Ramadhana (Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan).

Banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah untuk menyambut bulan agung ini. Misalnya saja di Minangkabau (Sumatra Barat) terdapat tradisi Balimau atau Mandi Balimau. Masyarakat datang ke sungai untuk mandi dengan jeruk nipis. Tujuannya yaitu untuk membersihkan diri--luar dan dalam (lahir dan batin). 

Di Semarang terdapat tradisi  Dugderan, yaitu arak-arakan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Dikutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bahwa tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881 M. Tepat sehari menjelang Ramadan, dipukullah bedug yang berada di Masjid Kauman. 

Kemudian disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendapa Kabupaten. Bedug yang dipukul berbunyi "dug", sedangkan meriam yang disulut mengeluarkan bunyu "der". Praktik ini dilakukan berulang-ulang. Dari sinilah maka dikenal istilah Dugderan. 

Tak ketinggalan pula, media cetak dan media elektronik berlomba-lomba ikut serta merayakan dan menyiarkan akan kedatangan bulan agung ini. Stasiun televisi swasta mulai menayangkan iklan-iklan khas Ramadan. Dari mulai iklan sirup hingga iklan sarung.

Begitu juga dengan program televisinya, dari mulai program sahur hingga program menjelang berbuka puasa semua bernuansa Ramadan. Menurut Andre Moller dalam Ramadan di Jawa: Pandangan dari Luar (2005), masyarakat Indonesia dan ruang publik mengalami semacam Islamisasi temporer selama Ramadan.

Ramadan merupakan bulan yang sangat agung. Bulan mulia. Bulan di mana rahmat dan barakah turun melimpah. Sebenarnya, apa yang mesti dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadan ini? 

Menurut Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. dalam Kontemplasi Ramadan (2020) menjelaskan, ada lima hal yang mesti dipersiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadan. 

Pertama, mempersiapkan mental dan batin untuk memperkuat keyakinan bahwa bulan Ramadan tahun ini akan lebih baik amal ibadahnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Baik itu secara kualitatif maupun kuantitatif. Jika Ramadan sebelumnya kita hanya mampu melaksanakan ibadah yang wajib-wajib saja, maka di Ramadan tahun ini kita optimis, kita niatkan untuk melaksanakan ibadah wajib hingga ibadah sunah. Perbanyak dzikir, tadarus Al-Qur'an  dan giatkan shalat-shalat sunah. 

Kedua, mempersiapkan cost Ramadan. Imam Masjid Istiqlal ini menjelaskan, bahwa yang dimaksud cost Ramadan yaitu waktu-waktu sebaik mungkin. Jangan sampai ada waktu yang terbuang percuma atau sia-sia tanpa diiringi dengan ibadah. Ketika beribadah tanamkan dalam diri, jangan-jangan ini adalah ibadah terakhirku, ini adalah Ramadan terakhirku. 

Ketiga, meminta maaf dan membuka hati untuk memaafkan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah manusia. Sudah pasti kita hidup di dunia ini memiliki rasa bersalah, baik itu yang berasal dari lisan kita ataupun tingkah laku kita. Maka untuk memasuki bulan suci Ramadan ini, hendaklah kita membuka hati. Berlapang dada. Meminta maaf dan memaafkan. 

Keempat, menurut Guru Besar bidang Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah ini bahwa untuk menyambut kedatangan Ramadan minimal dilakukan sejak bukan Rajab, diawali dengan puasa sunah tiga hari. Kemudian dilanjutkan dengan memperbanyak amaliyah di bulan Sya'ban. Dengan ritual-ritual tersebut diharapkan diri kita menjadi bersih saat bertemu Ramadan. Abu Bakar Al-Balkhi menggambarkan, bahwa sesungguhnya "Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya'ban adalah bulan menyirami. Bulan Ramadan adalah bulan memanen." Agak terlambat seandainya ketika bulan Ramadan tiba kita baru menyiapkan segala sesuatunya. 

Kelima, meningkatkan ibadah sosial, seperti bersilaturahmi khususnya kepada orang tua, saudara, guru dan teman. Berbagi kepada anak-anak yatim, anak-anak jalanan dan para orang tua yang diterlantarkan anaknya. Dengan menggiatkan kegiatan ini diharapkan kita bisa bisa merasakan nikmatnya bertemu dengan yang dirindu, yakni Syahrur Ramadan. 

Dengan mempersiapkan itu semua, semoga kita memperoleh keberkahan dan kenikmatan ibadah di bulan Ramadan. Semoga kita semua dapat selalu berjumpa dengan bulan Ramadan. 

Merak, 11 Maret 2024/30 Sya'ban 1445

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun