Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Wiraswasta

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Seberapa Megap-megap Masyarakat Berbelanja Kebutuhan Harian di Ramadan?

29 April 2020   14:09 Diperbarui: 29 April 2020   18:06 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seberapa Megap-megap Masyarakat Berbelanja Kebutuhan Harian di Ramadan?
Suasana sebuah pasar. Foto milik pribadi.

"Soalnya biasa diborong orang yang mau pesta pernikahan."

Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Salah satu pihak yang ngeborong, ya ibu saya sendiri kalau lagi ada job katering hehe. Nah benar juga ya. Pasca dilarangnya pesta pernikahan sejak (hampir) 2 bulan lalu, praktis orang yang tadinya mau pesta jadi menunda. Itu dia yang menjadi salah satu faktor turunnya harga selain memang mungkin stoknya lagi banyak.

"Untuk ikan patin harganya antara Rp.18.000 sd Rp.20.000/kg. Ikan nila Rp.25.000 sd Rp.28.000. Ikan sarden Rp.17.000. Sedangkan untuk sayuran bervariatif sesuai banyak dan kebutuhannya," ujar salah satu sepupu saya yang kebetulan baru tadi pagi berbelanja di pasar.

Dan, menurut penuturan sepupu, harga ini masih wajar. Jadi, menurut pengamatan sekilas saya, untuk Ramadan tahun ini harga kebutuhan sehari-hari tergolong stabil.

Hanya, walaupun harga tersebut masuk akal, imbas dari covid-19 di mana orang susah bekerja atau bahkan dipecat, menjadikan daya beli masyarakat bisa jadi tak sebanding dengan kestabilan harga tersebut.

Tentu kita berharap agar covid-19 ini segera berlalu. Agar, masyarakat tidak megap-megap lagi berbelanja kebutuhan pokok, ya!

Bagi yang masih mampu memenuhi kebutuhan (apalagi yang kayak saya, single fighter yang masih menumpang sama orangtua) harus pandai-pandai bersyukur karena di luar sana banyak orang yang tak berkemampuan bahkan untuk menghalau rasa lapar satu hari ke depan.

Penuli bagian dari Kompal
Penuli bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun