Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Konsultan

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memiliki Lingkungan yang Tidak Toxic adalah Berkah

12 Maret 2024   22:31 Diperbarui: 12 Maret 2024   23:44 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memiliki Lingkungan yang Tidak Toxic adalah Berkah
Lingkungan penulis di bidang keagamaan Majelis Dzikir TQN Benteng Suryalaya - Surabaya (Dokumentasi pribadi)

Rezeki itu bukan hanya dalam bentuk uang. Banyak hal lain yang merupakan rezeki selain uang. Tapi hal lain itu jarang disyukuri di zaman materialistis ini. Yang bukan uang dianggap bukan rezeki.

Sifat rezeki sebagaimana sering kita dengar adalah bertambah jika disyukuri. Tapi kalau kita kufur atau tidak mensyukurinya, maka tunggu azab -Nya. Di antara rezeki yang patut kita syukuri adalah memiliki lingkungan yang baik.

Lingkungan yang baik itu adalah lingkungan yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Lingkungan yang tidak menuntut kesempurnaan melainkan mengapresiasi apa yang ada. Lingkungan yang taat pada perintah Tuhan sesuai kemampuan  dan menjauhi larangan Tuhan sekuat tenaga.

Keadaan lingkungan yang tidak toxic akan mendorong kreatifitas. Karena lingkungan yang demikian tidak rentan menyebabkan stres. Di dalamnya saling mendukung untuk kebaikan diri dan kelompok. Sungguh lingkungan ya demikian adalah berkah yang patut disyukuri.

Sebuah hadist, "Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia." (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hadist tersebut dapat dimaknai dengan cara selalu berbuat baik dan tolong menolong dalam kebaikan. 

Nilai dari lingkungan yang baik sesungguhnya lebih tinggi dari uang. Meskipun uang dapat dipakai untuk memenuhi berbagai kebutuhan, namun uang tidak dapat membeli lingkungan yang baik itu. Apalah guna uang jika lingkungan toxic, selalu menuntut kesempurnaan, dan senantiasa menimbulkan tekanan yang menghasilkan depresi.

Lingkungan penulis di antara pecinta lingkungan hidup dan pengelola sampah. (Dokumentasi pribadi)
Lingkungan penulis di antara pecinta lingkungan hidup dan pengelola sampah. (Dokumentasi pribadi)

Kami sekeluarga begitu bersyukur karena masing-masing memiliki lingkungan yang baik. Saya memiliki lingkungan di Majelis Dzikir TQN Benteng Suryalaya - Surabaya, lingkungan pecinta lingkungan hidup dan pengelola sampah, serta lingkungan diskusi. Anak-anak memiliki lingkungan di sekolahnya SD Khadijah Wonorejo - Surabaya, dan istri memiliki lingkungan di tempat kerjanya Balai Teknologi Sanitasi (BTS) Surabaya.

Menjaga Hubungan berarti Bersyukur

Bersyukur dapat ditampilkan secara lisan dengan mengucap "Alhamdulillah". Ucapan itu adalah bentuk syukur yang paling dasar. Di atas itu, bentuk syukur dapat ditampakkan dengan menjaga hubungan baik dengan sesama.

Menjaga hubungan baik dengan sesama di antaranya dapat diwujudkan dengan mencintai orang yang membenci, memaafkan orang yang berbuat salah, dan berbuat baik kepada yang dimaafkan. Sungguh berat mencintai orang yang membenci kita, memaafkan orang yang berbuat salah, dan berbuat baik pada orang yang dimaafkan.

Jika tidak ada keikhlasan tidak mungkin memiliki kesabaran dan kekuatan untuk berbuat demikian. Namun, jika iman telah kuat di hati, maka apapun yang dilakukan orang lain kepada kita sesungguhnya merupakan takdir dari Tuhan.

Apapun yang terjadi sangat bergantung pada bagaimana respon kita. Jika respon kita buruk, maka sesungguhnya kita tidak lebih baik dari orang yang berbuat buruk pada kita. Tapi jika respon kita baik, maka derajat kita sesungguhnya lebih baik dari orang yang berbuat buruk itu. Atas respon baik dan kesabaran itu, tentu Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya untuk memberikan keberkahan.

Sekali lagi, berat berbuat baik pada orang yang membenci kita, memaafkan orang yang berbuat salah, dan berbuat baik pada yang dimaafkan. Kebanyakan orang hanya maafkan saja, kemudian tidak mau berhubungan lagi yang yang dimaafkan itu alias memutuskan hubungan. Padahal keutamaan dari memaafkan adalah berbuat baik pada yang dimaafkan itu.

Kemampuan semacam itu mungkin memang tidak bisa dimiliki semua orang. Tapi semua orang bisa melakukannya dengan mempelajarinya. Banyak sejarah para Nabi dan Rasul yang mengisahkan bagaimana mereka berbuat baik pada orang-orang yang awalnya membenci dan menyerangnya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW memaafkan dan berbuat baik lada penduduk Mekkah saat Fathul (Penaklukan) Mekkah. Alih-alih menghukum orang-orang yang pernah menyerang Beliau, Rasulullah justru memaafkan dan berbuat baik pada mereka.

Mungkin kita akan berkata "itu kan akhlak Rasulullah, mana mungkin kita bisa menirunya?". Justru Rasulullah harus menjadi teladan kita dalam berbagai hal. Termasuk bagaimana menciptakan lingkungan yang baik. (nra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun