Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tiga Pantai Penambat Hati

27 April 2023   21:57 Diperbarui: 27 April 2023   22:02 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Pantai Penambat Hati
Pantai Pasir Timbul, Lampung. Salah satu pantai yang membuat hati saya tertambat. (sumber: dokumentasi pribadi)

Lebih suka berlibur ke pantai atau ke gunung?

Kalau Anda menjatuhkan pilihan pada jawaban yang pertama, maka artikel ini cocok untuk Anda kunyah dan kuliti. Saya katakan demikian karena tulisan ini akan mengulas serba-serbi wisata pantai.

Tidak hanya satu atau dua. Saya beri tiga. Supaya rasa penasaran dan keingintahuan Anda terpuaskan. Tapi ingat, ketiga pantai yang akan saya sodorkan kepada Anda seluruhnya berangkat dari kacamata saya. Dari pengalaman saya.

Sebagai penduduk negara demokrasi, tentu Anda boleh setuju, boleh juga tidak. Bebas. Itu sah-sah saja. Jika ada yang kurang atau keliru, Anda pun boleh memberi unek-unek, saran, atau kritikan di kolom komentar.

Namun sebelum itu, perlu saya beri penafian. Yang saya ulas pertama kali adalah pantai yang paling saya suka. Yang kedua lebih saya sukai ketimbang yang ketiga, tetapi punya nilai yang lebih rendah dibanding yang pertama. Begitu seterusnya.

Oke. Tanpa berpanjang lebar, ayo kita berangkat ke pantai yang pertama.

Pertama: Pantai Sara Besar, Kepulauan Talaud

Dari sekian banyak pantai yang pernah saya kunjungi, ini yang paling saya sukai. Pasalnya, pantai yang terletak di Pulau Sara Besar, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara ini benar-benar tidak berpenghuni.

Dengan kata lain, tidak ada satu pun manusia yang menghuni. Sehingga Anda bisa membayangkan, keasrian dan kebersihan pantai ini betul-betul terjaga. Kendati namanya mengandung kata “besar”, nyatanya luas Pulau Sara Besar hanya sekitar dua kilometer persegi.

Daya tarik utama pantai ini adalah pasirnya yang berwarna putih bersih. Teksturnya juga lembut. Tidak banyak karang, sehingga terasa aman dan nyaman bagi Anda untuk sekadar berlari-lari di bibir pantai.

Pantai Sara Besar, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Keasrian pantai ini begitu terjaga karena tidak berpenghuni. (sumber: dokumentasi pribadi)
Pantai Sara Besar, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Keasrian pantai ini begitu terjaga karena tidak berpenghuni. (sumber: dokumentasi pribadi)

Saya beruntung mengunjungi pantai ini 2017. Sebab saat itu, belum ada satu pun sarana dan prasarana yang dibangun oleh Pemerintah Daerah. Seperti menemukan harta karun yang penuh dengan nuansa eksotis.

Sekarang, sudah ada tengaran (landmark) yang menandai pantai ini. Sudah ada beberapa lokasi foto juga untuk Anda memamerkan keindahan pantai ini di layar Instagram.

Anda mungkin pernah mendengar kalimat, “Dari Pulau Rote hingga Talaud.” Ya, Anda tidak salah duga. Pantai ini terletak di gugusan kepulauan paling utara di Indonesia. Di bagian utara, langsung berbatasan dengan Filipina.

Agak repot memang untuk menuju ke sini. Dari Manado, Anda harus melanjutkan perjalanan naik pesawat atau kapal feri menuju Melonguane. Dari Melonguane, Anda lanjutkan perjalanan menggunakan speedboat selama 15 menit.

Dulu, biaya antar speedboat cukup terjangkau. Sekitar Rp100 ribu untuk perjalanan pergi dan pulang. Kalau sekarang, mempertimbangkan tingkat inflasi, mungkin harganya naik 25 hingga 50 persen.

Yang pasti, Anda jangan berharap menemukan penjaja makanan atau kursi kayu untuk berjemur. Sebab saya ulangi sekali lagi, pantai ini benar-benar tidak berpenghuni. Itulah mengapa hati saya tertambat di pantai ini.

Kedua: Pantai Pasir Timbul, Lampung

Di titik ini Anda bisa menduga kepribadian saya. Ketika berwisata ke pantai, saya lebih menyukai pantai yang tidak ramai. Bagi saya, ketenangan ketika berlibur itu nomor satu. Jadi, saya suka pantai tidak berpenghuni.

Maka dari itu, pantai kedua yang saya sodorkan kepada Anda lagi-lagi pantai tidak berpenghuni. Namanya Pantai Pasir Timbul. Terletak di perairan Teluk Lampung.

Saya menganggap, Tuhan menjaga pesona pantai ini dengan cara yang paling unik. Sebab pantai ini hanya bisa dikunjungi ketika laut sedang surut. Saat pasang, pantai ini akan tenggelam menjadi satu dengan Laut Jawa.

Pantai Pasir Timbul, Lampung. Tatkala laut pasang, pantai ini akan tenggelam menjadi satu dengan Laut Jawa. (sumber: dokumentasi pribadi)
Pantai Pasir Timbul, Lampung. Tatkala laut pasang, pantai ini akan tenggelam menjadi satu dengan Laut Jawa. (sumber: dokumentasi pribadi)

Untuk menuju ke sini, begitu sampai di Bandar Lampung, arahkan kemudi Anda ke Pantai Sari Ringgung. Di sana, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Pantai Pasir Timbul dengan menaiki perahu kayu. Waktu tempuhnya hanya lima hingga sepuluh menit.

