Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com
Asa Ramadan 2020: Ibadah Makin Taat, Karir Meningkat, Jodoh Merapat, dan Senantiasa Sehat
"Btw, Lebaran masih lama, ya?"
Hehehe, lebaran masih lama. Semoga kalimat ini tidak berkeliling di relung pikir kita hari ini, ya. Perjalanan kita di bulan ramadan baru dimulai. Puasa barulah dijalani beberapa hari, dan semangat diri masih menggebu-gebu layaknya dentuman nuklir yang siap saji.
Ramadan tahun ini, 2020 alias 1441 hijriah memiliki nuansa yang berbeda. Seluruh daerah di berbagai penjuru Indonesia dan dunia sedang dilanda kesepian. Kesepian ini muncul karena Allah telah hadirkan ujian berat yang bermerek Covid-19.
Darinya, kita wajib menjalankan kebijakan populer dari pemerintah seperti bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Yang bebas lalu-lalang barangkali hanyalah angin semilir, dan semoga saja angin ini membawa kabar baik berupa keberkahan di bulan ramadan.
Meski demikian, karena ini bulan yang penuh dengan kemuliaan, berarti kita boleh menitipkan asa, kan? Tentu saja, dan secara pribadi saya pun punya asa yang sensasional bin boombastis untuk mendongkrak semangat berpuasa, tetap dengan sandaran Lillaahi Taala.
Harapan ini bukan tentang cepat-cepat lebaran loh, ya! Terang saja, kalaulah besok langsung lebaran, rugi sekali kita yang kekurangan pahala ini. Jadi, manfaatkanlah bulan ramadan 2020 dengan semaksimal mungkin sembari menggapai asa. Lalu apa saja asa bin harapan saya?
Pertama, Ibadah Makin Taat
"La'allakum Tattaquun". Inilah harapan pertama dan paling utama bagi saya, yaitu agar menjadi orang yang bertakwa. Dengan bekal takwa, seorang hamba akan selamat dunia-akhirat.
"Berarti, sekarang dan tahun lalu belum takwa, donk?"
Benar sekali. Bahkan, diri ini jauh dari kata takwa. Singgahsana dunia sungguh membutakan dan menyibukkan hingga saya seringkali malas untuk beribadah. Sholat buru-buru, baca Qur'an kadang-kadang jika perlu. Apalagi ibadah sunnah, seakan terlupa dimakan nafsu.
Sesaat, saya iri dengan anak-anak kecil yang saleh di zaman sekarang. Baru 3-4 tahun, sudah hafal Qur'an, sekolahnya di pesantren, bahkan saat dewasa ia mendapat beasiswa kuliah di negeri Arab.
Tapi, sesaat kemudian saya juga menyadari bahwa meskipun hafal Qur'an, sekolah di pesantren, atau bahkan belajar di Arab sekalipun, belum tentu ada jaminan langsung masuk surga.