Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)
Jangan Datang, Kami yang ke Rumah Connecting Happiness
Bersedekah di bulan suci Ramadan termasuk membayar zakat fitra melalui Unit Pelayanan Zakat (UPZ) merupakan betuk ibadah yang diharuskan dalam Islam. Kemudian membagikan kepada mereka yang berhak menerimanya meliputi fakir miskin, anak yatim piatu, dan kaum dhuafa.
Ada yang berbeda di Ramadan 1441 H yang dilakukan amil zakat. Mereka tidak lagi memberikan kupon kepada penerima zakat dan mereka yang berhak menerima zakat yang datang ke masjid, namun kali ini amil zakat yang datang. Apa yang dilakukan, meminjam tagline JNE yakni menghantarkan kebahagiaan atau Connecting Happiness.
Namun masih saja ada yang datang ke rumah-rumah untuk meminta sedekah dengan berbagai cara. Ada yang meminta sedekah dengan jualan kalender, buku agama maupun yang langsung ucapkan minta sedekah. Kita dalam posisi berada di rumah tidak tega melihat situasi ini.
Di tengah pandemi demi menghimpun dana sebuah lembaga pendidikan seorang santri jualan kalender yang bergambar pondok pesantren tempatnya mondok di salah satu pondok pesantren di Pangkalpinang. Santri ini datang ke rumah-rumah termasuk di komplek tempat saya tinggal. Jarak antara Pangkalpinang dan Sungailiat tempat saya tinggal sejauh 32 km. Saya tidak tega bila tidak membeli dan sekalian bersedekah.
Menghadapi situasi seperti ini, kewaspadaan tetap ada. Kita yang tetap bertahan di rumah tiba-tiba didatangi orang yang tidak dikenal. Seorang remaja, santri dari pondok pesantren tanpa masker lagi. Dengan tetap menjaga jarak aman dari penularan bila ada Covid-19. Sayapun melayani permintaannya.
Pengemis Musiman
Lain lain lagi dengan seorang laki-laki sudah lanjut usia mendatangi rumah-rumah di komplek saya tinggal meminta sedekah. Sebelum Ramadan tidak pernah ada peminta-minta yang masuk. Sepertinya ini fenomena setiap tahun saat Ramadan. Banyak warga yang tidak membukakan pintunya. Termasuk saya, mungkin para tetangga seperti yang saya rasakan untuk selalu mewaspadai penularan Covid-19.
Fenomena pengemis muncul di bulan Ramadan juga sempat menjadi perbincangan dan pemberitaan di media massa lokal di Bangka Belitung. Ibu membawa anaknya datang meminta-minta di Pangkalpinang maupun di Bangka. Mereka datang tidak hanya di rumah-rumah namun juga di kantor-kantor pemerintah. Ketika kita tengah memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 adanya pengenis yang tidak diketahui asal-usulnya dan kondisi kesehatan harus ada upaya dari aparat keamanan untuk melakukan penertiban.
Pengemis yang muncul saat Ramadan dan menjelang Idul Fitri diduga ada yang mengorganisir. Bila terbukti, termasuk mengeksploitasi anak-anak harus ada tindakan hukum. Aktifitas pengemis di hari biasa di luar Ramadan tidak tampak di tempat kami, tapi ketika Ramadan mereka muncul. Membuat kecurigaan ada yang menggerakkan.
UPZ Antar Zakat
Kondisi pandemi ini kaum dhuafa, fakir miskin dan anak yatim hendaknya di rumah saja. Mereka yang bersedekah akan datang, Connecting Happiness. Demikian pula yang dilakukan UPZ yang ada di Bangka dalam Ramadan 1441 H di tengah pandeni Covid-19. Diantaranya UPZ masjid Agung Sungailiat.
" Kita sudah tidak boleh lagi mengumpul orang banyak, nanti zakatnya kami yang antar langsung ke rumah mereka yang berhak meberimanya;" kata Hamdi anggota UPZ masjid Agung Sungailiat ketika saya hubungi.
Sebelumnya zakat fitra, infaq dab sedekah yang terkumpul melalui UPZ penyerahan dilakukan dengan dibagikan kupon kepada mereka yang berhak menerimanya. Para penerima ini yang mengambil sendiri ke masjid dengan menunjukkan kupon yang telah diterima.
Di tengah pandemi ini UPZ masjid Agung Sungailiat membaliknya. UPZ yang mendatangi penerima zakat ke rumah masing-masing. Semakin terasa apa yang dinamakan Connecting Happiness. Kegembiraan bersama di tengah Ramadan hingga Idul Fitri nanti akan terasa.
UPZ masjid Agung Sungailiat sudah mulai memberikan pelayanan, Jumat (8/5) namun masih sepi.
"Belum ada yang mengantar zakat," ujar Hamdi.
Bagaimana petugas UPZ menberikan pelayanan? Sudah pasti akan menerapkan SOP protokol kesehatan. Seperti pembayar zakat dan amil zakat tidak bersalaman (menyentuh tangangan) saat ijab kabul. Tetap menjaga jarak. Ada tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun untuk mereka yang datang membayar zakat. Pakai masker untuk amil zakat maupun yang membayar zakat. Semoga aman dari Corona.
Sedekah Online
Saya lebih cenderung membayar zakat fitrah diganti dengan uang saja di tengah pandemi ini. Biasanya pakai beras. Pembayarannya menggunakan mobile bangkin saja. Lebih aman. Tapi UPZ di daerah kami belum melayani secara online. Keinginan itu saya urungkan karena sulit meninggalkan kebiasaan. Membayar zakat mendatangi amil zakat dengan niat dan kemudian di doakan amil zakat. Kebiasaan yang sayang kalau ditinggalkan.
Biasanya saya membayar zakat fitrah dengan beras. Pesan almarhum ayah saya bahwa membayar fitra itu dengan beras karena kita memberi orang makan. Bila dengan uang bisa saja uang yang diterima bukannya dibeli beras tapi dibelikan pulsa internet. Tapi kali ini pesan itu saya langgar karena lagi pandemi Covid-19.
Sedangkan untuk zakat fitra di Bangka kali ini sebesar 2,5 kg beras atau uang Rp 32.500 per jiwa. Tidak hanya zakat fitra, tapi juga zakat harta, fidia, infaq dan sedekah juga diterima UPZ. Kecuali zakat fitrah yang saya bayar langsung melalui UPZ, tapi untuk sedekah lainnya saya lebih memilih secara online saja.
Sejumlah aplikasi saat ini tersedia untuk bisa bersedekah. Aplikadi belanja online juga menerima donasi termasuk dalam upaya membantu penanggulangan Covid-19. Secara online lebih aman. Sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Sungailuat, 8 Mei 2020/15 Ramadan 1441 H
Rustian Al'Ansori