Begitu sudah dekat, Anda akan menemukan dermaga kayu berukuran kecil. Perahu kayu yang Anda tumpangi akan berhenti di bibir dermaga. Berikutnya segera langkahkan kaki menuju bibir dermaga.

Tepat di bibir dermaga, Anda akan menjumpai dua bendera merah putih berikut papan nama bertuliskan “Pasir Timbul, Ringgung Pesawaran, Lampung”. Dari titik itu Anda bisa melihat keindahan pantai pasir timbul.

Segera turun dari bibir dermaga lewat tangga kayu, dan berlarilah ke arah bibir pantai. Jangan khawatir tenggelam, karena kedalaman laut di sekitar sana hanya setinggi lutut orang dewasa.

Diamlah sejenak di tengah-tengah pulau. Rasakan sapuan ombak yang lembut membasahi kaki. Atau gelitik butiran pasir yang masuk ke sela-sela jari. Yang jelas, ada sensasi tersendiri yang tidak akan Anda temui di pantai mana pun ketika sudah berada di pusat pulau berukuran mungil ini.

Ketiga: Pantai Kuta, Bali

Pantai yang satu ini adalah favorit semua orang untuk menikmati matahari tenggelam, termasuk saya. Meskipun demikian, kendati telah berkali-kali ke sana, kecintaan saya pada Pantai Kuta sebenarnya baru terjadi pada 2022.

Sebelum itu, saya tidak terlalu suka. Sebab pantai ini terlalu ramai dan, maaf, agak kotor. Tapi sejak pandemi melanda Bali, Pantai Kuta berbenah diri. Jadi lebih asri dan bersih. Karena itulah saya mulai jatuh cinta.

Senja tenggelam di Pantai Kuta, Bali. (sumber: dokumentasi pribadi)
Senja tenggelam di Pantai Kuta, Bali. (sumber: dokumentasi pribadi)

Bagi saya pribadi, waktu terbaik mengunjungi pantai ini adalah pukul lima sore. Aktivitas yang saya lakukan di sini hanya ada empat. Pertama, memesan kursi lipat kayu yang banyak disewakan. Supaya bisa menikmati matahari tenggelam sambil tiduran.

Kedua, membeli minum, kola atau es kelapa, untuk mengisi dahaga selama di pantai. Ketiga, menanti ibu-ibu yang biasa menawarkan jasa pijat badan. Supaya badan tetap segar kendati angin pantai berhembus kencang.

Dan terakhir, ini yang paling penting. Menikmati senja di Pantai Kuta. Kalau langit sedang cerah, sekitar pukul enam lewat, warna jingga tampak jelas dari bentangan horizon di ujung lautan.

Begitu matahari tenggelam, jangan buru-buru menyimpan ponsel atau kamera Anda. Sebab ini waktunya mengambil potret siluet. Jika momennya pas, gambar siluet di Pantai Kuta tidak kalah dengan sunset di Labuan Bajo. Percaya, deh!

Bonus: Pantai Kinaari, Minahasa Utara

Iya, iya. Kalau cuma tiga, tanggung, kan? Oke. Kalau begitu saya kasih bonus satu lagi. Saya berani bertaruh, yang satu ini bukanlah pantai yang sering Anda kunjungi. Ini adalah Pantai Kinaari yang terletak di Likupang, Minasaha Utara, Sulawesi Utara.

Langsung saja, dari Bandara Sam Ratulangi di Manado, ketika “Kinaari Resort” di Google Maps Anda. Jarak tempuhnya memang cukup memakan waktu. Yakni sekitar satu setengah jam.

Tapi jangan khawatir. Pengorbanan Anda akan terbayar lunas begitu sampai di Kinaari Resort. Segera sambangi penjaga di sana, dan bilang bahwa Anda ingin mengunjungi area private dock.

Bagi saya pribadi, waktu terbaik menikmati Pantai Kinaari adalah sore hari. Sebab sunset di sini begitu mempesona. Kendati Anda bisa turun dari area private dock menuju bibir pantai, tapi saya menyarankan Anda untuk tetap di atas tebing.

Menatap senja di atas tebing Pantai Kinaari, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. (sumber: dokumentasi pribadi)
Menatap senja di atas tebing Pantai Kinaari, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. (sumber: dokumentasi pribadi)

Karena di sanalah lokasi foto sunset paling indah, menurut saya. Keindahan citra matahari tenggelam akan semakin eksotis dengan perpaduan pohon kelapa yang banyak tumbuh di area pantai.

Yang menarik, Kinaari Resort tidak sekadar menawarkan keindahan sunset di Pantai Kinaari saja. Kinaari Resort juga menyediakan berbagai aktivitas laut seperti banana boat dan diving ke pulau-pulau sekitar. Seperti Pulau Bangka, Bunaken, atau Lembeh.

Bagi Anda yang suka bersantai di seputaran pantai Kawasan Timur Indonesia, Kinaari Resort juga siap mengantarkan Anda ke surga tersembunyi di Pulau Lihaga dan Gangga.

Jadi, mau berlibur ke pantai yang mana? [Adhi]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun