Randita Amalia
Randita Amalia Mahasiswa

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Memulai

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Nastar: Simbol Kekuatan Tradisi dan Nilai Budaya di Momen Hari Raya

13 April 2023   05:06 Diperbarui: 13 April 2023   05:07 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nastar: Simbol Kekuatan Tradisi dan Nilai Budaya di Momen Hari Raya
dokpri/by canva

Nastar, kue kering dengan isian selai nanas. Tak hanya enak dan lezat, nastar juga menjadi salah satu simbol kekuatan tradisi dan nilai budaya saat Hari Raya Lebaran di Indonesia. Masyarakat Indonesia terutama yang merayakan Hari Raya Lebaran, menganggap nastar sebagai kue kering wajib yang harus disajikan. 

Tapi, apa yang membuat nastar begitu istimewa dan mengapa kue ini menjadi simbol kekuatan tradisi dan nilai budaya saat Hari Raya Lebaran? Berikut beberapa alasannya, di simak ya!

1. Sejarah dan Asal usul Nastar

Nastar pertama kali dibuat pada awal abad ke-20 oleh orang Belanda di Indonesia. Awalnya, kue ini disebut dengan nama "ananasblokjes" yang artinya "potongan nanas". Kemudian, orang Indonesia mengubah nama kue ini menjadi "nastar" yang merupakan kependekan dari "nanas tart" atau "tart nanas". Seiring berjalannya waktu, nastar menjadi semakin populer dan kini menjadi kue kering yang sangat terkenal di Indonesia.

2. Simbol Kekuatan Tradisi

Nastar menjadi simbol kekuatan tradisi karena kue ini sudah menjadi bagian dari tradisi Lebaran di Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu. Setiap kali Lebaran tiba, nastar disajikan dan ditata rapih di meja makan sebagai salah satu hidangan kue kering. Nastar juga menjadi simbol kekuatan tradisi karena kue ini bisa dijadikan hadiah antaran untuk sanak keluarga, kerabat dekat, dan tetangga sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan dalam merayakan Hari Raya Lebaran.

3. Nilai Budaya

Nastar juga memiliki nilai budaya yang sangat kuat. Salah satunya adalah nilai gotong royong. Proses pembuatan nastar sering melibatkan banyak orang, terutama wanita, yang berkumpul di satu tempat untuk membuat kue ini bersama-sama. Kegiatan ini menjadi ajang untuk berbagi cerita, saling membantu, dan mempererat hubungan sosial antar anggota masyarakat.

Selain itu, nastar juga memiliki nilai kearifan lokal dalam hal bahan-bahan yang digunakan. Misalnya, penggunaan nanas sebagai isi nastar dan cengkeh sebagai topingnya merupakan bahan lokal yang tersedia di Indonesia.

4. Kelezatan Nastar yang Khas

Selain memiliki unsur tradisi dan nilai budaya yang kuat, nastar juga memiliki kelezatan yang tak terbantahkan. Kombinasi tekstur kue yang renyah dan lembut dengan isi selai nanas yang manis dan asam menjadikan kue ini memiliki ciri khas tersendiri dan sangat cocok untuk disantap saat Lebaran. Tak heran jika nastar selalu menjadi hidangan kue kering favorit yang dinanti-nanti setiap kali Hari Raya Lebaran tiba.

5. Inovasi Pembuatan Nastar

Meskipun nastar memiliki sejarah dan nilai budaya yang kuat, namun tidak berarti kue ini tidak bisa berinovasi. Berbagai varian nastar telah dibuat dengan berbagai rasa yang berbeda, seperti diisi dengan selai coklat, kurma, dan lain sebagainya. Selain itu toping nya pun beragam, misalnya dihiasi parutan keju, cengkeh, dan choco chips.

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa nastar menjadi sajian kue kering yang ikonik dan wajib saat hari raya karena beberapa alasan seperti sejarahnya yang panjang, kemudian simbolis kekuatan tradisi, nilai budaya, rasa yang khas serta inovasi dalam pembuatannya.

Kalau kamu sudah membuat kue lebaran belum?
Yuk sharing di kolom komentar.

Semoga artikel ini bermanfaat.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun