Manusia yang suka jalan-jalan. Suka sejarah, sosial, dan budaya. Sekarang sedang mengejar impian di departemen humaniora.
Catatan dari Tarim: Ramadhan Kita dan Ahlu Tarim
Kegiatan itu dilakukan seterusnya hingga Ramadhan berakhir. Tak heran bila mereka sangat bersedih ketika ditinggalkan oleh Ramadhan.
Teladan Ahlu Tarim
Mengingat semangat ibadah Ahlu Tarim, sudah seharusnya mereka menjadi teladan bagi kita. Ramadhan menjadi momen beribadah sepuasnya bagi mereka.
Tak mengapa jika tidak dapat beribadah semalam suntuk seperti mereka. Hidup kita memang berbeda. Setidaknya, Ramadhan ini juga menjadi momen memaksimalkan ibadah.
Ngabuburit beli takjil boleh, bukber juga boleh, hanya saja jangan sampai melalaikan kewajiban yang diberikan Tuhan untuk kita sebagai hambanya. Bukan Tuhan yang membutuhkannya, tapi kita.
Dan tulisan ini sebagai tamparan keras untuk saya pribadi. Semoga dapat menjadi pengingat untuk yang lain.
***
Catatan:
Saya sangat merekomendasikan buku Catatan dari Tarim karya Lora Ismael. Buku ini terdiri dari 230-an halaman, nampak tebal tapi isinya sangat ringan. Buku yang sangat cocok untuk bacaan di waktu luang, apalagi jika hati sedang memerlukan sedikit sentilan rohani.
Sumber Utama:
Ismael Amin Kholil, Catatan dari Tarim (Magelang: Najhati Pena, 2022), cet. 8, hal. 17-23.