TRADISI Pilihan

Menariknya Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Desaku

1 April 2022   01:30 Diperbarui: 16 Mei 2022   17:13 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga desa biasa akan membawa peralatan sendiri dari rumah untuk membersihkan makam, seperti membawa sapu lidi.  Setelah itu, kemudian masyarakat akan meninggalkan uang untuk biaya perawatan makam ke penjaga makam setempat.


2. Doa bersama untuk keluarga dan leluhur desa di makam saat ziarah.

Kegiatan doa bersama ini biasanya dilakukan warga desa setelah selesai membersihkan makam dan ziarah. Mereka berdoa dengan tujuan untuk memanjatkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan juga mendoakan para leluhur atau keluarga yang sudah meninggal dunia.


3. Makan bersama.

Kegiatan makan bersama ini dilakukan setelah doa bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat tali persaudaraan dan persatuan dalam masyarakat di desa. Makanan yang ada beragam tergantung kemampuan warganya. 

Akan Tetapi, pada umumnya warga desa akan menghidangkan masakan hewan ternak seperti kambing dan ayam, yang mana itu akan dibagi-bagi dan dimakan bersama-sama.

Setelah penjelasan sedikit mengenai nyadran, tradisi lain di desaku yaitu unggah-unggahan. Pastinya banyak diantara kita yang familiar dengan kata ini, terlebih orang Jawa. 

Unggah-unggahan sendiri yaitu saling bertukar dan berbagi bingkisan makanan yang sudah dibawa dari rumah. Unggah-unggahan berasal dari kata "unggah" yang memiliki arti menaikkan. Biasanya unggah-unggahan ini dilaksanakan di masjid atau musholla terdekat rumah warga yang akan melakukan unggah-unggahan.  Dari sini kita pahami bahwa tradisi ini dilakukan pada malam pertama sholat tarawih, yaitu lebih tepatnya setelah sholat Maghrib. 

Tradisi ini biasanya dilakukan oleh bapak-bapak warga desa. Oleh karena itu, unggah-unggahan bermakna yaitu tradisi berbagi makanan seperti sambal goreng kentang, mie, tahu, dan lain-lain oleh bapak-bapak kepada saudara atau tetangga di masjid terdekat.

Di desa saya tradisi ini masih dilakukan sampai sekarang. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu, dan tetap lestari hingga saat ini. Begitu pula dengan Bapak Simin, beliau juga melakukan tradisi ini menyambut bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. Beliau juga mengatakan bahwa tradisi ini selain untuk saling berbagi tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi dan kesatuan bangsa.

Menurut beliau tradisi unggah-unggahan sampai sekarang masih bisa langgeng dan tidak pudar karena, salah satunya warga desa masih melestarikan tradisi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun