Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Wiraswasta

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Seberapa Megap-megap Masyarakat Berbelanja Kebutuhan Harian di Ramadan?

29 April 2020   14:09 Diperbarui: 29 April 2020   18:06 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seberapa Megap-megap Masyarakat Berbelanja Kebutuhan Harian di Ramadan?
Suasana sebuah pasar. Foto milik pribadi.

Rumah kami dekat dengan pasar. Jaraknya sekitar 2 km. Kalau jalan kaki ya sekitar 15 menitlah ya. Makanya, untuk memasak, ibu saya cukup rutin berbelanja ke pasar setidaknya seminggu 2 kali.

Namun, pasca covid-19 merebak, saya mewanti-wanti ibu untuk mengurangi aktifitasnya ke pasar. Lumayanlah, sekarang hanya seminggu sekali di akhir pekan.

Ibu saya memiliki usaha katering. Jadi, wajar kalau untuk urusan memilih bahan pokok beliau sangat teliti. Ya maklum saja, sekali belanja kan biasanya langsung dengan jumlah besar. Selisih berapa rupiah per-tiap kilogramnya dari masing-masing item saja, jika dikumpulkan pasti lumayan.

Saya pribadi sempat buka usaha kuliner. Saya yang tadinya jarang bersentuhan dengan aktivitas di pasar (paling sesekali saja saat ibu membutuhkan "porter" tambahan barulah saya dimintai tolong), jadi akrab sama mamang dan bibi penjual segala macam kebutuhan sehari-hari.

Di Pasar 10 Ulu Palembang, saya sudah tahu mana pedagang sayur yang menjual hasil kebun dengan kualitas baik, saya juga sudah hapal mana penjual daging ikan, cabai, bumbu, telur yang menjadi langganan saya.

Setelah subuh saya sudah berjibaku dengan dinginnya pagi demi mendapatkan bahan-bahan terbaik. Eh, ini soal timing juga soalnya bahan belanjaan harus segera diolah. Nah, saat di pasar inilah saya banyak bersentuhan dengan masyarakat. Baik itu yang sama-sama mau belanja atau juga dengan para pedagang.

Sebagai pelaku usaha, saya paham betapa modal awal harus disiasati sedemikian rupa agar memperoleh keuntungan. Makanya, jika ada bahan baku yang naik, nggak hanya emak-emak, saya pun bisa "menjerit". Terutama jika bahan baku itu cukup banyak saya butuhkan seperti cabai (untuk membuat cuko pempek), atau juga tepung untuk membuat pempeknya.

Dan, mendekati Ramadan, biasanya berita di TV/situs online seputar ketersediaan sembako dan harga jualnya semakin riuh terdengar.

  • Kondisi Harga Bahan Pokok di Ramadan

Saya baca di beberapa portal berita bahwa pemerintah menjamin ketersediaan dan ketercukupan stok sembako untuk menyambut Ramadan 2020.

Hmm, koreksi jika saya salah, tapi setahu saya, sejak beberapa tahun lalu di bawah kepemimpinan presiden Jokowi, ketersediaan dan harga sembako cukup stabil. Soal mahal-nggak-mahal itu tiap orang relatif ya. #NoDebate

Sempat ada kehebohan kelangkaan gula pasir yang saya ingat beberapa bulan lalu. Yang saya baca itu terjadi karena terjadi keterlambatan impor dan juga adanya pihak yang menimbun. Soal ini saya nggak begitu tahu pastinya karena setidaknya orang-orang di sekitar saya tidak mengeluhkan soal kelangkaan gula pasir ini.

Sebagian barang dagangan adik. Foto milik pribadi.
Sebagian barang dagangan adik. Foto milik pribadi.
Sebagian barang dagangan adik. Foto milik pribadi.
Sebagian barang dagangan adik. Foto milik pribadi.
Selain sebagai konsumen, bisa dibilang kami juga bertindak sebagai penjual. Adik saya yang punya toko kelontong bilang bahwa kelangkaan gula pasir itu gak berlangsung lama. Perhari ini (29/4) harga gula curah yang dijual di tokonya itu Rp.16.500/kg.

"Harga ini emang sudah naik sebelum corona dan Ramadan," ujarnya. Kenaikannya lumayan juga sih, sekitar 5 ribu rupiah karena dulu per-kg dijual dengan harga Rp.11.500.

Menurut pengakuannya, gula yang dijual di jaringan minimarket lebih murah yakni Rp.12.500 karena disubsidi pemerintah. Namun, harga tersebut baru didapatkan setelah berbelanja minimal 50 ribu. Soal ini, bisa jadi karena kebijakan jaringan minimarketnya juga.

Demi kepentingan tulisan ini, saya coba menggali apa saja yang paling banyak dibeli masyarakat selama Ramadan. Kebutuhan itu antara lain beras premium Rp.12.000/kg atau beras ekonomis Rp.11.000/kg. Untuk minyak goreng kemasan Rp.13.000/liter atau minyak goreng curah Rp.10.000/liter.

Sirup untuk berbuka. Foto milik pribadi.
Sirup untuk berbuka. Foto milik pribadi.
Secara ya, Ramadan gini suka konsumsi yang manis-manis. Nah, susu kental manis dijual Rp.10.000/kaleng, sirup yang iklannya muncul tiap Ramadan itu Rp.17.000/botol. Untuk produk kelapa nata de coco Rp.14.500/pcs.

Sedangkan untuk mie instan dijual Rp.94.000/dus dengan harga satuan Rp.3000 (atau Rp.2400/10 buah). Sarden kalengan ukuran kecil seharga Rp.6500 atau besar Rp.14.000 juga banyak dibeli karena kepraktisannya untuk menu berbuka puasa ataupun juga sahur.

Menurut penuturan adik saya, harga produk ini relatif stabil. Hanya sebagian item saya yang naik turun harganya.

  • Bagaimana dengan Harga Daging dan Sayuran?

Adik saya hanya menjual bahan makanan kering. Untuk keperluan membeli ikan, daging ayam/sapi dan sayur la ibu saya masih rutin ke pasar atau paling tidak ke warung dekat rumah.

"Ayam lagi murah banget," ujar ibu ke salah satu sepupu yang obrolannya saya dengar.

"Sekarang perkilo sekitar 18.000 sd 20.000 saja," ujar ibu lagi.

Nah, lumayan juga ya. Karena kalau lagi mahal, perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp.35.000. Selisihnya jauh banget! Soal kenapa harga ayam bisa murah kayaknya pengaruh di covid-19 juga. Saya ingat, ibu kerap berceloteh bahwa ayam biasanya naik di akhir pekan.

"Soalnya biasa diborong orang yang mau pesta pernikahan."

Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Belanjaan sepupu pagi ini. Foto milik pribadi.
Salah satu pihak yang ngeborong, ya ibu saya sendiri kalau lagi ada job katering hehe. Nah benar juga ya. Pasca dilarangnya pesta pernikahan sejak (hampir) 2 bulan lalu, praktis orang yang tadinya mau pesta jadi menunda. Itu dia yang menjadi salah satu faktor turunnya harga selain memang mungkin stoknya lagi banyak.

"Untuk ikan patin harganya antara Rp.18.000 sd Rp.20.000/kg. Ikan nila Rp.25.000 sd Rp.28.000. Ikan sarden Rp.17.000. Sedangkan untuk sayuran bervariatif sesuai banyak dan kebutuhannya," ujar salah satu sepupu saya yang kebetulan baru tadi pagi berbelanja di pasar.

Dan, menurut penuturan sepupu, harga ini masih wajar. Jadi, menurut pengamatan sekilas saya, untuk Ramadan tahun ini harga kebutuhan sehari-hari tergolong stabil.

Hanya, walaupun harga tersebut masuk akal, imbas dari covid-19 di mana orang susah bekerja atau bahkan dipecat, menjadikan daya beli masyarakat bisa jadi tak sebanding dengan kestabilan harga tersebut.

Tentu kita berharap agar covid-19 ini segera berlalu. Agar, masyarakat tidak megap-megap lagi berbelanja kebutuhan pokok, ya!

Bagi yang masih mampu memenuhi kebutuhan (apalagi yang kayak saya, single fighter yang masih menumpang sama orangtua) harus pandai-pandai bersyukur karena di luar sana banyak orang yang tak berkemampuan bahkan untuk menghalau rasa lapar satu hari ke depan.

Penuli bagian dari Kompal
Penuli bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun