Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan
Risalah tentang Lailatul Qadr
Saban tahun di bulan Ramadhan, semua umat berbincang dan bertanya tentang lailatul-qadr. Sebagian serius menunggu dan berupaya memburunya.
Secara bahasa (etimologi), kata majemuk lailatul-qadr berarti malam takdir atau malam penentuan atau malam pamungkas.
Sementara secara terminologi, lailatul-qadr bermakna malam yang memiliki bobot keberkahan dan kemuliaannya di atas rata-rata, yang diturunkan atau dianugerahkan oleh Allah swt di salah satu malam pada bulan Ramadhan untuk siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya.
*-*-*
Tujuh Hal yang Perlu Diketahui tentang Lailatul Qadr
Lazim diwacanakan di kalangan umat Islam bahwa malam lailatul-qadr akan atau berpotensi turun di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Risalah ini coba mengulas beberapa catatan yang mungkin perlu diketahui, sebagai berikut:
Pertama, lailatul-qadr adalah istilah abstrak yang bersifat sangat spiritual. Wujud dan obyeknya tak bisa dijamah oleh panca indera. Di dalam Quran, nilai atau bobot pahalanya disebutkan lebih baik dari 1.000 (seribu) bulan. Kalau dikonversi ke almanak Hijriyah berarti setara dengan 29.500 hari = 83,3 tahun. Atau sekitar 80,8 tahun berdasarkan almanak Masehi. Dan jarang-jarang di antara kita orang Indonesia, yang mampu mencapai usia lebih dari 80 tahun.
Ungkapan ayat Quran "lebih baik dari seribu bulan" juga bersifat abstrak dari segi maknanya. Apakah lebih baik dari semua ibadah yang dikerjakan oleh seorang Muslim selama seribu bulan; atau lebih baik dari semua ibadah yang dikerjakan oleh semua umat Islam selama seribu bulan.
Ungkapan ayat Quran "lebih baik dari seribu bulan" juga sekaligus menunjukkan bahwa membuat hitung-hitungan matematis ketika mengerjakan suatu amal saleh tidak bertentangan dengan faktor keikhlasan. Sebab penggalan ayat ini mengindikasikan Allah swt seolah menggoda, dalam pengertian targib (mendorong) hamba-hambanya untuk memaksimalkan upaya meraih pahala yang berbilang "lebih baik dari seribu bulan".
Kedua, lailatul-qadr adalah karunia, atau semata perkenan Allah kepada hamba pilihan-Nya. Pemberi karunia lailatul-qadr memiliki hak penuh yang bersifat mutlak dalam menentukan siapa yang berhak, dan siapa yang tidak berhak meraih lailatul-qadr di malam-malam Ramadhan.