Antara Puasa, Taqwa dan Bahagia
Secara bahasa puasa itu berasal dari kata imsak yakni menahan diri. Maka tak heran disetiap ramadhan ada yang namanya jadwal puasa yang diberi nama imsakiyah.
Walaupun zaman semakin canggih, namun lembaran lembaran imsakiyah tetap dibagikan disetiap tahun menjelang ramadhan.
Dikarenakan secara bahasa artinya menahan maka menahan apapun termasuk dianggap puasa dalam hal ini. Termasuknya saat memilih untuk tidak berbicara.
Bukankah Ibunya nabi Isa, yakni Maryam pernah tidak berbicara dalam jangka waktu tertentu yang mana dalam ayat Alquran juga disebut dengan shaum/puasa. Itu jika kita artikan secara bahasa.
Namun jika kita artikan secara makna syariat maka ibadah puasa adalah aktivitas menahan diri hal hal yang mebatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari yang dilakukan di bulan Ramadhan orang yang memenuhi syarat yakni seorang muslim, mukallaf, serta sedang tidak haid dan nifas bagi wanita.
Maka jika syarat syarat sudah terpenuhi dipastikan ibadah puasa itu wajib baginya. Berbeda halnya anak kecil/belum baligh puasa belum wajib baginya.
Lalu kenapa banyak anak kecil yang disuruh puasa oleh orang tuanya?
Itu hanya sebatas pembiasaan diri agar setelah sampai Umur ia tidak kaget dengan amalan yang satu ini.
Tujuan utama dari amalan puasa adalah menjadikan kita hamba bertaqwa sebagaimana yang telah difirmankan oleh-Nya:
"Wahai orang-orang beriman diwajibkan atas kalian ibadah puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa"
Q.S Al baqarah:183
Dan disebut manusia yang bertaqwa adalah ketika kita bersedia untuk mengikuti perintah dan meninggalkan larangan dari sang pembuat Syariat yakni Allah.
Dan bagi orang berpuasa identik dengan bahagia. Loh kok bisa?
Karna itu sudah dijanjikan oleh nabi kita yang mulia bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapatkan dua kebahagiaan yakni ketika ia berbuka dan ketika bertemu dengan Allah kelak.
Berbicara tentang dua kebahagiaan ini penulis tertarik untuk merinci. Karna dua kebahagiaan terasa cukup sempurna. Kebahagiaan pertama mewakili kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan kedua mewakili kebahagiaan di akhirat.
Bagaimana kita tidak bahagia dengan hal tersebut? Bukankah selama ini dalam doa sapu jagat yang sering kita panjatkan kita pun selalu meminta dua kebahagiaan ini?.
Dan salah satu jalan mendapatkannya denga cara puasa. Terkhusus kebahagiaan kedua yakni kebahagiaan akhirat itu karna keutaman khusus dari ibadah puasa.
Berdasarkan ilmu yang pernah penulis pelajari juga bahwa pahala puasa tidak ada rasio khusus seperti amalan yang lainnya yang mungkin dibalas 10 kali lipat, 100 kali lipat atau bahkan 700 kali lipat. Karna ibadah puasa itu khusus dipersembahkan untuk Allah, maka Allah sendiri yang akan memberikan balasan khusus untuk kita.
Kenapa demikian adanya? karna didalam ibadah puasa itu mengandung makna pengorbanan dan loyalitas.
Manusia tidak hanya meninggalkan hal hal haram tapi juga rela meninggalkan hal yang sebenarnya dibolehkan/halal pada hari yang lain yakni makan, minum dan berhubungan suami istri.
So, jika Allah saja memberikan ganjaran yang istimewa terhadap puasa kita maka sudah seharusnya kita lebih semangat dan bersungguh sungguh dalam menjalaninya. Selamat berpuasa dengan bahagia