Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

(21) Bilakah Saya Sombong?

12 April 2023   09:27 Diperbarui: 12 April 2023   09:59 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(21) Bilakah Saya Sombong?
Ilustrasi Supartono JW


Tidak sombong itu: tahu diri, rendah hati. 

(Supartono JW.Ramadan21.1444H.12042023)

Alhamdulilah, fase 10 hari kedua sudah kita lewati, kini umat muslim memasuki fase 10 hari ketiga bulan Ramadhan/Ramadan 1444 Hijriah.

Amal dan lailatul qadar

Artikel ini saya berikan judul "Bilakah Saya Sombong". Tujuan utamanya adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri, agar saya tidak melakukan sikap sombong. Bilakah artinya kapan.  Jadi, selama ini, kapan, secara sadar dan tidak sadar, tentu ada sikap sombong yang saya lakukan. Dan, semoga juga dapat bermanfaat bagi pembaca untuk instrospeksi dan merefleksi diri dari sikap sombong. Diksi "Saya" maksudnya adalah saya dan saya-saya yang lain (kita).

Di hari ke-21 ibadah Ramadan, fase 10 hari terakhir ketiga, yaitu pembebasan dari api neraka, akan menjadi tonggak bagi kita semua, apakah akan dapat melalui fase ini dengan benar dan baik.
Pasalnya, di hari- hari terakhir ini umat Islam dijanjikan terbebas dari api neraka dengan amalan-amalannya. 

Sementara, amal perbuatan saya, kita, tergantung pada apa saja yang di lakukan selama massa penutupan. Sepuluh hari terakhir ramadan juga diyakini sebagai datangnya lailatul qadar.  

As-Salam dalam Menuai Hikmah Ramadhan dan Keistimewaan Lailatul Qadar (2011) menjelaskan, kata lail atau lailah memiliki arti 'malam hari'. Sementara itu, qadar bisa merujuk pada 'ukuran' atau 'ketetapan'.

Ditinjau secara etimologis, lailatul qadar dapat didefinisikan sebagai 'malam ketika Allah menetapkan perjalanan hidup manusia'. Secara terminologis, pengertian lailatul qadar adalah 'malam yang agung' ataupun 'malam yang mulia'.

Mengutip dari buku Fiqih Wanita karya M. Abdul Ghoffar, malam lailatul qadar jatuh pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Tepatnya, lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil di bulan tersebut, yakni malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan. Di anatara dasarnya adalah ada dalam hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadan."

Sombong, kesombongan

Terkait dengan pembebasan dari api neraka, sebenarnya apa maksudnya?Menurut hadist qudsi yang dimaksud api neraka dapat diartikan atau dimaknai sebagai api kesombongan.

Sombong dan kesombongan ini, dilakukan oleh manusia, ada yang dengan kesadaran. Ada yang tanpa disadari. Di antaranya: kesombongan karena ilmu yang dimiliki, usia yang lebih matang atau tua, jabatan yang mentereng, kekayaan yang melimpah, bahkan kebodohan pun ada manusia yang menyombongkan diri.

Kendati kesombongan yang hanya sebesar biji sawi (sangat kecil), maka surga tidak layak bagi manusia yang melakukannya dan mustahil dapat melepaskan diri dari api neraka, karena api kesombongan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sombong memiliki arti menghargai diri secara berlebihan, meninggikan diri, congkak, dan pongah. Sombong memiliki konotasi negatif yang dihubungkan dengan tabiat seseorang yang buruk.

Lalu, kesombongan adalah hal (sifat dan sebagainya) sombong, keangkuhan, kecongkakan, takabur, pongah.

Kesombongan sudah pasti akan merugikan diri sendiri, terlebih terkait fase 10 hari ketiga Ramadan ini. Dan, kesombongan juga akan melukai atau menyakiti orang lain.

Sadarkah saya, kita, selama ini sudah termasuk menjadi orang yang sombong, hidup penuh kesombongan? Sebab, banyak hal yang saya, kita, lakukan/perbuat melampaui batas?

Dari berbagai literasi, seperti apa, deskripsi orang yang sombong dan melakukan kesombongan?

(1) Selalu merasa benar. Selalu merasa benar, termasuk ciri-ciri sombong. Orang yang sombong biasanya akan merasa dirinya paling benar dan mau menang sendiri, pada hal-hal sepele sekalipun.
Sementara orang lain dianggap kecil dan tak mampu berbuat apa pun. Bahkan di matanya, orang lain selalu berbuat salah.
(2) Menyepelekan orang lain. Menyepelekan atau meremehkan orang lain seperti perilaku tak acuh, malas mendengarkan orang, tidak mengapresiasi keberhasilan atau pencapaian orang lain, dan sebagainya.

Hal tersebut sangat tidak terpuji, merugikan diri dan orang lain. Sebab, termasuk sombong dan tentu akan ada balasan dan karma bagi yang bersikap demikian.
(3) Haus pujian. Orang yang sombong akan selalu mencari cara agar terus dipuji atau dielu-elukan. Bahkan, tidak segan menjatuhkan orang lain demi mendapat pujian dan pengakuan oleh orang sekitarnya. Jahat sekali.
(4) Tidak suka dinasihati. Bila mau menerima masukan dan nasihat adalah ciri orang yang rendah hati. Maka, orang sombong tidak suka apabila diberi nasihat oleh orang lain atau pihak lain. Bahkan cenderung menolak dan melawan, karena merasa dirinya lebih tahu dibandingkan orang lain atau pihak lain.
(5) Membicarakan diri sendiri. Suka membicarakan diri sendiri. Apa pun topik yang dibicarakan bersama orang lain, orang sombong, ujung-ujungnya akan cenderung mengarahkan topik dan membahas tentang diri sendiri. Pamer prestasi, kehebatan, pencapaian dalam hidupnya, rencana-rencana dan programnya, meski orang lain atau pihak tidak bertanya atau membahasnya.
(6) Hobi pamer. Hobi pamer ini, setali tiga uang dengan membicarakan diri sendiri. Sebab, sikapnya sama. Tambahannya adalah gemar pamer harta, kemewahan, status, atau kelebihan diri. Ada yang melakukan dengan tidak sadar. Ada yang dengan sadar melakukan pamer.

Di zaman media sosial (medsos) sekarang ini, semakin mudah orang-orang untuk menunjukkan kelebihan diri pada banyak orang. Bila melakukannya satu-dua kali saja tetap disebut pamer. Apalagi sering, tentu membuat orang di sekitarmu tidak nyaman.

(7) Bersikap kasar. Praktik sombong, dan kesombongan, pada kenyataannya sering disertai dengan sikap yang kasar. Sikap yang kasar mudah diidentifikasi saat melakukan berkomunikasi memberikan pendapat, disertai perilaku yang tidak sopan, membentak, menghina, dan sebagainya. Mirisnya, orang yang sombong itu, biasanya, percaya bahwa dirinya lebih spesial dari orang lain. Sehingga tidak peka terhadap perasaan atau kebutuhan orang lain.

Pada akhirnya, sombong dan kesombongan membentuk karakter manusia yang tidak tahu diri, tidak tahu malu, tidak peduli, tidak punya sempati-empati, tidak santun, individualis, egois, dan tidak rendah hati.

Tanda-tanda

Selain sikap/karakter sombong yang menjadi kesombongan, untuk terbebas dari api neraka, secara umum tanda-tandanya adalah:
(1) Tauhid. Tauhid adalah menjadikan Allah satu-satunya yang disembah. Tauhid menjadi jaminan seseorang mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT.
(2) Memperbanyak amal saleh. Amal saleh adalah perbuatan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan baik terhadap sesama manusia dengan ikhlas, tidak riya (pamer).
(3) Amalan besar yang dapat membebasakan diri kita dari neraka yaitu tobat dan istighfar. Tobat adalah sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan, kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar, jera (tidak akan berbuat lagi. Dan, Istigfar adalah permohonan ampun kepada Allah.

Berkah Ramadhan di Indonesia

Sebelum hari ke-21, sejatinya, masyarakat Indonesia sudah ditunjukkan sikap dan perbuatan dari orang-orang yang memiliki ciri-ciri sombong dan melakukan kesombongan, mulai dari rakyat jelata sampai orang-orang yang merasa atau dianggap golongan elite di negeri ini.

Sebagai contoh, kasus pembatalan Piala Dunia U-20 yang pada akhirnya Indonesia tidak dihukum berat oleh FIFA. Di dalamnya ada ulah dari orang yang sombong dan melakukan kesombongan, tetapi yang dimenangkan olehNya, tetap yang rendah hati.

Berikutnya, betapa mudahnya, Allah memiskinkan harta orang melalui tangan-tangan manusia juga. Sebab, orang yang kaya harta tersebut, keluarganya telah sembong dan melakukan kesombongan di atas harta yang bukan haknya. 

Contoh lainnya, banyak. Namun, yang pasti, orang-orang yang melakukan kesombongan tentu adalah bagian dari orang-orang yang lemah tauhidnya, tidak melakukan amal saleh dengan benar baik, tidak ikhlas, malah riya (pamer), dan jauh dari perbuatan tobat dan istigfar.

Semoga, saya, kita, menjadi bagian dari orang-orang yang tahu diri, rendah hati karena tauhidnya, amalan salehnya, tobatnya, dan istigfarnya. Aamiin.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun