Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.
Puasa untuk Allah dan Balasan untuk yang Berpuasa
Ibadah lainnya dapat dilihat orang sedang puasa menyangkut rahasia yang berpuasa dengan Allah. Makan dan minum ditahan, sahwat ditahan, amarah ditahan.
Saat lapar, haus, lemas, berapa dzikir yang terucap, Allah yang tahu saat hati berucap: Allah, atau kata-kata pujian lain, subhanallah, alhamdulillah, laa haula wala quwwata illa billah... hingga kita kuat berpuasa.
Ketiga, puasa yang dimaksud dengan “dan Aku-lah yang akan membalasnya,” Berarti puasa merupakan ibadah yang paling Allah cintai. Allah yang akan mendahulukan pembalasannya di dunia dan di sisi-Nya kelak.
Pengalaman saya berpuasa sunnah Senin dan Kamis, juga puasa Daud, kenikmatan di dunia yang diberikan Allah adalah rasa tenang, mampu mengendalikan diri. Tak gelisah meskipun tak memiliki uang berjuta-juta di dompet apalagi rekening. He he he.
Maklumlah ASN pada umumnya gaji pada tanggal 1 sudah habis dilibas bank karena beli tanah, buat mendirikan rumah, dan membeli kendaraan untuk bekerja dan antar jemput anak ke sekolah.
Dengan berpuasa jiwa merasa tenang karena kita hanya memikirkan makan 2x sehari. Penghematan 1x sehari. Bila sudah biasa berpuasa sunnah Daud, berbuka tak perlu lagi mewah. Cukup 1 biji korma, air putih, dan memakan satu porsi nasi bersama lauk dan sayur. Sudah bergizi.
Ya, nikmat makan paling enak saat berbuka. Mmmhhh... nikmat banget karena perut dalam keadaan lapar. Perut lapar pasti mudah bersyukur. Inilah balasan nikmat makan bagi yang berpuasa di dunia. Keren, kita tak perlu bercita-cita banyak uang tapi cukup uang untuk sehari-hari dan untuk bersedekah.
Keempat, balasan puasa bahwa puasa milik Allah. Idhafah, penyandaran. Redaksinya, idhafah tasyrif, kemuliaan, dan ta’zhim, keagungan. Sebagaimana Baitullah (rumah Allah di Makkah Almukarramah) , padahal semua masjid di dunia disebut rumah Allah juga dengan makna sebenarnya milik Allah SWT.
Jadi, puasa pun demikian. Ibadah semua agung, mulia, dan penyandaran kita kepada Allah. Tapi dengan keunikannya yang berbeda dari ibadah lain. Niat, melambatkan sahur, menahan, menyegerakan berbuka, dan tarawih.
Kelima, seperti disebut di atas, ibadah puasa tak membutuhkan makan dan syahwat-syahwat lainnya. Tak butuh makan, tak ada syahwat adalah salah satu sifat Allah Azza wa Jalla.
Orang berpuasa mendekatkan dirinya dengan Allah melalui puasa yang unsur puasa itu salah satu sifat Allah yang mulia, tak butuh makan apalagi syahwat. Kitapun menyandarkan ibadah tersebut kepada Allah agar keagungan Allah melindungi kita. Dari sini kita bisa belajar kehebatan Allah, tak butuh makan dan syahwat.