Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Guru

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Bertafakur Rizqi untuk Bersyukur, Tips Hemat Agar Dompet Selamat di Bulan Ramadan

18 April 2021   22:01 Diperbarui: 18 April 2021   22:39 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertafakur Rizqi untuk Bersyukur, Tips Hemat Agar Dompet Selamat di Bulan Ramadan
ilustrasi uang. sumber: Shutterstock 

Hamba-hamba yang lalai berjuang keras terhadap rizqi yang sudah dijaminkan, tapi mereka mengabaikan taat yang telah diwajibkan. Para kekasih Allah memahami, baik rizqi yang mereka  nikmati maupun kerja yang mereka baktikan; keduanya adalah karunia Rabb mereka, untuk disyukuri dan diihsankan. Inilah setitis rizqi di lapis-lapis keberkahan, apa yang sedikit lagi mencukupi, lebih baik daripada segala yang banyak tapi melalaikan (Salim A. Fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahan)

Kita ketahui bersama bahwa rizqi tak melulu berbicara tentang harta, uang, kekayaan, dan hal lain yang bersifat materi. Waktu, usia, kesehatan, orang-orang istimewa, manusia-manusia baik, lingkungan nyaman, dan perlindungan dari Allah merupakan bagian dari rizqi yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Sudahkah kita senantiasa mentafakuri rizqi?

Kata tafakur merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang berarti memikirkan atau mempertimbangkan perkara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tafakur memiliki arti renungan, perenungan, merenung, menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh, atau berarti pula mengheningkan cipta. Sehingga mentafakuri rizqi dapat dipahami sebagai bentuk perenungan, pemikiran, pertimbangan tentang rizqi yang kita dapatkan dari Allah selama ini. Apakah kita sudah memanfaatkan rizqi tersebut dengan sebaik-baiknya dan sesuai kodratnya?

Bahkan sebutir garam pun adalah rizqi Allah yang menuntut untuk disyukuri. Seperti yang disampaikan Ustadz Salim A. Fillah dalam bukunya Lapis-Lapis Keberkahan bahwa hatta sebutir garam, menempuh perjalanan yang tak mudah lagi berbulan, untuk menemui pengasupnya yang hanya berpindah dari kamar tidur ke kamar makan. Betapa kecil upaya kita, dibandingkan cara Allah mengirimkan rizqi-Nya. Kita baru merenungkan sebutir garam, bagaimanakah bebijian, sayur, ikan, dan buahnya? Bagaimanakah katun, wol, dan sutranya? Bagaimanakah batu, kayu, pasir, dan gentingnya? Bagaimanakah besi, kaca, dan karet rodanya?

Jika perenungan ini senantiasa kita lakukan dalam proses pemanfaatan rizqi kita dalam hal ini rizqi yang berupa harta, maka kita akan lebih bijaksana untuk mengalokasikan titipan rizqi Sang Maha Kuasa supaya di setiap langkah kita ada keberkahan di dalamnya. Tak terkecuali di bulan Ramadan. Bulan yang di dalamnya manusia saling berinvestasi kebaikan. Bulan di mana masing-masing berupaya berlomba mencetak pahala akhirat. Bulan perbaikan kualitas diri dan peningkatan iman dan takwa sebagai makhluk Tuhan.

sumber: https://style.tribunnews.com/2019/03/20/tanggal-tua-di-depan-mata-ini-tips-hemat-agar-dompet-tidak-menjerit
sumber: https://style.tribunnews.com/2019/03/20/tanggal-tua-di-depan-mata-ini-tips-hemat-agar-dompet-tidak-menjerit

Sehingga kurang etis kiranya apabila kita tidak bijak dalam memanfaatkan isi dompet kita untuk pemenuhan kebutuhan keseharian. Hal yang perlu kita garis bawahi bersama yakni kebutuhan bukan keinginan. Apakah kita sudah semakin bijak membelanjakan uang kita untuk hal yang kita butuhkan? Atau sekadar ikut tren ingin belanja karena diskon yang berseliweran? Mari kita tanyakan bersama pada diri kita sendiri.

Hal tersebut memang hak prerogatif diri sesuai kemampuan finansial yang dimiliki. Akan tetapi, apabila kita belajar dari kisah perjalanan sebutir garam sampai di perut kita, tidakkah kita ingin berpikir kembali untuk melakukan pertimbangan sebelum membeli apa-apa yang menjadi kebutuhan diri? Supaya tidak sekadar menuntaskan dan melegakan keinginan serta ambisi yang tak berlandaskan kebutuhan.

