Berbagi Oleh-Oleh Kepada Tetangga di Bulan Ramadan
jeruk dok pribadi
Sebagai Wujud Hidup Bertoleransi
Sewaktu ibu mertua saya masih hidup ,bila kami berpergian keluar kota selalu kami ajak ikut bersama . Ibu mertua saya senang membeli oleh oleh berupa buah buahan untuk cucu cucu yakni anak anak saudara suami .
Misalnya rambutan sekeranjang ,jeruk manis sekeranjang dan lain lainnya. Untuk dibawa pulang dibagikan kepada cucu cucu. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi ibu mertua bisa membawa pulang oleh oleh untuk anak cucu .
Saya tidak membiarkan ibu untuk membayar belanjaan karena prinsip , selama berpergian bersama kami maka seluruh pengeluaran adalah tanggung jawab kami yang mengajak. Hubungan kami tak ubahnya bagaikan anak dan ibu kandung tanpa sekat .
Buah alpukat dok pribadi
Setelah ibu mertua berpulang , tentu saja meninggalkan kesedihan mendalam bagi kami Kalau kami keluar kota kami juga membeli oleh oleh seperti biasanya.Oleh oleh kami bawa pulang dan membagikan kepada tetangga kami.
Biasanya pada bulan Ramadan karena anak anak liburan panjang ,maka setiap hari Minggu kami keluar kota . Makan Sate Mak Syukur di Padang Panjang dan melanjutkan perjalanan ke Danau Singkarak atau ke Payakumbuh dan Batusangkar
Dan pulangnya kami berbagi oleh oleh pada para tetangga.Hal tersebut sudah hampir saya lupakan,bila tidak diingatkan seseorang di Facebook.
buah pepaya dok pribadi
Suatu hari di facebook ada yang menyapa suami
"Selamat pagi pak
Ini Fauziah tetangga Apak jo ibuk di Wisma Indah
Alhamdulillah akhirnya dapat juga menyambung komunikasi kita yang terputus sejak 1990
Waktu itu Fauziah berumur 11 tahun .
Fauziah masih ingat setiap hari Minggu dibulan puasa, Apak jo ibuk kalua kota, kami dapat buah pepaya, Alpukat dan Limau manisYang kami manfaatkan untuk dinikmati usai Babuko Puaso Kini Fauziah ikuik suami tingga di Pekanbaru
Bilo apak jo ibuk pulang kampuang, izinkanlah Fauziah mentraktir apak jo ibuk
Salam tadzim dari ananda
Fauziah "
Begitulah sehingga saya teringat kembali masa masa bulan Ramadan ketika kami masih di Padang dulu.Kenangan manis pada para tetangga kami . Tulisan ini tentu saja bukan bermaksud menonjolkan kebaikan melainkan berbagi secuil kisah hidup, bahwa sejak puluhan tahun lalu kami sudah biasa menerapkan hidup bertoleransi .Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, di rumah kami di Padang ada ruang khusus untuk Sholat untuk sanak saudara dan teman teman yang Muslim datang berkunjung.
Keterangan bahasa minang:
Apak jo ibuk =bapak dan ibu /Babuka Puaso =berbuka puasa/ kalua=keluar,ikuik=turut,kampuang/ kampung.
Seperti kata peribahasa:" Tidak satu jalan menuju ke Roma" Begitu juga untuk menerapkan hidup bertoleransi ada banyak caranya .Yang penting mau membuka hati bahwa perbedaan bukan halangan untuk menjalin hubungan persahabatan.
Kesimpulan:
Sesungguhnya saya sudah melupakan tentang bagi bagi buahan kepada tetangga kiri kanan dan muka belakang rumah kami di Wisma indah di Padang Apalah arti buah pepaya atau alpukat maupun jeruk Hanya oleh oleh kecil sebagai orang sesama tetangga Tetapi ternyata apa yang telah kami lakukan meninggalkan kesan mendalam bagi para tetangga kami Seperti misalnya Fauziah yang tidak bisa melupakan hal tersebut.
Ternyata hal kecil dan tampak sepele tapi diberikan dengan setulus hati menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagi para tetangga kami sehingga walaupun 32 tahun sudah berlalu Fauziah tetap ingat. Kami bersyukur telah meninggalkan kenangan indah dalam hati tetangga kami semasa di Padang
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani
18 April 2022.
Salam saya,
Roselina