Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.
Puasa untuk Allah dan Balasan untuk yang Berpuasa
Sedang kita manusia bisa lapar, haus, dahaga minum dan kasih sayang. Kita tak bisa berdiri sendiri seperti Allah. Kita butuh petani, butuh tukang ledeng, butuh istri atau suami. Betapa rendahnya dan terikatnya kita manusia. Kita lemah dan tak bisa berdiri sendiri.
Keenam, puasa pun bermaksud sama seperti di atas, menyadarkan kita akan keberagaman kehebatan ciptaan Allah, manusia dengan sifat butuh makan dan syahwat, malaikat dengan sifat malaikat.
Malaikat tak membutuhkan makan dan tak memiliki syahwat. Sedang kita manusia butuh makan, butuh minum, dan pelepasan syahwat. Sifat malaikat itu salah satu sifat suci mereka yang menunjukkan kehebatan Allah mencipta mereka dan membedakan dengan kita, manusia.
Ketujuh, puasa maksudnya murni hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla saja. Tak satu bagian pun dari ibadah tersebut yang ditujukan kepada sesama hamba, seperti sedekah. Kita berpahala dan kita memberi kebermanfaatan sedekah bagi fakir, miskin, atau keluarga kita yang disedekahi.
Al-Baidhawi rahimahullah berkata, “Ada dua hal yang menjadi alasan mengapa ibadah puasa diistimewakan dengan kelebihan seperti ini :
Pertama; ibadah-ibadah lain dapat dilihat oleh manusia puasa tidak. Ibadah puasa berbeda karena ia adalah rahasia antara hamba-Nya dengan Allah Azza wa Jalla. Yang berpuasa pun melakukan dengan ikhlas dan mengerjakan karena mengharap ridha-Nya.
Hal itulah yang ditunjukkan Allah Azza wa Jalla dalam hadits qudsi tedsebut, yang artinya, "...Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku."
Kedua ; semua perbuatan yang baik, baik dilakukan dengan cara mengeluarkan harta atau mempergunakan fisik biasanya. Sedangkan puasa berbeda, dilakukan dengan cara pengekangan hawa nafsu sehingga membuat fisik yang berpuasa menjadi lemah.
Ibadah puasa mengandung unsur kesabaran dalam menahan rasa lapar, haus, dan meninggalkan syahwat. Sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah Azza wa Jalla dalam hadits qudsi, dengan artinya, "... Dia meninggalkan syahwatnya karena-Ku."
Jadi, beribadah puasa baik di Bulan Ramadhan ini maupun Senin Kamis, Puasa Daud, di awal bulan Syawal, nazar, dan lain sebagainya, istimewa. Puasa mendapatkan balasan langsung dari Allah SWT di dunia dan akhirat tanpa kita sadari.
Bila kebiasaan berpuasa di bulan Ramadhan ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berpuasa sunat, maka balasan Allah untuk kita yang berpuasa Ramadhan dan puasa sunat di dunia adalah kita akan memiliki sifat sabar, menahan diri, dan tenang lahir batin. Tidak rakus apalagi tamak. Rezki selalu dicukupi Allah.
Semoga kita diberi Allah kekuatan untuk menunaikan puasa serta mendapatkan keberkahan dalam Ramadhan ini. Semangat puasa. Aamiin YRA.