Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Administrasi

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bermaaf-maafan yang Hilang di Lebaran ini

22 Mei 2020   11:34 Diperbarui: 22 Mei 2020   11:26 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermaaf-maafan yang Hilang di Lebaran ini
Ilustrasi (dokpri)


Idul Fitri telah menjadi hari bermaaf-maafan sedunia karena seluruh umat Islam di dunia saling menyatakan maaf.

 

Semua orang, khususnya umat Islam saling meminta dan memberi maaf saat Idul Fitri, 1 Syawal. Pengalaman bermaaf-maafan merupakan bagian dari melengkapi ibadah puasa ketika lebaran. 

Ketika diri menjadi benar-benar fitrah setelah berpuasa dikengkapi dengan saling bermaaf-maafan sambil berjabat tangan, itu tahun lalu. Tahun ini salaman harus ditahan dengan tidak menyentuh tangan cukup diucapkan untuk menghindari bersentuhan fisik sesuai dengan protokol kesehatan guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Tradisi lebaran bersilaturahmi yang utama adalah saling bermaaf-maafan. Menikmati kuliner kemudian. Anak-anak menunggu salam tempel sebagai hadiah lebaran. Meskipun lebaran tahun ini tidak seperti lebaran tahun lalu ramai warga melakukan penukaran uang melalui bank maupun jasa penukaran uang musiman yang muncul setiap menjelang lebaran. Angpou tetap disiapkan.

Penukaran uang besar dengan satuan yang kecil tahun ini tampak sepi. Apakah ini pertanda tidak bakal dapat ampou lebaran? Terutama tamu-tamu kecilku biasa berlebaran ke rumah kami, kali ini mempertanyakan. 

Bermaaf-maafan ala anak-anak. Kemeriahan lebaran itu adalah kehadiran tamu anak-anak ke rumah. Baik mereka dikenal maupun tidak dikenal. Mereka adalah tetangga sebelah rumah maupun anak-anak yang berasal dari kampung sebelah. Selain keponakan yang selalu datang saat lebaran. Harapannya dapat salam tempel. Sudah menjadi tradisi, tak akan dihilangkan untuk tetap mempertahan suasana lebaran dalam kegembiraan.

Tamu-tamu kecilku apakah datang lebaran tahun ini di tengah pandemi? Mungkin mereka tidak seramai tahun lalu. Ponakan juga ada yang memberikan kabar tidak akan datang karena situasi pandemi seperti sekarang ini. Tapi saya tetap mempersiapkan seperti biasa. 

Apakah tetap open house di tengah pandemi? Bila tetap akan open house secara kecil-kecilan seperti di rumah kami sulit untuk menutup pintu. Namun tetap menerima tamu dengan menerapkan protokol kesehatan setidaknya pakai masker dan sediakan tempat cuci tangan di depan rumah. Aku yakin mereka memaklumi.

"Tidak bakal banyak yang bertamu, lagi Corona," kata anakku yang bungsu.

Merayakan lebaran walaupun lagi pandemi Corona persiapan di rumah tetap seperti lebaran tahun lalu. Bila tidak ada yang datang aku bisa memaklumi karena lagi pandemi. 

Maaf-maafan yang hilang

Sementara itu pengalaman bermaaf-maafan ketika Idul Fitri tahun lalu yang rutin kami lakukan selesai salat Idul Ftri mendatangi rumah orang tua. Meminta maaf kepada emak. Namun mulai tahun ini maaf itu sudah tiada. Emak telah neninggal dunia tahun lalu beberapa hari setelah Idul Fitri. Maaf-memaafkan terakhir dengan emak pada Idul Fitri tahun 1440 H. Sedangkan untuk Idul Fitri 1441 H ini untuk pertama kali tanpa emak.

Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya rumah emak dan ayah (meninggal dunia tahun 2008) menjadi teminal pertemuan seluruh anak, menantu dan cucu untuk saling memaafkan. Setelah itu kami menyebar ke rumah masing-masing maupun saling kunjung-mengunjungi. Terminal tempat saling bermaaf-maafan tahun ini sudah tidak ada lagi. 

Meskipun tradisi bermaaf-maafan hilang dengan orang tua karena telah mendahului kita akan tetap dipertahankan. Kita yang masih hidup ketika lebaran di tengah pandemi jangan sampai putus silaturahmi. Bermaaf-maafan tidak bisa dilakukan dengan berjabatan tangan karena itu harus menahan diri guna menghindari terjangkiti Corona, dapat dilakukan dengan gestur tubuh tidak bersentuhan serta bisa dengan ucapan.

Bermaaf-maafan dapat pula dilakukan dengan sambungan telepon maupun sambungan video. Sama saja nilai maaf itu yang penting ikhlas dari hati. Meskipun pandemi kita tetap bersilaturahmi.

Sungailiat, 22 Mei 2020/ 29 Ramadan 1441 H

Rustian Al'Ansori

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun