Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Guru

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Kultum Ramadan di Masjid Kampung sebagai Ajang Pencarian Penceramah Lokal

18 Maret 2024   04:07 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:40 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kultum Ramadan di Masjid Kampung sebagai Ajang Pencarian Penceramah Lokal
Ilustrasi ceramah. (Don Unsplash/Raka Dwi Wicaksana via intisari.grid.id)

Ramadan kali ini saya mendapat kesempatan lagi untuk mengisi kultum untuk sesi shalat Tarawih dan shalat Subuh. Alhamdulillah setiap tahun saya selalu mendapat kesempatan untuk mengisi kultum (kuliah tujuh menit) Ramadan di masjid kampung saya.

Walau tak memiliki background sekolah agama, pengurus takmir masjid masih mempercayakan saya sebagai salah satu pengisi kultum pada saat shalat tarawih dan shalat subuh.

Bapak-bapak di kampung saya yang tak memiliki latar belakang sekolah agama, sarjana agama Islam ataupun jebolan pondok pesantren juga memiliki kesempatan seperti saya untuk mengisi kultum selama bulan Ramadan. Rata-rata mereka mendapat kesempatan mengisi satu atau dua kali sesi mengisi kultum selama satu bulan.

Kegiatan seperti ini jamak terjadi di masjid-masjid kampung lainnya di Indonesia, di mana pihak takmir masjid memberi kesempatan kepada 'tetua-tetua' untuk unjuk gigi memberikan tausiah singkat kepada jemaah, dikarenakan rata-rata tak memiliki latar belakang sekolah agama, maka materi yang disampaikan lebih banyak hal-hal ringan, bukan fiqh yang njlimet.

Terkadang ada pula, pengisi kultum diisi oleh anak-anak muda yang memiliki latar belakang sekolah agama atau pondok pesantren, cara penyampaian mereka pun seringnya cukup menarik dan berapi-api, membuat suasana shalat tarawih menjadi lebih hidup.

Bisa dikatakan sesi kultum selama bulan Ramadan di masjid-masjid kampung adalah ajang pencarian bakat penceramah lokal setempat, jika pada saat khutbah shalat Jumat diisi oleh ulama berilmu agama tinggi, maka ketika bulan Ramadan tiba, sesi khutbah kultum bisa diisi oleh bapak-bapak atau remaja yang memiliki ketertarikan terhadap dakwah di masjid kampung mereka.

Ilustrasi Kultum Ramadan (Sumber: Kumparan)
Ilustrasi Kultum Ramadan (Sumber: Kumparan)

Pada mulanya sudah pasti yang diberikan kesempatan untuk mengisi kultum Ramadan merasa minder atau tidak percaya diri, dikarenakan jam terbang mengisi tausiah keagamaan rendah serta keilmuan agama yang biasa-biasa saja. 

Pihak takmir masjid biasanya meyakinkan mereka bahwa hal ini lebih kepada untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada jemaah yang memiliki ketertarikan dalam mengembangkan dakwah di masjid, walau dengan materi tausiah yang ringan.

Semangat dakwah kultum yang disampaikan para jemaah bersumber dari sabda Rasulullah Saw, "Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat, dan ceritakanlah dari Bani Isra'il dan itu tidak apa-apa, dan barangsiapa yang berdusta atas namaku maka bersiap siaplah menempati tempatnya di neraka". (HR. Bukhari). 

Hadis tersebut memiliki arti bahwa setiap muslim memiliki kewajiban dakwah, walau yang disampaikan hanya satu ayat.

Lalu, bagaimana seandainya para pembaca sekalian diberikan amanah untuk menyampaikan kultum selama pada sesi tarawih selama bulan Ramadan, apa saja yang perlu dipersiapkan agar kita tidak grogi atau canggung ketika menyampaikan tausiah singkat kepada jemaah di masjid Anda.

Berikut kiranya 4 hal yang perlu dipersiapkan jika kita diberi kesempatan untuk menyampaikan kultum singkat.

Pilih Materi Ringan

Jika Anda tidak memiliki latar belakang pendidikan agama Islam, namun memiliki minat besar terhadap dakwah, maka jika Anda mendapat amanah untuk menyampaikan kultum, disarankan untuk memilih materi-materi yang dirasa ringan bukan perkara fiqh khilafiyah yang menimbulkan perdebatan.

Pilihlah materi-materi seperti hormat kepada orangtua,makna bersyukur kepada Allah, atau materi-materi yang sifatnya mempererat jalinan jemaah di masjid anda, dengan demikian jemaah yang menyimak pun merasa sejuk, karena materi yang disampaikan tidak terlalu berat.

Jika perlu, sumber referensi yang disampaikan tidak harus bersumber dari ayat Al Quran, bisa saja dari kutipan hadis, namun jika Anda sanggup menafsirkan ayat Quran yang dipakai dalam penyampaian materi tausiah, maka akan lebih baik, yang terpenting anda memahami betul antara isi materi dan sumber referensi yang dipakai.

Menggunakan Poin-Poin

Durasi waktu Kultum sangatlah singkat, hanya berkisar 5--7 menitan, maka pesan materi yang disampaikan haruslah singkat namun harus padat, maka solusi untuk menyiasatinya adalah Anda harus membuat terlebih dahulu poin-poin dari materi yang akan disampaikan.

Anda harus membuat struktur tausiahnya dalam catatan kecil, poin pertama anda harus membuat premis tema tausiahnya lewat contoh kejadian sehari-hari, poin kedua Anda harus mendefinisikan tema materi yang akan disampaikan, poin ketiga sertakan sumber referensi sesuai tema bisa dari ayat Al Quran atau kutipan hadis, poin keempat Anda memberikan beberapa solusi berdasarkan sumber referensi tersebut.

Sebagai contoh Anda akan mengangkat tema "bersyukur", maka pada poin pertama Anda bisa memberikan beberapa contoh perilaku keseharian kita yang kurang pandai bersyukur, cukup 2 menit saja. 

Kemudian, poin kedua Anda mendefinisikan apa makna pentingnya bersyukur, cukup 1 menit saja. Selanjutnya, pada poin ketiga memberikan sumber referensi ayat Al Quran atau kutipan hadis tentang bersyukur, cukup 1 menit. 

Lalu endingnya pada poin keempat Anda memberikan contoh-contoh bagaimana seorang muslim mengungkapkan rasa bersyukur, kurang lebih 2 menit. Sementara salam dan penutup cukup diisi hanya 1 menit saja, maka durasi 7 menit pun akhirnya bisa diisi dengan maksimal.

Mereview Kultum Orang Lain

Anda bisa melihat beberapa referensi beberapa dai' yang mengisi kultum, Anda belajar bagaimana seorang penceramah mengatur ritme bicaranya yang runut dalam waktu yang sangat singkat, tetapi pesan yang disampaikan bisa didapatkan oleh jemaah.

Anda bisa melihatnya di platform Youtube atau sosial media lainnya yang berisikan tentang kultum, sehingga hal tersebut bisa menjadi cermin bagi Anda bagaimana seharusnya kultum disampaikan ke khalayak jemaah.

Namun bagaimanapun, Anda harus menjadi diri sendiri, Anda tidak harus menjadi orang lain dalam hal public speaking seperti kultum. Review kultum orang lain hanya sebatas mengambil apa saja yang kiranya bisa anda aplikasikan sesuai kemampun bicara Anda, seperti intonasi, repetisi, artikulasi dan lainnya. 

Dalam praktiknya, para pengisi kultum memang mempunyai ciri khasnya masing-masing, ada yang berapi-api, ada yang kalem, ada yang lucu, tetapi yang terpenting Anda harus menjadi diri sendiri dan tidak grogi, apalagi jemaahnya mungkin adalah tetangga atau teman Anda, jadi tentunya lebih nyaman dalam menyampaikannya.

Bahasa Kultum Sesuai Audience

Dalam ilmu public speaking adalah sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu audience atau para jemaahnya. Tentunya akan berbeda akan gaya bahasa yang dipakai, apabila anda mengisi kultum di masjid kampung sendiri dengan masjid suatu instansi.

Jika Anda mengisi kultum di suatu tempat yang segmented seperti tarawih tempat kantor atau instansi, maka gaya bahasa yang dipakai jauh lebih formal, sementara apabila di masjid kampung sendiri, maka gaya bahasanya jauh lebih santai atau bahkan memakai bahasa daerah agar membuat jemaah merasa nyaman.

Pada intinya hindari bahasa-bahasa ambigu, SARA atau ungkapan berlebihan pada suatu masalah, apalagi dalam jemaah tarawih masjid kampung, tentunya banyak anak-anak yang hadir, maka sebisa mungkin gaya bahasa yang digunakan sesimpel mungkin, agar materi yang disampaikan bisa diterima oleh jemaah.

Semangat dakwah harus membara pada setiap insan muslim, apalagi momen Ramadan telah tiba, maka dari itu kultum tarawih atau kultum Subuh pada sepanjang bulan Ramadan, harus bisa dimanfaatkan oleh takmir masjid setempat untuk menggali potensi penceramah lokal. Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun