Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat
Film Kiamat 2012 (2009), Selalu Mendebarkan, Meskipun Kini Kita Baik-Baik Saja!
Entah mengapa film tentang kiamat selalu menitipkan pesan mendalam buat saya sebagai penonton film atau bisokop yang memang tidak maniak, sekedar hiburan.
Meski sudah tahu hiburan pun masih tetap saja tergambar kengeriannya. Entahlah bagi yang mengalaminya nanti, tapi pengalaman tsunami belasan tahun lalu, rasanya sudah seperti kiamat betulan.
Saya melihat bahkan para adik-adik polisi yang biasanya garang, saat itu bertangisan saat bisa selamat dari markas tempatnya tinggal yang digulung ombak raksasa itu. Tak terbayang jika kiamat lain yang lebih dahsyat. Untunglah cuma di film.
Ada yang bilang film yang satu ini diilhami oleh sekte pemuja kiamat yang katanya berkeyakinan pada 2012 akan terjadi kiamat. Meskipun tidak dijelaskan detailnya, kiamat Sugra (kiamat kecil) atau kiamat Kubra (kiamat besar--pertanda berakhirnya dunia).
Kiamat Sugra adalah peristiwa kecil yang terjadi sebelum Kiamat Kubra. Peristiwa ini tidak menyebabkan akhir dunia secara keseluruhan, namun bisa menghasilkan bencana seperti gempa bumi atau tanah longsor. Sedangkan, Kiamat Kubra adalah peristiwa besar yang merupakan akhir dari dunia ini.
Inilah yang tergambar dan digambarkan oleh sutradara Roland Emmerich selama 128 menit dalam film Kiamat 2012 (2009) itu yang mengambil ide dari ramalan suku Maya tentang kiamat yang terjadi pada 12.12.12 atau 12 Desember 2012.
Serentetan fenomena seperti gelombang tinggi, angin topan mulai terjadi. Sebagai penonton saat diajak melihat peristiwa "kiamat" itu terasa begitu mendebarkan dan meyakinkan.
Terutama dukungan para pemain yang tengah berada di Tibet. Dalam bayangan kita Tibet adalah bagian dari Pegunungan tertinggi di dunia, namun jika Tibet saja dihantam badai banjir besar apalagi dengan kota-kota lebih rendah dibawahnya--hingga digambarkan New York yang hancur lebur.
Namun jauh sebelumnya, film The Day After Tomorrow (2004) ada film lain yang juga menarik perhatian saya yaitu film garapan Roland Emmerich yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu film tentang kiamat terbaik sepanjang masa. Pasalnya, dalam durasi film 124 menit, penonton akan diajak melihat kengerian bencana yang terjadi di bumi ini.
Filmnya mengisahkan Jack Hall (Dennis Quaid) merupakan seorang ahli paleoklimatologi atau pakar yang mempelajari teori iklim. Bersama dengan kedua rekannya, yakni Frank (Jay O. Sanders) dan Jason (Dash Mihok), mereka melakukan ekspedisi di kutub utara, Antartika.
Mereka awalnya akan melakukan pengeboran mengambil sampel inti es di Larsen Ice Shelf. Namun Jack menyadari terjadinya retak dalam luasan es kutub utara tersebut yang membelah memanjang menjadi dua bagian.
Belum sempat usaha mereka menciptakan prakiraan cuaca hingga upaya menghentikan prediksi pembekuan global tersebut. Beberapa wilayah di Bumi mulai terdampak bencana yang aneh.
Seperti Jepang yang dilanda hujan es ukuran softball, salju mulai turun di New Delhi, dan Los Angeles yang diterjang serangan angin tornado.
Meskipun bersifat fiksi, namun penggambaran yang kolosal dalam setiap film tentang kiamat membuat kita membayangkan situasi dan kondisinya. Buat saya film ini sangat luar biasa membekas di sanubari dan ingatan.
Bahkan buat puteri saya, terutama saat awal menonton pemutaran film kiamat 2012, baru lihat iklannya sudah ketakutan dan berharap itu tak benar-benar terjadi. Untung puteri saya tidak menonton film kiamat lainnya.
Baginya fantasi dan realitas masih sangat tipis bedanya. Namun setidaknya gambaran itu bisa memberikan ilustrasi kepada kita betapa dahsyatnya jika kiamat yang sebenarnya terjadi.
Jika dalam film masih ada dialog dan manusia masih bisa berkomunikasi, pada situasi kiamat sebenarnya hal itu tidak akan terjadi karena menurut gambaran nubuah, semuanya hanya terjadi dalam sekejap dan manusia hanya "teringat" pada diri masing-masing, tidak ada lagi upaya untuk menyelamatkan diri.
Film tentang kiamat selalu bisa membawa "Pesan" meskipun bersifat temporer, tapi setidaknya bisa menjadi pengingat kita. Bahwa percaya atau tidak pada Qada dan Qadar Allah (ketentuan dari Allah), sebenarnya manusia punya keyakinan dalam hati kecilnya jika kehidupan setelah mati itu ada.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Takdir, adalah rangkaian peristiwa yang telah ditentukan sebelumnya. Ini dapat dipahami sebagai masa depan yang telah ditentukan sebelumnya, baik secara umum maupun individu.
Qada adalah ketentuan atau keputusan Allah yang sudah ditetapkan sejak alam semesta belum diciptakan, sedangkan qadar, secara bahasa adalah ukuran atau jangka waktu tertentu.
Qadar dibagi menjadi dua macam. Pertama, takdir mubram yaitu ketentuan Allah SWT yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah. Contohnya kelahiran dan kematian. Kedua, takdir mu'allaq yaitu ketentuan Allah yang mungkin bisa diubah dengan ikhtiar (usaha sungguh-sungguh). Baik Qada dan qadar bersifat gaib, tidak seorang manusia pun yang tau.
Dengan kata lain, qada mencakup takdir yang telah terjadi sejak zaman azali, sementara qadar melibatkan ketentuan Allah yang ditetapkan setelah manusia berusaha dan berikhtiar.
Kiamat adalah takdir akhir dunia dan awal dimulainya kehidupan baru itu. Seperti digambarkan ketika kapal besar layaknya kapal Nabi Nuh bisa menyelamatkan manusia dalam film Kiamat 2012, dan mereka akan memulai kehidupan baru di daratan baru setelah Kiamat 2012 yang dahsyat itu.
Meskipun akal dan logika kita masih bisa dipermainan oleh ilusi dan fantasi visual, pada akhirnya akan sedikit bisa membantu kita untuk selalu mengingat Tuhan dan menyadarkan kita untuk bertobat.
Meski film lama, Kiamat 2012 masih tetap menjadi tontonan yang bisa menggugah saya untuk selalu mengingat apa yang sudah kita siapkan untuk bekal kehidupan kita setelah mati. Apakah bekal kita cukup?.
Beruntung ramadan ini kita masih diberi peluang untuk menambah bekal itu. Amin