Konselor sekolah di SMK Muhammadiyah 3 weleri yang tertarik dalam dunia penulisan.
Imunisasi Lengkap dengan Sejuta Manfaat Lewati Pandemi
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat penyakit-penyakit seperti Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru), Meningitis (radang selaput otak), hingga Kanker Serviks yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus. Sejak Indonesia melaporkan kasus COVID-19 pertama pada bulan Maret 2020, cakupan imunisasi rutin untuk mencegah penyakit-penyakit pada anak-anak seperti campak, rubella, dan difteri semakin menurun. Misalnya, angka cakupan imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT3) dan campak dan rubella (MR1) berkurang lebih dari 35% pada bulan Mei 2020 dibandingkan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya. (Sumber : https:// www.unicef.org/indonesia/reports/rapid-assessment-immunization-services-indonesia)
Untuk lebih memahami efek pandemi COVID-19 terhadap imunisasi, Kementerian Kesehatan dan UNICEF melakukan penilaian cepat pada April 2020: hasilnya menunjukkan bahwa 84% dari semua fasilitas kesehatan (faskes) melaporkan layanan imunisasi terganggu di kedua level yaitu Puskesmas dan Posyandu.2 Gangguan dalam layanan imunisasi sangat besar dan langsung dirasakan, dengan beberapa hambatan yang diamati di berbagai tingkatan (Gambar 1). Hambatan akses akibat penghentian layanan disertai dengan menurunnya permintaan disebabkan masyarakat takut tertular COVID-19. Dari survei tersebut ditemukan kendala pasokan akibat petugas pengelola program imunisasi dan sumber daya imunisasi dialihkan ke penanganan COVID-19, terbatasnya alat pelindung diri untuk imunisasi yang aman, dan kekurangan komoditas.
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk memastikan pengendalian virus dan memperkuat kapasitas sistem pelayanan kesehatan untuk menangani pandemi. Segera dibukanya layanan kembali merupakan salah satu upaya untuk mecegah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Pentingnya Imunisasi Bagi Keluarga
"Peran Keluarga Sangat Dibutuhkan untuk Penuhi Hak Imunisasi bagi Anak"
Kutipan di atas mempunyai makna yang sangat dalam. Pendekatan Keluarga dalam pelaksanaan seluruh program demi mewujudkan Indonesia Sehat. Pendekatan Keluarga merupakan strategi untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi atau mengunjungi tiap keluarga. Output dari pendekatan keluarga adalah keluarga sehat (KS), dimana salah satu indikator Keluarga Sehat ini adalah imunisasi dasar lengkap .
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Imunisasi merupakan investasi yang sangat berharga bagi masa depan anak. Apabila orangtua memberikan imunisasi bagi anaknya, maka tidak hanya anak tersebut namun orang lain di dalam lingkungannya juga akan turut merasakan manfaat karena memiliki perlindungan spesifik dari PD3I. Namun sayang, banyaknya informasi yang salah mengenai imunisasi dan disebarkan dengan cepat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat menghalangi upaya pemenuhan hak anak atas kekebalan diri dari penyakit berbahaya secara spesifik melalui imunisasi.
Manfaat Imunisasi Bagi Anak
Kementerian Kesehatan RI menetapkan jenis imunisasi untuk anak yang wajib dilakukan beberapa kali sepanjang hidup si kecil. Penting untuk Anda mengetahui manfaatnya, yaitu
- Melindungi anak dari risiko kematian
- Efektif mencegah penyakit
- Vaksin melindungi orang lain
Bagaimana bisa melindungi orang lain? Hal ini disebut juga dengan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Ini adalah kondisi ketika vaksin tidak hanya melindungi orang yang mendapat imunisasi, tetapi juga memiliki manfaat untuk anak yang tidak menerima vaksin. Ketika banyak anak mendapatkan perlindungan vaksin, mereka akan membantu melindungi sebagian anak yang kekurangan sistem kekebalan tubuh dengan mengurangi penyebaran penyakit. Semakin banyak anak yang mendapat vaksin, semakin sedikit penyebaran penyakit. Dengan begitu, mereka yang tidak mendapatkan imunisasi dapat ikut terlindungi.
Akibat Anak Tidak Imunisasi
Pada dasarnya, vaksinasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sejak bayi baru lahir untuk menjaga kesehatannya. Ada alasan penting mengapa ini wajib untuk semua bayi, yaitu:
- Vaksinasi sudah terbilang aman, cepat, dan sangat efektif untuk mencegah penularan penyakit.
- Sekali mendapatkan imunisasi, maka setidaknya tubuh anak telah terlindungi dengan baik dari ancaman penyakit.
- Anak justru berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit dan mengalami gejala yang lebih parah jika tidak mendapatkan imunisasi ( sumber: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20170426/3220667/peran-keluarga-sangat-dibutuhkan-penuhi-hak-imunisasi-bagi-anak/)
Jenis Imunisasi Lengkap untuk Bayi
Pelayanan imunisasi di Indonesia yang telah diteliti oleh dkk di Bali menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik jumlah kunjungan layanan imunisasi dasar pada bulan Januari 2020 -Juli 2020 dan Januari 2019 - Juli 2019. Terjadi penurunan pelayanan imunisasi dasar secara keseluruhan maupun pada masing-masing bulannya. Selain itu penelitian juga menemukan penurunan kunjungan imunisasi dasar paling terlihat pada bulan Mei-Juli. Dampak COVID-19 terhadap program imunisasi di Indonesia dipaparkan dalam WHO Indonesia Situation Report-13, yaitu bahwa terjadi penurunan cakupan vaksinasi beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sebesar 10-40% pada MaretApril 2020 dibandingkan dengan Maret-April 2019.
Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017, ada beberapa imunisasi atau vaksin yang wajib untuk bayi baru lahir sampai sebelum berusia 1 tahun.( Sumber : https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/imunisasi/imunisasi-bayi-anak/)
Jenis imunisasi ini bisanya diberikan gratis oleh pelayanan kesehatan di bawah naungan pemerintah, seperti Posyandu, Puskesmas, maupun rumah sakit daerah.
Terdapat dua tipe imunisasi yaitu suntik dan oral dengan cara meneteskan ke dalam mulut.
Vaksin oral berisi bibit penyakit yang masih hidup tetapi sudah lemah, sementara vaksin suntik biasanya berisi virus atau bakteri yang sudah mati.
Sementara itu, pemberian vaksin suntik dengan cara menyuntikkan cairan pada bawah lapisan kulit atau langsung menuju otot, biasanya lengan atau paha.
Kandungan vaksin tetes akan langsung masuk saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dalam usus.
Sementara vaksin suntik akan membentuk kekebalan langsung dalam darah.
Berikut daftar imunisasi dasar lengkap yang wajib untuk bayi beserta jadwal imunisasi bayi dan anak terbaru rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020:
- Hepatitis B (usia 12 jam setelah lahir, 2, 3, 4 bulan)
- Polio (usia bayi 0, 2, 3, 4 bulan)
- BCG (sebelum usia bayi 3 bulan)
- MR/MMR (6 bulan dan 18 bulan)
- vaksin DPT, HiB, HB (usia bayi 2, 3, 4 bulan)
Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin HB, dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B).
Jenis Vaksinasi Tambahan untuk Bayi dan Anak
Bayi sangat perlu mendapat beberapa imunisasi tambahan. Pemberian jenis vaksin pilihan tidak hanya pada anak-anak, tetapi orang dewasa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Berikut daftar vaksin pilihan untuk anak-anak dan orang dewasa:
- tifoid (anak usia 24 bulan)
- Imunisasi rotavirus (usia bayi2, 4, 6 bulan)
- Vaksin PCV ( usia bayi 2, 4, dan 6 bulan)
- Vaksin varicella (setelah anak berusia 12 bulan)
- Vaksinasi influenza (bayi umur 6 bulan ulang setiap satu tahun)
- hepatitis A (bayi usia 12 bulan, ulang 2 kali jeda 6-36 bulan)
- HPV (anak usia di atas 9 tahun)
Pemberian imunisasi HPV berfungsi untuk melindungi tubuh dari virus HPV yang dapat mengakibatkan kanker serviks, penyakit seks menular seperti kutil kelamin, hingga kanker anus dan penis. ( Sumber : https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/imunisasi/imunisasi-bayi-anak/)
Jenis vaksinasi untuk usia anak sekolah
Kebanyakan pemberian vaksinasi pada anak usia sekolah adalah pengulangan atau booster dari imunisasi saat bayi. Indonesia sendiri, telah ada jadwal imunisasi lanjutan bagi anak usia sekolah.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan no.12 tahun 2017, jenis vaksinasi anak usia sekolah yang masuk program kesehatan Indonesia yaitu:
- diphtheria tetanus (DT)
- Campak
- Tetanus diphteria (Td)
Kementerian Kesehatan telah mengatur jadwal vaksinasi anak usia sekolah dasar, yaitu:
- Kelas 1 SD: Imunisasi campak setiap bulan Agustus dan imunisasi diphteria tetanus (DT) setiap bulan November.
- Kelas 2-3 SD: Imunisasi tetanus diphteria (Td) pada bulan November.
Sementara itu, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), anak juga perlu mendapatkan jenis vaksinasi anak lain, seperti:
- Influenza: anak usia 7-18 tahun yang mengalami flu setiap tahun.
- Human papillomavirus (HPV): Dimulai saat anak berusia 11-12 tahun, juga bisa diberikan saat anak usia 9-10 tahun, jika memang kondisi kesehatan anak memerlukannya
- Meningitis: Anak berusia 11-12 tahun.
- Vaksinasi dengue: Anak usia di atasi 9 tahun yang pernah terkena DBD.
- Vaksin Japanese Encephalitis (JE): Bila akan mendatangi negara epidemi.
Khusus untuk vaksinasi meningitis, ini termasuk dalam imunisasi khusus sehingga harus konsultasi dulu dengan dokter anak. Sumber : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
Anak yang sudah mendapatkan imunisasi akan sangat jarang sakit karena sistem imunnya sudah kuat oleh bantuan obat ini.
Meski begitu, orangtua perlu paham bahwa setelah anak melengkapi vaksin, tetap ada kemungkinan kecil untuk terserang penyakit tersebut.
Mengutip dari laman IDAI, penelitian epidemiologi Indonesia dan negara-negara lain telah membuktikan manfaat perlindungan dari vaksinasi.
Ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi lengkap tercatat sangat jarang tertular.
Apabila memang sakit karena tertular, biasanya kondisi anak tidak akan terlalu parah sampai membahayakan nyawa.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi wajib sama sekali biasanya cenderung mengalami sakit yang lebih berat, komplikasi berupa kecacatan, atau bahkan kematian.