Berkah Instan, Berbagi Daun Pepaya Mentah Mendapat Ganti Tumisan Nikmat Sejagat
Berkah dalam bahasa arab berarti nikmat. Menurut istilah berkah berarti nikmat yang banyak. Dalam kamus bahasa Indonesia berkah artinya karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.
Sementara sedekah berarti kebenaran, yang diambil dari kata sidiq. Menurut peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
Sedekah secara umum diartikan sebagai pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah Swt.
Kali ini Kompasiana memberikan tema untuk Ramadan bercerita adalah berkah sedekah. Cukup dua kata tetapi mempunyai makna yang sangat luas. Karena itulah, saya mempersempitnya dengan menulis cerita pengalaman sederhana, tetapi sangat berkesan bagi saya.
Berkah Instan, Berbagi Daun Pepaya Mentah Mendapat Ganti Tumisan Nikmat Sejagat
Di samping rumah saya terdapat tanah kosong beberapa meter persegi. Tanah tersebut hanya ditumbuhi pohon pisang, pohon pepaya, bayam liat dan beberapa batang pohon singkong.
Sebenarnya pohon pepaya ini ditanam tanpa sengaja, karena saya hanya melemparkan sembarangan biji pepaya sambil berharap semoga tumbuh. Setelah beberapa lama ternyata tumbuh juga. Karena faktor tanah yang tandus, meskipun pohonnya subur dan daunnya lebat tetapi buahnya kecil-kecil. Sehingga Kami hanya bisa memanfaatkan buah dan daunnya sebagai sayuran.
Sebagai anak seorang petani tentu saya tidak asing dengan pohon pepaya. Meskipun demikian, lidah yang tak menyukai pait ini tak sedikitpun berkeinginan untuk mencicipi pahitnya sayur daun pepaya. Hingga suatu hari, saya bertemu Mbah Sena.
Mbah Sena yang kebetulan tetangga dan menyukai sayur daun pepaya, beberapa kali memetik dari pohon di samping. Setiap kali memetik, Mbah Sena selalu menawariku tumisan hasil dari olahannya.
"Kamu, mau, ndak tumisannya?"
"Enggak, Mbah. Aku gak suka pahit." Selalu itu jawaban dari mulut saya.
"Dasar kamu, cemen. Pait doang gak berani. Nanti nih ya, kamu coba bikinan Mbah," ucap Mbah Sena mengancam seraya menyombongkan diri. Aku hanya tertawa dengan tingkahnya, kala itu.
"Enak tauk. Gak pait, awas saja nanti ketagihan." Lanjut Mbah Sena,lagi. Mbah Sena, memang senang bercanda. Beliau kerap melucu di depan kami (emak-emak di gang).
Ternyata Mbah Sena membuktikan kata-katanya, setelah tumis daun pepaya matang, beliau memberikan sepiring untuk kami.
Karena, sudah di depan mata dan Mbah Sena, memang terkenal dengan masakannya yang enak. Kami akhirnya mencicipi tumis daun pepaya itu. MasyaAllah, ternyata benar kata Mbah Sena. Rasanya luar biasa enak dan tidak pahit. Seumur-umur baru kali itu saya berani memakannya dan tak bisa berhenti sampai tumis daun pepaya habis.
Berawal dari berbagi daun pepaya mentah, saya tahu bagaimana rasanya tumis daun pepaya yang ternyata nikmat sejagat. Bonusnya kini saya juga tahu bagaimana cara mengolahnya (mungkin lain kali saya share). Sejak itu pula, hubungan kami dengan Mbah Sena semakin akrab.
Hikmah berbagi tidak selalu berupa materi. Banyak keajaiban-keajaiban lain karena sedekah. Terlebih kita bersedekah di bulan yang penuh berkah ini yaitu bulan Ramadan. Jika kita renungi tak akan berkurang apa yang kita miliki karena berbagi. Kerana semuanya Allah SWT pasti akan mengganti dan melipat gandakannya.
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya" (QS. Saba': 39).
Demikian sharing cerita Ramadan hari ini, semoga tercatat sebagai amal kebaikan.
Salam
Mutia AH
Ruji, 18 Maret 2024