Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Freelancer

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Ketika Mudik dan Vibes Lebaran Bukan untuk Semua Orang

10 April 2024   18:33 Diperbarui: 12 April 2024   02:34 2362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Mudik dan Vibes Lebaran Bukan untuk Semua Orang
Ilustrasi pulang menggunakan kereta api (sumber: dok.pri) 

Ketika jutaan orang berlomba mudik ke kampung halaman demi merayakan lebaran bersama keluarga, ternyata, ada juga orang yang tidak mau mudik lantaran beragam alasan. Salah satunya tak memiliki 'rumah' dan kerinduan akan keluarga. 

***

Siapa yang tak kenal mudik. Tradisi pulang kampung setelah ramadan ini selalu ramai tiap tahun. Mudik selalu punya cerita menarik. Mulai dari kertas-kertas sambatan "Maaf Mak belum bisa bawa mantu" hingga ucap syukur "Alhamdulillah Mak, aku bawa calon mantu".

Meski demikian, diantara banyaknya cerita perjalanan mudik yang unik dan ramai itu, ada cerita sedih yang bersemai dari sudut pandang yang lain. Point Of View (POV) dari mereka yang memilih tak mudik karena trauma masa lalu. 

Awalnya, saya kira mudik itu untuk semua orang, tapi nyatanya tidak begitu. Tak semua orang memiliki kampung halaman yang ditujukan untuk pulang serta melepas kerinduan setelah lama merantau. 

Seorang kawan zaman kuliah dulu, sebut saja namanya Asih. Dia berasal dari keluarga broken home. Ayah ibunya sudah bercerai tahun 2010 dan kini memiliki keluarga masing-masing. 

Sejak kecil, Asih tinggal bersama dengan sang nenek. Menurut dia, sang nenek udah ia anggap sebagai orang tua sendiri. Simbah--ia biasa memanggilnya--bahkan mau mengurus dan membiayai Asih hingga lulus SMA. 

Ketika kuliah, Asih mendapat beasiswa serta bantuan dari ayahnya sehingga simbah mulai mengurangi pembiayaan untuk pendidikan Asih. Namun, simbah masih mengiriminya uang untuk makan dan membayar kosan.

Suatu hari, sebuah berita datang, Simbah yang Asih sayangi itu berpulang. Berita itu sempat membuatnya shock hingga ia menangis di kosan. Beberapa hari kemudian, Asih pun pulang ke Lampung untuk mengantar kepergian sang simbah. 

Sejak kematian simbah, Asih tak pernah pulang kampung. Bahkan, ketika lebaran, ia menetap sebagai penghuni kosan. Kebetulan, saya dan dia satu kamar. Saya beberapa kali tak mudik. Saat lebaran dan lingkungan mulai sepi, kami biasanya berbagi makanan dan cerita banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun