Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Freelancer

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sejarah Asal Muasal Diwajibkannya Puasa Ramadan, Muslim Harus Tahu

12 Maret 2024   02:43 Diperbarui: 12 Maret 2024   03:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejarah Asal Muasal Diwajibkannya Puasa Ramadan, Muslim Harus Tahu
Sejarah puasa Ramadan. Photo by Anna Tarazevich/pexels.com

Puasa termasuk satu di antara 5 rukun Islam. Itu artinya, puasa Ramadan merupakan salah satu tiang dari tegaknya agama Islam.

Maka, setiap muslim yang beriman wajib melaksanakannya selama sebulan penuh tiap tahunnya.

Meski Allah telah menjamin kesempurnaan agama Islam, hukum-hukum di dalamnya tidak turun secara langsung dan serentak saat agama Islam hadir di tanah Arab bersamaan dengan kedatangan Nabi Muhammad Shallalu 'Alaihi wa Sallam.

Sebaliknya, hukum-hukum yang berkenaan di dalamnya diberlakukan secara bertahap, sesuai dengan konteks dan faktor yang melatari terjadinya suatu hal atau peristiwa pada masa tersebut.

Hikmahnya, pemberlakuan syariat Islam secara perlahan-lahan itu untuk menghindarkan umat Islam merasa terbebani secara tiba-tiba saat menjalankannya. Jadi, setiap hukum di dalam Islam memiliki sejarah dan proses penurunan yang berbeda-beda, tak terkecuali puasa Ramadan.

Dalam sejarahnya, kaum Muslimin mulai menerima perintah berpuasa Ramadan sejak tahun kedua Hijriah ketika Rasulullah baru 18 bulan tinggal di Yatsrib atau Madinah, usai berpindah dari Mekkah.

Seperti dinukil dari berbagai sumber, sebelum Allah menurunkan perintah mengenai puasa Ramadan, Rasulullah dan umatnya telah mengerjakan puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 tiap bulannya. Puasa tersebut dilaksanakan setiap tanggal 10 bulan Muharram atau biasa juga disebut puasa Asyura.

Selanjutnya, 18 bulan setelah hijrahnya Rasulullah dan para sahabat ke Yatsrib atau Madinah, yaitu pada akhir bulan Syaban tahun kedua Hijriah, Allah menurunkan perintah untuk wajib berpuasa kepada kaum muslim.

Kewajiban berpuasa Ramadan bersumber dalam Al-Qur'an pada surah al-Baqarah ayat ke-183.

Jika menilik jauh ke belakang, tradisi atau kewajiban berpuasa sebenarnya tak hanya berlaku bagi umat Nabi SAW. Bahkan, ayat Al-Qur'an di atas dengan jelas menunjukkan bahwa umat-umat beriman yang datang sebelum beliau telah lebih dulu mengamalkan puasa (shaum).

Ibnu Katsir, di dalam kitabnya menyatakan bahwa ibadah puasa sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun.

Menurut riwayat lain, dikatakan bahwa Adam berpuasa pada 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan sang istri, Siti Hawa, di Arafah.

Ada pula yang menyebutkan bahwa Nabi Adam berpuasa selama satu hari semalam pada waktu Allah menurunkannya ke bumi dari taman surga.

Dalam catatan lainnya, disebutkan bahwa Nabi Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam melaksanakan puasa dalam rangka mendoakan putra-putrinya.

Lebih jauh, ada pula yang menjelaskan, puasa Nabi Adam AS dilakukan pada hari Jumat guna mengenang beberapa peristiwa penting, antara lain diciptakan dirinya oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, serta diterimanya taubat Nabi Adam oleh Allah.

Walaupun di dalam Al-Qur'an maupun hadist Rasulullah tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Nabi Adam dan generasi sepeninggalnya, tetapi ada petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para Rasul terdahulu merupakan agama monoteisme yang mengajarkan kepercayaan (Tauhid) pada keesaan Tuhan (Allah).

Berkenaan dengan puasa Ramadan, menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, kewajiban puasa Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad mengandung begitu banyak faedah, baik manfaat empiris maupun spiritual.

Pelaksanaan puasa adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah, yang bisa menjauhkan umat Muslim dari siksaan Allah Ta'ala, karena puasa merupakan sarana penebus dosa.

Selain itu, puasa juga menjadi sarana pendidikan moral yang dapat melahirkan perangai-perangai luhur bagi yang menunaikannya.

Lebih jauh, Syekh az-Zuhaili melanjutkan bahwa puasa dapat menjadi alat yang ampuh untuk memerangi hawa nafsu.

Puasa juga mengajarkan kejujuran, kesabaran, kedisiplinan, dan menjernihkan pikiran seseorang. Dalam konteks hubungan terhadap sesama manusia, puasa pada akhirnya menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun