Keutamaan dan Manfaat Menjalankan Ibadah Puasa Bagi Kesehatan Tubuh Lansia
Puasa merupakan salah satu rukun islam yaitu rukun islam yang ketiga. Puasa berasal dari kata Shaum dalam bahasa Arab yang artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa. Shaum dilakukan mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa selalu dilakukan oleh umat muslim diseluruh dunia, baik puasa sunnah yang dikerjakan sehari-hari maupun puasa wajib yang dikerjakan setiap bulan suci Ramadhan.
Ketika bulan suci Ramadhan, seluruh umat muslim di wajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Namun, ada pengecualian bagi orang-orang yang tidak sanggup berpuasa.
Nilai yang paling penting dalam berpuasa adalah untuk mencapai ketakwaan, yakni kesadaran spiritual dan ketaatan kepada Allah. Sementara itu, hikmah utama dari berpuasa juga termasuk meningkatkan kesehatan tubuh dan pikiran kita.
Selain menjadi kewajiban ibadah, banyak orang juga melakukan puasa karena bermanfaat bagi kesehatannya. Terutama bagi orang tua yang mungkin mengalami penurunan fungsi biologis, puasa dapat membantu mengatasi masalah seperti rabun mata dan mempercepat proses detoksifikasi tubuh. Ini memungkinkan regenerasi sel-sel tubuh yang rusak dengan sel-sel baru, yang tentunya akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu, berpuasa juga dapat membantu mengatur berat badan mereka. Saat menua, seringkali nafsu makan menurun dan aktivitas fisik berkurang, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang tidak sehat. Puasa membantu mengontrol asupan kalori, mengurangi kebiasaan makan berlebihan, dan meningkatkan kontrol pola makan. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang dapat mengurangi risiko penyakit diabetes tipe 2 pada lansia.
Selain membantu dalam manajemen berat badan, puasa juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan jantung pada lansia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa periodik dapat mengurangi risiko faktor-faktor penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol LDL (kolesterol jahat), dan peradangan. Ini dapat berperan dalam pencegahan penyakit jantung serta mengurangi risiko serangan jantung atau stroke pada lansia.
Selain itu, puasa juga berpotensi memberikan manfaat pada fungsi kognitif dan neurologis pada lansia. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan fungsi otak dan memperbaiki mekanisme neuroplastisitas, yang merupakan kemampuan otak untuk beradaptasi dan memperbarui dirinya sendiri. Ini dapat membantu mencegah penurunan kognitif dan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer, pada lansia.
Tidak hanya itu, puasa juga dapat memberikan manfaat pada sistem kekebalan tubuh lansia. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat merangsang regenerasi sel-sel sistem kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan kronis. Hal ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh lansia dan membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan peradangan, seperti arthritis.
Menurut Dr. dr. Nina Kemalasari, Sp.PD-KGer. dari Fakultas Kedokteran UI, untuk lansia yang berpuasa, pengaturan jumlah dan jenis makanan sangat penting. Saat sahur, lansia disarankan untuk mengonsumsi sekitar 40 persen dari total kalori harian mereka. Ketika berbuka puasa, mereka dapat memakan sekitar 50 persen dari total kalori harian. Setelah menjalankan sholat tarawih, mereka baru dapat mengonsumsi 10 persen sisa dari total kalori harian. Ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan energi tubuh lansia selama bulan puasa.
Selain itu, lansia yang menjalankan puasa juga perlu memperhatikan aktivitas harian (yang harus disesuaikan dengan asupan makanan yang sehat).