Semangkuk Bakso Sapi Kuah, Nagih dan Lezat Saat Lebaran
Saat lebaran datang, bakso favorit nusantara apapun bentuk dan jenisnya, menjadi incaran banyak orang setelah berpuasa satu bulan penuh. Rela antri pun tak apa asal segera bisa menikmati lezatnya butiran-butiran bakso dalam kuah panas yang masih mengepul.
Puluhan mangkuk bakso sapi. Kuah panas dari centong lengkung dituangkan di atasnya. Asap mengepul. Aroma kaldu daging menyentuh hidung. Sebagian orang duduk menunggu. Beberapa di antaranya berdiri menunggu giliran.
Para pelayan hilir mudik membawa nampan berisi beberapa mangkuk bakso. Udara siang yang panas tepat pas jam makan siang tak mengurangi semangat menyantap bakso yang sudah diletakkan di atas meja.
Keringat terlihat menitik di dahi dan pelipis. Sebagian mulut berdecap kepedasan. Panas dan pedas semangkuk bakso menyatu dengan suasana warung bakso yang tak begitu luas dan penuh pengunjung.
Hari kedua lebaran, Minggu 23 April 2023, edisi perbaksoan akhirnya dimulai. Melepas rindu pada semangkuk bakso kuah yang selalu terlewatkan saat ramadan. Dihajar makanan bersantan penuh gizi saat lebaran tiba, bayangan nikmat semangkuk bakso kuah membuat mulut dan dorongan perut serentak tak mampu menolak.
"Siang ini makan bakso saja," kata adik. Siang bolong tepat pukul 12.00. "Bosan makan santan," ucap yang lain.
Rendang, opor, sayur ketupat, hingga sambal goreng kentang, sajian lebaran yang tak lepas dari santan. Dari adzan hari terakhir berbuka puasa hingga hari kedua lebaran, makanan khas lebaran plus ketupat telah tersedia.
Meskipun semua hidangan lebaran rasanya enak dan lebih bergizi, keinginan untuk makan semangkuk bakso tetap tak tertahan. Gurih dan nikmat bakso terasa lebih pas sebagai pengganti makanan bersantan .
Bakso favorit nusantara yang nggak ada matinya
Ternyata tak cuma saya dan orang rumah yang berpikiran demikian. Mengendarai motor bersama ponakan, menyambangi warung bakso 88 Slipi yang ternyata saat sampai sudah sangat penuh pengunjung . Tukang parkir di depan warung sibuk mengatur motor-motor yang akan parkir.
Melihat orang-orang yang duduk menanti datangnya pesanan, orang-orang yang mengantri untuk duduk, dan banyaknya orang yang memesan sambil berdiri, pelayan yang hilir mudik kesana kemari, langsung tertangkap mata.
Penuhnya warung membuat mulut tak sengaja berujar,"Wah, penuh sekali pak. Ngantri padahal masih lebaran, ya."
Lelaki yang sedang menuang mie ayam ke mangkuk-mangkuk berwarna putih menoleh."Dari lebaran pertama sudah ramai. Sudah banyak yang ngantri. Disini lebaran jualan bakso nggak ada libur," katanya.
Kasir perempuan yang sedang menghitung jumlah bakso yang sudah dipesan tersenyum. "Disini yang penting sabar menunggu saja," ucapnya. Pandangan mata mengedari ruangan warung bakso yang penuh pengunjung.
Benar juga, gumamku. Warung bakso favorit nusantara memang nggak ada matinya jadi pilihan banyak orang saat lebaran. Bakso daging di warungan umumnya berbahan daging sapi di negeri yang mayoritasnya muslim.
Saat datang berkunjung lebaranan ke rumah saudara, kerabat, atau teman, terkadang ketika hidangan lebaran sudah tinggal sedikit dan habis, semangkuk bakso dan semangkuk mie ayam menjadi pengganti sajian.
Tahu-tahu semangkuk bakso sudah dipesankan dan tinggal disantap saat bertamu. Bahkan, tuan rumah kadang tak segan juga menawarkan nasi putih untuk dimakan bersama bakso kuah supaya lebih kenyang. Haha...
Siapakah yang bisa menolak bakso dan mie ayam yang disuguhkan? Rata-rata semua orang bisa menyantapnya. Perempuan ataupun laki-laki. Usia muda dan tua juga bisa memakannya. Bakso dengan bentuk dan jenis apapun. Dari bakso urat, bakso halus, bakso beranak, hingga bakso kerikil hingga bakso balungan. Masih ada jenis bakso lain seperti cuanki, bakso aci, bakso gepeng, hingga bakso malang.
