Bayar Utang Dulu Sebelum Beli Baju dan Kue Lebaran
Lebaran sebentar lagi datang. Meski masih dalam suasana pandemi Covid-19, hal ini tidak mengurangi antusias umat untuk berbelanja kebutuhan lebaran.
Pokok pembicaraan semua orang pun beralih ke masalah Tunjangan Hari Raya.
"Eh, dapat THR penuh apa separuh?"
"Alhamdulillah, perusahaanku tahun ini membayar penuh THR karyawan."
Wah, syukur deh. Mau dibelanjakan apa tuh THR-nya?"
Menjelang lebaran, sifat konsumtif kita langsung memuncak. Belanja ini itu tanpa menyadari bahwa ada kebutuhan lain yang harus diprioritaskan.
Sisihkan Penghasilan untuk Zakat dan Cicilan Hutang
Kebutuhan pokok yang harus kita penuhi menjelang lebaran adalah menunaikan zakat fitrah dan zakat maal apabila harta kita sudah mencapai syarat. Setelah menyisihkan penghasilan untuk memenuhi kewajiban zakat, barulah kita bisa beralih ke skala prioritas berikutnya, yakni memenuhi kebutuhan hidup.
Eh tunggu dulu, selain membayar zakat, ternyata masih ada kebutuhan lain yang juga harus segera kita penuhi.
Apa itu?
Hutang atau cicilan.
Nah, saking semangatnya menerima THR dan nafsu pingin berbelanja, kita jadi lupa kalau ternyata masih ada hutang ke saudara, teman atau cicilan lainnya. Benar enggak?
Fenomena lupa membayar utang ini seperti virus penyakit sosial. Suka utang lupa bayar, itulah jenis virus sosial yang bisa menjangkiti siapa saja, tanpa memandang kelas sosial.
Apalagi pada momen hari raya. Dengan alasan banyak kebutuhan, kita meminta keringanan agar hutang atau cicilan itu bisa kita bayar setelah lebaran saja.
Padahal, virus suka utang lupa bayar (SULB) ini termasuk salah satu virus sosial yang berbahaya. Pernah mendengar ungkapan "sampai hutang memisahkan kita"?
Nah, itu salah satu dampak mengerikan dari virus SULB. Pertemanan bisa ambyar, persaudaraan bisa bubar. Semua gara-gara orang yang terkena penyakit sosial Suka Utang Lupa Bayar.
Agar tali silaturahmi kita tidak terputus, prioritaskan membayar hutang atau cicilan segera setelah kita menerima rezeki THR. Kemudian baru kita bisa memikirkan belanja kebutuhan lebaran.
Apa saja?
Beli Kue Lebaran dulu, Baju kemudian
Lebaran di tahun kedua pandemi saat ini mungkin tidak seketat tahun kemarin. Bila tahun lalu hampir semua pergerakan dan aktivitas kita dibatasi, sekarang sudah lumayan longgar.
Jadi, kemungkinan besar pada lebaran nanti banyak saudara dan tetangga yang datang bertamu ke rumah. Sebagai tuan rumah, wajib bagi kita untuk menjamu mereka.
Makanya, untuk lebaran kali ini penuhi dulu kebutuhan kue-kue lebaran. Kan gak enak kalau ada orang bertamu, meja tamu kita dalam keadaan kosong, hanya tersedia gelas-gelas air minum dalam kemasan.
Kalau masih ada sisa uang THR, barulah kita bisa beli kebutuhan lainnya, seperti baju lebaran. Tapi ini gak mutlak lho ya?
Saya sendiri cenderung tidak suka beli baju baru, selama di lemari masih ada baju lama yang masih layak dan patut dipakai. Apalagi beli baju baru itu cuma buat mengikuti mode atau tren. Buat apa numpukin baju kalau hanya dipakai sesekali? Apa demi terlihat keren dan pamer?
Kalau bajunya itu buat anak-anak, ya masih bisa dimaklumi. Memang sudah menjadi sifat anak-anak kalau mereka senang dengan segala sesuatu yang baru, terlebih saat lebaran ketika mereka berjumpa dengan sanak saudara dan teman karibnya.
Baju baru buat anak-anak itu juga bisa kita jadikan sarana untuk memotivasi ibadah mereka. Sewaktu kecil dulu menjelang akhir bulan puasa, Ibu selalu bilang, "Kalau puasanya nutuk/penuh, nanti pas Hari Raya dapat hadiah".
Ini adalah salah satu cara orang tua memotivasi anak supaya puasa mereka tak putus, terus berpuasa selama satu bulan penuh. Hadiahnya? Yang paling sering tentu saja dibelikan baju baru.