"Sungguh orang yang mulia dan beruntung ialah orang yg hatinya dingin dan sejuk dr persoalan dunia, dan hatinya senantiasa panas terbakar oleh api cinta dan kerinduan kepada Sang Pencipta" ~ MR. H.S.M Irfa'i Nachrawi an-Naqsyabandi Q.S
Ramadhan Usai, Terbitlah Syawal - Penyempurnaan Berkah di Bulan Ramadhan
Ramadhan telah usai diakhiri dengan senandung malam takbir hingga menyambut esok hari tepat pada 1 Syawal dirayakannya hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan bagi orang-orang Muslim. Tak hanya hari kemenangan setelah menahan diri dan hawa nafsu selama bulan puasa saja, namun juga hari yang harus dihormati sebab Allah menurunkan berkah serta ampunan-Nya pada hari itu. Idul Fitri secara harfiah berarti perayaan berbuka puasa, dari bahasa Arab “Id” yang artinya perayaan dan “Al-Fitr” yang artinya berbuka puasa. Sebagaimana dalam surat Rum ayat 30, Idul Fitri berarti kembali ke fitrah :
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ
وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَايَعْلَمُوْنَۙ
Artinya : “Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.Rum:30)
Dalam perayaan hari raya idul fitri seluruh umat muslim bersuka cita, namun islam juga mengajarkan beberapa amalan agar kita mengisi momen lebaran tersebut dengan gembira namun juga bertambah berkah bernilai ibadah. Dalam buku How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid?, diceritakan bahwa Rasulullah saw beserta umat Islam pertama kali merayakan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) tepatnya setelah Perang Badar. Dijelaskan melalui beberapa riwayat bahwasannya terdapat beberapa amalan yang dilakukan Rasulullah saw. ketika merayakan dan menyambut hari raya Idul Fitri, berikut amalan-amalannya :
1. Memperbanyak membaca kalimat Takbir
Diriwayatkan jika Rasulullah saw. mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Yang mana kita dianjurkan untuk melantunkan takbir di malam terakhir ramadhan menjelang pagi hari 1 Syawal. Bahkan di beberapa daerah menggelar semacam festival takbir (takbiran), yang mana biasanya takbir keliling dilakukan oleh sekelompok orang yang membentuk rombongan dengan alat musik seperti kendang, rebana, atau bedug. Rombongan tersebut akan berjalan keliling di sekitar desa, atau lingkungan tertentu sembari mengumandangkan takbir. Dilaksanakannya takbir keliling sebagai bentuk ungkapan syukur umat Muslim atas berkah dan kesempatan dapat merayakan hari raya secara bersama-sama.
2. Mengenakan pakaian terbaik dan berhias
Di hari raya Idul fitri dianjurkan bagi setiap umat muslim untuk berhias dan mengenakan pakaian terbaik sebagai bentuk wujud kebahagiaan menyambut hari kemenangan. Berhias dapat dilakukan dengan membersihkan badan, memakai wewangian terbaik, memotong kuku hingga mengenakan pakaian terbaik. Lebih utama memakai pakaian putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang paling bagus, misalnya baju baru. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tradisi membeli baju baru saat lebaran memiliki dasar yang kuat dalam konteks agama, dengan tujuan menebarkan syiar kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Dan Sunnah ini berlaku bagi semua umat muslim laki-laki maupun perempuan.
3. Anjuran makan sebelum shalat idul fitri
Saat perayaan Idul Fitri, Salah satu hari yang diharamkan bagi umat muslim untuk berpuasa. Bahkan, disebutkan dalam kitab fiqih bahwasannya pahala orang yang berniat ‘tidak puasa’ pada hari Idul Fitri itu pahalanya sebagaimana orang yang berpuasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Rasulullah saw. memiliki kebiasaan sebelum melaksanakan shalat idul fitri yakni memakan kurma dengan jumlah ganjil; tiga, lima, atau tujuh. Disebutkan dalam satu hadist apabila : "Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
4. Berkunjung ke rumah saudara dan sahabat
Tradisi silaturahmi dengan saling berkunjung di saat hari raya Idul Fitri ternyata sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Yang mana ketika hari raya Idul Fitri, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya begitu pun sebaliknya. Pada moment tersebut, Rasulullah dan para sahabat saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Seperti halnya umat Islam saat ini, dengan datang ke rumah sanak saudara dan sahabat serta saling mengucapkan “Minal aidzin wal Faidzin” sambil mendoakan keberkahan bagi satu sama lain.
Keutamaan di Bulan Syawal
Bulan Syawal menjadi bulan yang penuh berkah yang mana di bulan ini dilaksanakannya perayaan penting umat Islam yakni Hari Raya Idul Fitri Idulfitri atau Lebaran. Tetapi keutamaan Bulan Syawal tidak hanya terbatas pada perayaan Idulfitri, namun juga memiliki nilai dan makna tersendiri. Adapun keutamaan bulan Syawal sebagai berikut :