Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com
Mengajarkan Ibadah kepada Anak dengan Memadukan Teknik Motivasi ala Rasulullah dan Rumus "TANDUR"
Bila kita amati, agaknya kegiatan mengajarkan ibadah kepada anak selama bulan Ramadan tidak lepas dari tantangan yang kompleks.
Ya, namanya juga anak-anak. Ketika emosi mereka sedang tidak keruan, anak-anak bisa dengan mudahnya berdalih malas seraya berlindung di balik kata puasa.
Terlebih lagi, kalau kita melirik keunikan anak-anak dari segi motivasi mereka, maka didapatlah fenomena bahwa kebanyakan motivasi belajar maupun beribadah anak datang dari luar dirinya (ekstrinsik).
Contohnya?
Mulai dari berpuasa agar mendapatkan imbalan atau penghargaan tertentu, rajin Tarawih agar mendapat nilai tinggi pada pelajaran agama, rajin sholat agar di sekolah bisa berkisah kepada teman sekelas, dan masih banyak lagi.
Hemmm. Biarlah.
Namanya juga anak-anak.
Sejatinya mengajarkan ibadah itu butuh proses yang melibatkan perpaduan iman, akal, dan hati. Toh, jangankan anak-anak. Orang dewasa saja masih ada yang beribadah syahdan berusaha untuk pamer, kan? Nauzubillah.
Nah, menimbang tantangan yang kompleks tersebut, rasanya diperlukan teknik dan rumus spesial agar kita bisa sukses mengajarkan anak untuk beribadah sejak dini, khususnya di bulan Ramadan.
Lho, memangnya aku punya anak? Belum, sih. Menikah saja belum. Hahaha
Tapi tiadalah mengapa. Teknik motivasi mengajarkan ibadah ini juga berangkat dari pengalamanku yang sudah menjadi guru baca tulis Al-Quran dan guru private sejak kelas satu SMA.
Ibadahnya apa saja? Yang pastinya tidak bakalan lepas dari 3 pilar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariat, dan akhlak. Artinya, sejak dini anak-anak kita sudah harus dibekali kompetensi untuk beribadah, bermuamalah, juga berakhlak mulia.
Ibadah utamanya adalah sholat, karena dengan sholat yang sukses maka akhlak mulia bakal mengikuti, sebagaimana kalam Allah dalam QS al-Ankabut ayat 45.
Di sana diterangkan bahwa sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Artinya, kalau sholatnya benar, maka bakal ada perbaikan akhlak sebagai implikasinya. Tapi, untuk melaksanakan sholat dengan benar, syaratnya, rukunnya, serta ketentuannya harus benar, kan?
Pun demikian dengan ibadah lainnya seperti membaca Quran, bersedekah, serta menuntut ilmu. Untuk menyukseskannya, kita bisa melirik teknik motivasi ala Nabi Muhammad dan memadukannya dengan rumus TANDUR.
Ada 6 Teknik Motivasi ala Rasulullah dalam Mengajarkan Ibadah kepada Anak
O ya, ada sebuah penelitian hebat yang dilakukan Departemen Kajian Umum di International Islamic University Kuala Lumpur, Malaysia. Judul penelitiannya adalah The Impact of Prophet Muhammad Motivation Techniques on Students Performance.
Kajian yang dilakukan pada tahun 2012 ini melibatkan psikolog serta meneliti sudut kognitif dan perilaku yang didasarkan pada literatus hadis As-Shahihain (Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim), Sunan Abu Daud, serta Sunan Tirmidzi.
Hasilnya, didapatlah 6 teknik motivasi ala Rasulullah yang biasa beliau pakai dalam mengajarkan ibadah. MasyaAllah! Dua perkara berupa Quran dan Sunnah yang Rasul titipkan benar-benar menjadi pedoman bagi umat manusia. Berikut disajikan 6 teknik tersebut:
Pertama, Teknik Pemberian Rewards
Hadis di atas adalah prinsip utama yang mendasari pentingnya penghargaan dalam mengajarkan ibadah kepada anak. Prinsipnya yaitu, seseorang bakal menerima pahala (penghargaan) setelah berhasil melaksanakan tugasnya.
