syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Penulis

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mudik dan Kisah Nabi Ibrahim

27 April 2022   20:13 Diperbarui: 28 April 2022   12:33 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik dan Kisah Nabi Ibrahim
Diolah pribadi dari Google Map

Nabi Ibrahim as meninggalkan kampung halamannya di Ur (kini masuk wilayah Irak bagian Selatan) dengan tujuan wilayah Kanaan (kini Jerusalem). Dan setelah itu, ia tak lagi pernah mudik ke kampungnya.

Ketika itu, Jerusalem belum menjadi pusat spritual. Mungkin masih berupa bukit yang tak berpenghuni secara permanen, dan secara sosial-ekonomi belum menarik untuk dijadikan tempat merajut kehidupan.

Kisah perjalanan Nabi Ibrahim pada sekitar tahun 2000-an Sebelum Masehi (SM) ini diceritakan dalam Alkitab. Dari Ur berjalan ke arah utara, mungkin menyusuri pesisir sungai Tigris dan/atau sungai Euphrat.

Sesampai di wilayah bernama Haran (kini masuk wilayah Turki bagian selatan), Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanan ke arah Barat Daya, dan berhenti di wilayah yang kemudian dinamai Al-Quds (Jerusalem).

Rute perjalanannya membentuk garis setengah lingkaran mirip bulan sabit (lihat gambar ilustrasi).

Di luar alasan spiritual, bisa diasumsikan Nabi Ibrahim adalah seorang pengelana, yang mencari penghidupan dan lokasi domisili baru. Tak jauh beda dengan orang-orang kampung di Indonesia yang mencari penghidupan di ibukota negara.

Dan seorang pengelana yang sejati akan berhenti dan hidup lalu mati di titik yang memberinya harapan kehidupan baru: secara sosial, ekonomi dan spiritual (keagamaan) dan keamanan.

Saya belum pernah membaca teks kuno yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim pernah mudik ke kampung halamannya di Ur, Irak.

Karena itu, sebagai manusia biasa, Nabi Ibrahim adalah perantau dan pendatang di Jerusalem.

Zaman berganti, transportasi mengalami inovasi, dari keledai-kuda ke kereta kayu roda dua-dan-empat yang ditarik kuda-sapi-kerbau, kemudian roda dua-empat dan kereta api bertenaga uap yang berkembang menjadi kendaraan mesin berbahan bakar fosil lalu listrik dan kini pesawat terbang.

Maka di zaman ini tak lagi dimungkinkan muncul pengelana sejati yang sekaliber Nabi Ibrahim atau sekelas pengelana Arab bernama Ibnu Battuta.

Yang pasti, bagi sebagian manusia modern, terutama orang Indonesia, mudik ke kampung halaman menjadi agenda rutin tahunan setiap jelang Idul Fitri, yang hari-hari ini membuat semua orang sibuk dan menyibukkan diri dengan suasana mudik.

Bahkan saking besarnya cinta akan kampung kelahiran, dalam banyak kasus seseorang yang hidup di ibukota berwasiat untuk dimakamkan di kampung halamannya, kelak ketika ia meninggal dunia. Padahal menurut anjurannya, seseorang lebih diutamakan dikuburkan di dekat titik kematiannya (baca kasus tentara Islam yang mati dalam Perang Uhud).

Sedemikian rupa, sehingga mudik bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Jika ditanya kenapa mudik? Salah satu alasan utamanya adalah merawat silaturahim dengan keluarga dan handai tolan di kampung asal.

Lalu apakah Nabi Ibrahim tidak kangen dengan kampung halamannya dan tidak ingat bersilaturahim dengan anggota keluarga intinya di Ur, Irak? Tentu sulit untuk menjawabnya.

Selamat menikmati suasana mudik, dan kali ini, saya memilih tidak mudik.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 27 April 2022/ 24 Ramadhan 1443H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun