Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Guru

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sulitnya Menjaga Lisan dan Hati

5 Mei 2020   07:26 Diperbarui: 5 Mei 2020   07:30 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sulitnya Menjaga Lisan dan Hati
Ilustrasi gambar: cantik.tempo.com

Tahun ini kita menjalankan ibadah puasa lebih berat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Karena tahun ini kita jalani di tengah-tengah Pandemi Corona yang berkepanjangan yang entah  berakhir sampai kapan. 

Konsekwensi dari hal ini adalah, kita tak bisa leluasa dan nyaman untuk menjalankan ibadah. Sebab sesuai dengan peraturan yang berlaku, kita tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan yang bersifat mengumpulkan  massa, termasuk beribadah di masjid atau mushalla.

Kalaupun ada daerah-daerah tertentu yang tetap membolehkan beribadah di masjid namun dengan catatan harus mengikuti protokoler kesehatan yang lumayan ribet. Memasuki masjid harus cuci tangan dulu, membawa sajadah sendiri, sof harus berjarak dan bermasker pula.

Bagi daerah zona merah akan lebih menyedihkan lagi. Semua aktivitas dilakukan di rumah. Belajar dan bekerja dari rumah, demikian juga beribadah hanya bisa dilakukan di rumah.

Nuansa ramadhan yang dulu kental kita rasakan tahun ini tinggal kenangan.

Meskipun di daerah tempat tinggal saya tidak diberlakukan PSBB namun nuansa ramadhan tidak seindah dan semeriah dulu. Saya pun menjalankan shalat tarawih dan shalat fardhu di rumah bersama keluarga.

Berbicara masalah kesulitan dalam menjalankan ibadah puasa tahun ini, untuk saya pribadi Alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. 

Menahan lapar dan dahaga sudah menjadi ritual keagamaan yang setiap tahun rutin dilakukan. Kadang juga mengerjakan puasa sunnah senin dan kamis meskipun belum istiqomah.

Namun bagi orang lain, atau keluarga lain bisa saja ramadhan tahun ini begitu menyedihkan dan momen-momen sulit bagi mereka yang terdampak Covid 19, saya bisa merasakannya.

Banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan, dengan kemampuan ekonomi yang pas-pasan maka keadaan ramadhan tahun ini akan semakin parah bahkan lumpuh. 

Untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sudah susah, apalagi harus beli quota internet untuk pembelajaran daring bagi anaknya.

Belum lagi kalau ada anggota keluarga yang sakit. Ya kalau punya kartu BPJS gratis, kalau tidak, maka lengkaplah penderitaan mereka.

Itulah gambaran kesulitan bagi mereka yang taraf ekonominya di ambang bawah. Dan ramadhan kali ini mereka jalani dengan penuh kesedihan. Benar-benar momen tersulit.

Mengenai rasa simpati kepada mereka, tidak akan saya bahas pada tulisan ini ya, Insya Allah semoga ada kesempatan, akan saya bahas pada event samber hari berikutnya.

Khusus pribadi saya, momen-momen tersulit dalam menjalankan puasa tahun ini, tak berbeda jauh dengan tahun-tahun lalu. Cuma karena kondisi sekarang beda, lebih terasa berat.

Sebagaimana saya katakan tadi, tentang menahan lapar dan dahaga sudah biasa. Tapi yang paling sulit adalah:

1. Menjaga lisan dan hati

Menjaga lisan dan hati sangatlah susah. Apalagi kalau kita terpancing percakapan dari teman. Bawaannya ikutan terus.

Misalnya ada teman yang membicarakan kejelekan orang lain dan memang pembicaraannya benar,  bawaanya kepo dan ikut nimbrung. Padahal jelas-jelas dilarang oleh agama. Astaghfirullah.

Selain itu, seiring dengan perkembangan media sosial yang semakin maju, komunikasi digitalpun semakin dibutuhkan. Smart phone adalah benda yang bisa dibilang pasangan kedua kita, bahkan keberadaanya sering menggeser posisi pasangan utama kita

Hampir seluruh waktu kita habiskan untuk mengoperasikan smart phone ini. Komunikasi lewat WhatsApp salah satunya. Sering tangan kita terkilir untuk menuangkan kalimat-kalimat yang tak pantas bahkan menyakiti hati orang lain. Saling serang dan saling balas menyakiti, sudah menjadi hal yang biasa, meskipun kita sadar bahwa itu adalah dosa.

2. Gampang tergoda untuk belanja, meskipun tidak sampai kalap mata

Tak bisa dipungkiri, bagi kaum hawa belanja merupakan hobby. Apalagi kalau ada harga murah dan diskon. Ditambah lagi baru menerima uang gaji atau dapat arisan.

Dengan dalih mumpung ada rezeki, untuk meningkatkan imun keluarga, agar anak-anak tambah semangat berpuasa, nanti sebagian untuk dibagikan kepada tetangga yang susah, kaum hawa sering menggunakan uangnya untuk beli makanan yang banyak.

Tentang belanja baju lebaran atau belanja barang-barang lainnyapun demikian. Ada saja dalihnya, mumpung diskon, barangnya bagus, kalau tidak mau lebaran kan nggak beli baju dst.

Mungkin itu sih  momen-momen tersulit yang saya alami, hal ini juga dialami sebagian teman-teman saya, karena aku sempat chat mereka sebelum nulis tema ini. Ternyata kurang lebih sama yang kita rasakan.

Semoga ramadhan tahun ini, khususnya saya pribadi, pun  para pembaca, semakin bisa menjaga lisan dan hati. Pun tidak berbelanja dengan jumlah yang berlebihan.

Semoga ramadhan tahun ini, bisa kita jadikan momentum instropeksi diri untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamiin.

Semoga bermanfaat.

Siti Nazarotin
Blitar, 5 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun