Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.
Dampak Mengungkit Kebaikan yang Belum Pernah Diketahui
Mengungkit kebaikan bukanlah fenomena yang langka terjadi dalam kehidupan ini. Berapa banyak perselisihan yang mengharuskan seseorang harus membuka kembali lembaran kebaikan yang sudah lama? Dibuka semua kebaikan agar menjadi wujud pembelaan dan pembenaran terhadap perselisihan.
Saat hubungan masih baik-baik saja, masih bisa menutupi kebaikan yang telah dilakukan, masih bisa jor-joran memberikan yang terbaik. Hingga hantaman hebat menjadikan hubungan retak, bersiap hati meledak mengungkit segala bentuk kebaikan.
Kebaikan masuk dalam kajian filsafat etika. Maka manusia lebih dipandang memiliki etika dibanding hewan dan tumbuhan. Ada 3 dimensi pembahasan tentang etika kebaikan yaitu :
- Etika kebaikan merupakan sifat jiwa yang tampak pada perilaku dan tindakan
- Etika kebaikan tidak bersifat naluriah
- Akal memiliki peranan yang besar terhadap sesuatu kebaikan yang diusahakan. Artinya filsafat etika kebaikan menolak manusia berperilaku seperti hewan.
Banyak sekali definisi kebaikan yang dikemukakan oleh para ahli filsafat yaitu elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), menguntungkan (tentang kedudukan dan sebagainya), berguna, manjur (tentang obat dan sebagainya), tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan dan sebagainya), jujur, sembuh, pulih (tentang luka, barang yang rusak dan sebagainya), selamat, tidak kurang suatu apa), selayaknya, sepatutnya, (untuk menyatakan setuju), kebajikan.
Menebar kebaikan kepada makhluk ciptaan-Nya mencerminkan hakikat manusia sebagai makhluk yang suci, mulia dan sempurna dibanding yang lainnya.
Oleh, karena itu, kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan sebaiknya jangan diingat-ingat, ingatlah kebaikan orang lain. Terlalu sering mengingat kebaikan diri dan melupakan kebaikan orang lain, maka semakin malas untuk berbuat baik, bahkan akan menghilangkan pahala kebaikan yang pernah diperbuat.
1. Ketersinggungan
Dampak mengungkit-ungkit kebaikan adalah ketersinggungan orang yang diberi atau dibantu. Bahkan termaktub dalam QS Al Baqoroh :263
"Perkataan yang baik dan memberikan maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi perbuatan yang menyakiti, Allah Maha Kaya, Maha Penyantun"
Cara agar tidak mengungkit Kembali kebaikan adalah menjadikan kebaikan sebagaimana suatu hal yang harus dilakukan. Menanamkan pola pikir bahwa berbuat baik untuk orang lain adalah kewajaran bukan hal yang perlu dibanggakan. Mengingat fitrahnya sebagai manusia yang selalu membutuhkan dan saling membantu.
2 Dihapuskan Pahala Kebaikannya
Masalah manusia dan kebaikan adalah hal yang pelik. Godaan menjalani kebaikan ini sangat panjang. Jika hari ini lupa, suatu saat nanti ketika ada perseteruan dan hal yang kurang pas, semua kebaikan mencuat.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi)." (QS. Al-Baqarah [2]: 264)
3. Mengingkari Kebaikan Tuhan Sang Maha Pencipta
Dalam QS Ar Rahman terdapat 31x ayat yang berarti "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan".
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang". QS An-Nahl ayat 18.
Begitu banyak nikmat dan kebaikan yang telah diberikan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta. Analoginya, corong kebaikan yang diberikan Sang Maha Pencipta lebih besar bahkan tanpa harus diminta. Mengapa saat sedikit memberi pada sesamanya merasa berat hati atau mengungkit Kembali?
4. Melupakan Fitrah Sejati Manusia
Fitrah manusia yang suci dan sempurna adalah menebarkan kebaikan dengan cara membantu, menolong, mengajarkan dan memberi manfaat. Hal ini melekat, menjadi keutuhan dan kebutuhan diri. Tanpa melakukan kebaikan manusia tetap hidup, tetapi untuk apa? Sebatas hidup sendirian saja?
5. Lebih Rendah Dari Binatang
Manusia adalah makhluk yang beretika. Kebaikan adalah etika yang tertanam dalam jiwa dan ranah akal serta budi. Manusia dilengkapi dengan akal dan budi pekerti yang baik. Berbeda dengan binatang yang hanya memiliki dorongan naluriah atau insting saja tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya untuk sesama. Binatang tidak memikirkan bagaimana perasaan binatang lainnya, tersinggung atau tidak? Yang mereka tahu hanyalah bagaimana caranya bertahan hidup. Paling hanya hewan tertentu saja yang merasakan bonding yang kuat kepada pemiliknya.
Menebar kebaikan, cinta dan kasih adalah kewajaran dan sebagaimana harus melakukannya sebagai layaknya manusia. Ramadhan berkah, lupakan kebaikan diri sendiri dan ingat kebaikan orang lain.
Bogor Barat, 17 April 2022
Salam,
Sri Patmi