Ketika membuka bimbel Baca Tulis Al-Quran di rumah sejak kelas satu SMA dulu, aku pula sering memberikan penghargaan. Kadang berupa uang, kadang pula berupa piagam. Dan hasilnya, anak-anak semakin semangat datang mengaji. O ya, di sekolahku pula begitu.
Kedua, Teknik Mencegah Perilaku Buruk
Hadis di atas adalah dasar dari hadirnya teknik motivasi mencegah perilaku buruk ala Nabi Muhammad. Pelajaran yang bisa diambil adalah, jangan menyerang pribadi dan psikis anak dalam menegur kesalahannya, melainkan sampaikanlah dengan cara yang baik.
Mengapa dalam ibadah hal ini sangat penting? Ya, namanya juga anak-anak. Karena lebih besarlah motivasi ekstrinsik daripada intrinsik, teguran yang kasar bakal menimbulkan dampak buruk seperti melenyapkan motivasinya sehingga anak jadi enggan menaruh perhatian lagi.
Ketiga, Teknik Pemberian Pujian
Adapun teknik motivasi ketiga yang dilakukan Rasulullah adalah dengan memberikan pujian. Seperti halnya keterangan di atas, bahwa Nabi Muhammad SAW bakal memberikan apresiasi berupa pujian ketika melihat sahabat beliau yang terampil.
Dalam mengajarkan ibadah kepada anak, kita pula perlu meneladan teknik Rasulullah. Pujian sangat penting untuk membangkitkan semangat juang anak karena mereka bakal merasa dihargai kerja kerasnya, serta diapresiasi perbuatan baiknya.
O ya, jangankan anak-anak, kita saja yang dewasa bakal "terbang" bila dipuji atasan maupun (calon) mertua, kan? Hayooo, ngaku! Awas, hati-hati nanti niat yang tulus jadi serong! Eh.
Keempat, Teknik Mendorong Perilaku Baik
O ya, andai kita mau melirik lebih fokus, maka secara tidak langsung hadis di atas mirip dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran.
Ya, alur hadis Nabi di atas tampak disajikan secara konstruktivistik dengan langkah awal mengungkapkan semangat (rasa penasaran), menyajikan fenomena pemantik rasa penasaran dengan awalan kata "haruskah", menghadirkan pertanyaan, hingga diberi solusi sebagai puncak rasa ingin tahu.
Dalam mengajarkan anak beribadah, aku rasa teknik motivasi semacam ini sangat penting. Terkhusus di bulan Ramadan misalnya:
Anak-anak bisa diarahkan untuk memetik esensi dari ibadah puasa dengan kita hadirkan pernyataan kritis seperti mengapa hanya orang-orang beriman saja yang diperintahkan untuk berpuasa, seperti apa ketaqwaan yang diharapkan setelah berpuasa, hingga mengapa kita harus berpayah-payah menahan lapar dan haus selama 30 hari.
Kelima, Teknik Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Nah, hadis di atas adalah sandaran kita sebagai guru maupun orang tua dalam meningkatkan kepercayaan diri anak dalam beribadah. Maksudnya begini, jangan hanya kompetensi akademis saja yang kita apresiasi melainkan juga kesuksesan anak dalam menuntaskan ibadah.
Contoh sederhana ialah puasa Ramadan. Bagi kita yang sudah dewasa, barangkali lelah, lapar, haus, serta sabarnya berpuasa itu sudah biasa kita tahan. Tapi bagi anak-anak?
Itu spesial dan bahkan tidak mudah. Maka dari itulah kita perlu membuat anak-anak bangga dengan ibadah yang telah ia lakukan.
Hal ini juga berlaku dalam pelajaran membaca Quran, etika meminta tolong, berterima kasih, hingga segenap akhlak lainnya. Bukankah setiap insan itu adalah budaknya kebaikan? Pastinya.
Jadi, ketika perbuatan baik seseorang terus mendapat apresiasi, ia bakal semakin semangat mengerjakan perbuatan tersebut. Termasuklah juga soal ibadah.
Keenam, Teknik Menghadapi Perilaku Buruk
O ya, hadis di atas benar-benar mencerminkan betapa lembut dan bijaksananya seorang Rasulullah dalam menyikapi permasalahan maupun melihat perilaku buruk. Rasul tidak langsung menghakimi kesalahan melainkan beliau bimbing dengan sabar seraya menawarkan solusi.
Dalam mengajarkan ibadah kepada anak, terkadang tidak sedikit orang tua yang langsung menghakimi perbuatan ini salah dan itu salah. Bahkan, saking emosinya, mereka lebih banyak marah-marah bin ngomel tanpa sempat menawarkan solusi.
Alhasil, anak bakal takut salah dan di hari esok ia akan berpikiran dua kali untuk mencoba suatu perbuatan, biarpun perbuatan itu baik. Padahal sejatinya dalam mengajarkan anak kita perlu sabar.
Tanpa kesabaran dan ketekunan, perbuatan beribadah anak bakal susah melekat menjadi perilaku. Sedangkan kita tahu bahwa akhlak adalah perilaku yang sudah tertanam dalam diri seseorang, dan itu melekat.
***
Apakah keenam teknik motivasi di atas sudah cukup? Rasanya sudah sangat sempurna andai kita jalani dengan ikhlas, sabar, dan setulusnya.
Tapi, lagi-lagi kita tahu sendiri bahwa tantangan pengajaran ibadah hari ini semakin kompleks, maka dari itu bolehlah kita hadirkan rumus TANDUR untuk memadukan teknik motivasi ala Nabi Muhammad agar semakin jitu.
Bagaimana rumusnya?
O ya, sejatinya rumus TANDUR adalah buah dari pemikiran Bobbi DePorter dalam balutan model belajar Quantum Learning. Rumusnya bisa kita amati pada ilustrasi berikut ini:
Praktiknya bagaimana? Untuk mempraktikan kolaborasi antara teknik motivasi ala Nabi Muhammad dan rumus TANDUR dalam hal mengajarkan ibadah kepada anak di bulan Ramadan, kita perlu menciptakan suatu kondisi agar anak berminat untuk belajar ibadah.
Sebagai contoh, ibadahnya ialah belajar membaca Quran. Minat anak bakal tumbuh jikalau tiap hari anak diperdengarkan Al-Quran, menonton tayangan anak seusianya membaca Quran, diajak tadarus Quran di masjid, hingga melihat kita sendiri sedang membaca Quran.
Dari sanalah rumus Tumbuhkan bakal berlaku. Selanjutnya, gegara minat tadi si anak akan mencobanya sendiri alias mengAlami bagaimana jika dirinya menjadi seorang pembaca Quran.
Oke, jangan sia-siakan kesempatan bagus tersebut dan setelahnya ajak anak untuk mengaplikasikan minatnya dengan meNamai kegiatan, menDemonstrasikannya, mengUlangi, hingga meRayakan kesuksesannya dalam membaca Quran.
Jikalau anak sedang suntuk? Maka di sanalah saatnya kita gunakan teknik motivasi ala Rasulullah. Bisa dengan menghadirkan penghargaan, memberi pujian, hingga menciptakan kondisi agar anak semakin senang ketika ia sering membaca Quran.
Bisa? InsyaAllah. Berawal dari niat yang tulus lillahi taala, tiada yang tidak bisa. Niat yang baik serta diawali dengan basmalah bakal berkah dan setiap kesulitannya akan selalu ditolong oleh Allah SWT.
Oke, demikian. Salam.