Bakso kuah polos atau berwarna sesuai selera
Citarasa khas dan nikmat bakso yang tidak bisa ditampik. Saat lebaran, umumnya bakso kampung biasa justru terasa lebih enak. Seperti yang saya pilih di hari kedua lebaran bersama keluarga di Bakso 88 Sipi. Semangkuk bakso urat seharga Rp.25.000, yang bentuk bulatnya tak sepenuhnya rata karena ada tonjolan berurat.
Saya lebih suka bakso urat dibandingkan dengan bakso halus dan lainnya. Beda saja rasanya. Saat bakso dibelah dengan sendok atau dicolok dengan garpu untuk digigit langsung lebih terasa. Sambil menyeruput kuah kaldu gurih yang masih panas berkepul, nikmat menguasai mulut.
Jika kaldu asli sudah gurih dari daging, saya tak suka mencapurnya dengan apapun. Kalaupun ingin sedikit pedas, hanya menambahkan sedikit sambal saja. Sisanya saya santap secara beningan saja. Lebih terasa layaknya bakso sapi yang benar-benar enak. Adanya tetelan atau gajih membuat bakso kuah semakin lezat dan nagih.
Ditambah dengan daun sawi hijau, taburan bawang merah, dilengkapi bihun dan mie kuning, perut sudah terasa kenyang. Hati pun terasa senang bisa makan menu yang berbeda di hari lebaran.
Meski begitu, makan bakso kuah tetaplah selera masing-masing. Ada yang suka mencampurnya dengan saos, kecap, dan sambal. Ada pula yang masih menambahnya dengan lada dan cuka.
Jika suka, ada juga yang menaburinya dengan daun bawang, tauge, kacang, dan bawang merah. Plus kerupuk yang biasanya disediakan, baik kerupuk putih berbentuk bulat, kerupuk cokelat, atau terkadang ada bungkusan emping.
Itulah sebabnya, banyak warung bakso yang kuahnya sudah lezat biasanya hanya menyediakan mie,bakso dan kuah saja dalam mangkuk. Soal racikan rasa sesuai selera dipersilakan kepada pemesan bakso.
Botol-botol berisi kecap dan saos, hingga lada dan cuka, hingga wadah mangkuk sambal diletakkan di tiap-tiap meja yang berisi beberapa kursi. Siapapun bisa menjangkaunya dan meracik sendiri rasa sesuai kelezatan yang disukainya saat menyantap bakso.
Warna-Warni Kuah Penggemar Bakso
Terkadang, saya perhatikan, kuah bakso yang disantap orang-orang warnanya berbeda sesuai dengan racikan mereka sendiri. Jika saya lebih suka tetap dengan kuah bening, ada semangkuk bakso yang kuahnya berubah menjadi warna kecokelatan karena banyak kecap atau bahkan kemerahan karena rasa pedas menyengat.
Berdiri menunggu pesanan bakso siap, saya tersenyum-senyum sendiri melihat polah para penikmat bakso, Ada yang mengibas-ngibas depan mulutnya dengan tangan. Ada yang segera meminum air dingin banyak-banyak, dan ada sibuk mengelap keringat yang mengucur di dahi dan pelipis dengan tisu.
Ah ya, sebagai pelengkap makan semangkuk bakso kuah, makanan favorit sejuta umat dari Indonesia, akan lebih nikmat ditambah minuman yang juga asyik. Di warung bakso, biasanya selain ada teh dingin, es jeruk, jus aneka buah, ada juga es campur dan es teler.
Saat menyantap semangkuk bakso kuah di warung, inilah yang juga suka membuat lupa. Dua pesanan yang sebenarnya tak baik. Bakso kuah yang panas dengan minuman dingin plus es yang dinikmati setelahnya. Bila sudah terpesan, sambil menutup mata, lupakan sejenak gejala yang akan timbul pada gigi, perut dan tubuh nantinya. Lupakan juga begitu kuatnya penyedap rasa. Nikmati sejenak.
***
Beberapa bungkus bakso kuah dalam plastik berpindah ke tangan saya. Bakso-bakso kuah ini akan disantap orang rumah. Saat mengendarai motor menuju rumah, saya melewati penjual bakso lainnya. Ada juga pembeli bakso disitu. Lebaran justru menjadi lumbung pendapatan para penjual bakso.
Hampir di setiap tikungan jalan, dengan mudah ditemui penjual bakso. Mereka yang berasal dari Wonogiri ataupun dengan daerah lainnya. Selama puluhan tahun, saya menjadi penikmat butiran bakso yang lezat.
Mungkinkah kalian juga salah satunya? Saat membuka media sosial twitter yang sedang ramai membincangkan centang biru, saya melihat sekilas cuitan dan gambar bakso yang bertuliskan edisi perbaksoan di hari kedua lebaran. Ah memang, bakso favorit nusantara!
---Jakarta, 2404dhu23---