Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.
Asinan Buah Tanpa Cuka, Penyegar Berbuka dan Saat Sahur
Menurut beberapa artikel kesehatan, cara paling benar untuk mengkonsumsi buah adalah ketika perut kosong dari makanan lainnya.
Ketika perut kosong itulah maka kandungan vitamin yang ada dalam buah bisa terserap penuh oleh tubuh dengan baik.Selain ketika perut kosong, makan buah juga tidak boleh dicampung dengan makanan lainnya terutama karbohidrat.
Pasalnya jika dicampur dengan karbohidrat maka campuran buah dan karbo di dalam perut akan membuatnya busuk dan menjadi sampah. Alhasil baik kandungan buah maupun zat karbo itu sendiri akan terbuang sia-sia atau malah menjadi racun.
Dalam hari-hari biasa, kondisi ketika perut kosong dari makanan-makanan lain tersebut adalah kondisi ketika kita hendak makan pagi atau sarapan.
Jadi berbeda dengan wejangan para orang tua dahulu bahwa makan buah pagi-pagi sebelum sarapan bisa membuat diare, ternyata itu tidaklah benar. Justru makan buah ketika perut belum kita isi apa-apa ternyata merupakan kondisi paling bagus dan ideal.
Nah, bagaimana dengan saat ini ketika kita umat muslim tengah menunaikan ibadah puasa Ramadan? Ternyata saat terbaik untuk makan buat ketika kita tengah menunaikan puasa Ramadan adalah ketika kita akan melakukan makan sahur maupun saat berbuka puasa. Waktu ketika sahur maupun berbuka puasa, keduanya merupakan waktu terbaik untuk menyantap buah, asalkan belum makan apa-apa.
Caranya ketika bersiap makan sahur, kita upayakan untuk makan buah terlebuh dahulu, baru tigapuluh menit sesudahnya kita bisa mulai makan makanan berat. Pun ketika buka puasa.
Setelah membatalkan puasa dengan minum air putih atau minuman lain yang manis, kita bisa mengawali buka dengan makan buah terlebih dahulu. Setelah itu kita break untuk melakukan ibadah sholat maghrib dan dilanjutkan dengan makan-makanan utama yang tergolong berat.
Tentu saja cara mengkonsumsi buah tersebut sesuai dengan selera kita masing-masing. Bisa disantap dalam bentuk buah segar secara langsung atau telah diolah menjadi berbagai macam varian olahan buah yang mengundang selera.
Kalau saya pribadi lebih suka mengolahnya menjadi asinan buah terlebih dahulu. Disamping lezat dan kaya rasa, asinan buah juga bisa disiapkan jauh-jauh wakyu sebelum waktunya berbuka atau sahur. Jadi kita tidak grubak-grubuk kalang kabut ketika menyiapkannya. Sungguh tidak enak ketika kita belum selesai menyiapkan sajian buahnya, ternyata beduk maghrib tanda waktunya buka telah terdengar.
Asinan buah menjadi pilihan saya karena pilihan kombinasi buahnya bisa beragam sesuai selera kita. Baik beragam buah lokal, maupun buah-buahan impor.
Namun saya lebih suka memilih buah lokal karena kondisinya lebih segar (tidak diawetkan atau dibekukan) dan rasanya lebih eksostis di lidah kita. Nanas, mangga, kedondong, apel malang, buah naga, jambu, jeruk bali, bengkoang, pepaya dan banyak lainnya bisa kita dapatkan dengan mudah di toko buah maupun di pasar. Bahkan tak jarang tukang sayur pun kerap menyediakan buah-buahan tersebut.
Saya lebih suka membuat asinan sendiri, karena saya merasa asinan yang kita beli biasanya memakai cuka sebagai salah satu bahan kuahnya.
Padahal cuka ini sangat keras pengaruhnya kepada gigi. Hal ini terbukti dengan keadaan yang menimpa teman-teman kami terutama mereka yang menyukai asinan. Gigi mereka rata-rata menjadi rapuh dan akibatnya menjadi ompong sebelum waktunya.
Agar lebih aman di gigi, saya menggantikan kebutuhan untuk cuka tersebut dengan jeruk lemon. Hasilnya rasa tetap lezat seperti asinan pada umumnya, tapi bisa dipastikan lebih aman dan sehat bagi gigi maupun lambung kita. Nah, tunggu apa lagi. Coba saja Anda membuat asinan buah dengan kuah lemon sebagai pengganti cukanya. Tabik.