(24) Remedial Diri: Perilaku di Kehidupan Nyata, Fitur Centang WA, dan Menjadi Anggota Grup WA
Tetapi kehidupan duniawi, kursi tahta, kedudukan, kekuasaan tetap prioritas dalam hidupnya. Padahal, saat meninggal, apakah semua itu akan di bawa? Hanya kain kafan yang membungkus jasad kita nanti, masuk ke liang kubur dan amalan benar dan baik kita di dunia untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Perilaku menggunakan WA
Atas keteladan bermedia sosial khususnya twitter yang saya sebut masih barbar dari individu yang dijadikan ujung tombak kepentingan pihak tertentu, masyarakat Indonesia pun ikut-ikutan gagal mempraktikkan dirinya dalam kehidupan nyata, yang dapat dinilai rapornya dalam menggunakan medsos bernama WA baik saat menggunakan WA secara pribadi sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Mau pun saat menjadi anggota Grup WA.
Sebagai pengguna WA pribadi, bila diukur dari sudut manusia sebagai mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial. Lalu, apakah cerdas spiritualnya, emosional, dan intelektualnya, mudah diidentifikasi.
Semisal, apakah fitur WAnya menggunakan centang biru atau tidak. Apakah cepat merespon saat di chat atau di telepon. Bagaimana bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik dalam chat atau telepon atau bagaimana bahasa tubuhnya saat video call (VC), apakah sesuai dengan situasi, kondisi, tema, kebutuhan, dll.
Sementara, saat menjadi anggota Grup WA. terlebih sekarang sudah menjadi sarana komunikasi paling efektif bagi manusia untuk memudahkan dalam hubungan pekerjaan, kekeluargaan, perkumpulan, kemasyarakatan, dll.
Banyak anggota Grup yang bisa dikatakan sudah mati pikiran dan mati hati. Tidak peduli dan tidak tahu malu, tidak tahu diri, karena berada di Grup WA, yang bersangkutan ternyata tidak menghargai, tidak menghormati, tidak merespon/tidak mendukung/tidak mengkritik/tidak memberi masukan/saran dll.
Tidak peduli apa yang sedang dibicarakan dalam Grup yang sangat penting. Padahal, ada ikrar atau perjanjian awal di setiap Grup WA yang dibuat. Apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan lainnya, hingga Grup WA dibuat.
Sebagai contoh, ada Grup WA yang dibuat, lalu dijelaskan apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan kepentingan Grup WA tersebut dibuat, hingga saya setuju masuk ke dalam Grup tersebut.
Atau saya sendiri yang membuat Grup WA dan menjadi admin Grup, saat memasukan anggota pun, saya menjelaskan apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan kepentingan Grup WA saya buat.
Sebab, saat seseorang setuju namanya masuk dan menjadi bagian dari Grup WA, maka harus siap menjadi bagian Grup yang "aktif" merespon apa pun informasi dan komunikasi yang disampaikan di dalam Grup.