Tentu hal tersebut tidaklah semudah yang telah dibicarakan di sini. Godaan intrisik (ego, kemauan, dan ambisi) serta godaan ekstrinsik (ajakan, rayuan, rasa tak enak hati pada teman) seringkali turut berpengaruh pada cara kita mengambil keputusan. Untuk itu, ada beberapa cara (tips) yang dapat kita lakukan dalam rangka memaksimalkan penggunaan isi dompet kita dengan bijak.

1. Berbelanja keperluan buka dan sahur satu hari untuk satu pekan

Cara ini terbukti efektif apabila kita memang benar-benar ingin menyelamatkan isi dompet dari kata boros. Selain dapat menghemat pengeluaran, berbelanja dalam skala banyak untuk satu pekan juga dinilai lebih efisien dari segi waktu. Adapun bahan makanan yang dapat masuk kategori ini tentunya bahan makanan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

2. Membawa uang secukupnya saat berbelanja dan bepergian

Tidak ada salahnya membawa uang lebih pada saat berbelanja maupun saat bepergian. Hal ini dilakukan sebagai upaya jaga-jaga. Namun, akan jauh lebih baik jika persediaan uang yang kita bawa tidak begitu berlebihan. Selain faktor keamanan, membawa uang secukupnya dapat menekan ego kita membeli sesuatu yang sejatinya menarik namun tidak masuk ke dalam daftar prioritas untuk dibeli.

3. Menjaga pandangan dari diskon yang berseliweran

Diskon memang hal yang dicari oleh hampir semua kalangan masyarakat, terutama kaum ibu-ibu. Apalagi di situasi Ramadan menjelang lebaran seperti saat ini. baik toko online maupun offline berusaha menarik perhatian konsumen dengan menawarkan diskon besar-besaran. Akan tetapi tidak semua barang yang tengah diskon merupakan barang yang sedang kita butuhkan dalam waktu dekat dan mendesak. Sehingga akan jauh lebih bijak jika kita cukup melihat diskon pada barang yang benar-benar kita butuhkan dan mengabaikan barang yang tidak menjadi daftar penting dalam waktu dekat.

4. Berusaha hanya membeli sesuatu yang dibutuhkan bukan sekadar diinginkan

Lagi-lagi hal ini memang perlu ditekankan ketika hendak membeli suatu keperluan sehari-hari. Sebenarnya pada kondisi awal pasti kita telah menanamkan dalam hati hanya akan membeli apa yang benar-benar kita butuhkan sekarang ini. Namun realitanya sering kali kita tertarik dengan barang promo atau benda-benda yang cukup menggoda pandangan. Maka dari itu berusaha tegas pada diri sendiri diperlukan agar isi dompet kita aman dari godaan yang belum menjadi prioritas.

5. Mempertimbangkan pengeluaran untuk kebutuhan yang akan datang

Pemikiran ini dapat menjadi salah satu cara yang efektif agar kita berusaha untuk membeli barang secukupnya dengan kategori barang tersebut bermanfaat dan memang dibutuhkan dalam waktu dekat. Di sisi lain kita juga dapat membuat daftar perencanaan pengeluaran yang akan kemungkinan dibeli dalam jangka waktu tidak sekarang. Dengan kata lain kita dapat mengalokasikan uang belanja yang lebih untuk kebutuhan akan datang bukan kebutuhan akan keinginan sekarang. Karena bisa jadi kebutuhan yang akan datang lebih prioritas ketimbang keinginan terhadap barang yang belum dibutuhkan sekarang.

Ramadan dan lebaran memang begitu identik dengan berbagai banyak kebutuhan mulai dari keperluan sehari-hari selama berbuka dan sahur sampai kebutuhan dalam rangka menyambut hari raya. Dalam hal ini semoga kita semakin pandai menjaga isi dompet kita untuk hal-hal yang bersifat prioritas dan utama. Bukankah yang terpenting ialah kualitas kita dalam beribadah? Apabila isi dompet kita dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih bermanfaat, mengapa tidak? Bukankah hal tersebut juga akan menambah keberkahan dari rizqi yang Allah titipkan pada kita?

Mari kembali bertafakur agar kita semakin bersyukur dan terhindar dari perilaku kufur.

Selamat menjalankan ibadah di bulan yang penuh berkah.

Marhaban Ya Ramadan.

Oktav Unik Ardiana

Baca juga: Online VS Offline: Pilihan Belanja Bijak untuk Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun