Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

1445 H (28) Antara Dana Operasional, Pandai Bersyukur, Sensitif, dan Amanah

7 April 2024   07:08 Diperbarui: 7 April 2024   09:07 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1445 H (28) Antara Dana Operasional, Pandai Bersyukur, Sensitif, dan Amanah
Ilustrasi Supartono JW


Peka terhadap perasaan emosional dan lingkungan sekitar. Dapat merespons dengan intensitas yang lebih besar terhadap perasaan emosional dan  lingkungan sekitar dari suara orang lain, suara rakyat, maka Anda sensitif.

(Supartono JW.07042024)

------

RAKYAT yang IKHLAS MEMBANTU MASYARAKAT DALAM BERBAGAI KEGIATAN untuk MASYARAKAT SAJA, RELA MENGGUNAKAN DANA PRIBADI, BAHKAN SAMPAI HUTANG, DEMI MENUTUP DANA OPERASIONAL dan DANA untuk PROGRAM KEGIATAN KEMASYARAKATAN di BERBAGAI BIDANG, DAPAT DIJALANKAN. MENGAPA ORANG yang SEHARUSNYA AMANAH, UANG RAKYAT JUSTRU DIGUNAKAN untuk KEPENTINGAN PRIBADI DLL?

-------

Ibadah Ramadan 1445 Hijriah di Indonesia sudah masuk hari ke-28 atau ke-27. Tetapi sampai hari ini, pikiran saya masih terganjal oleh kisah dana operasional Presiden yang dipaparkan oleh Menteri Keuangan RI di Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) Jumat (5/4/2024).

Apa itu dana operasional?
Dalam KBBI, disebutkan bahwa dana merupakan uang yang disediakan untuk suatu keperluann biaya. Biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan, mendirikan, atau melakukan sesuatu.

Sementara operasional adalah secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan operasi, operasi yang didasarkan pada aturan, operasi yang sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah. Dan, operasi  salah satu maknanya adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan.

Prihatin, pilu

Jujur, saat saya tahu, Presiden RI bukan hanya menggunakan bansos, tetapi juga menggunakan dana operasional, yang sama-sama uang dari rakyat untuk dibagi-bagi ke rakyat jelang masa pencoblosan Pilpres 2024, ini sangat memprihatinkan, bahkan bagi saya memilukan.

Bila Mahkamah Konstitusi (MK) tidak memanggil empat menteri Jokowi, maka sebagian masyarakat yang selama ini tahunya, Presiden ikut cawe-cawe Pilpres dengan bansos dan ada dugaan TSM, maka masyarakat dan kita semua, tentu tidak akan tahu. Bahwa ternyata, Jokowi juga menggunakan dana operasional untuk di bagi ke rakyat, di situasi sensitif jelang Pilpres.

Semua akademisi yang menggunakan hati nuraninya dan orang-orang cerdas pikiran dan kaya hati di negeri ini pun, tahu bahwa itu perbuatan yang tidak etik dan tidak bermoral.

Saya, sebagai rakyat jelata, yang mencoba ikut andil mendirikan wadah kegiatan untuk masyarakat negeri ini, Indonesia, dalam bentuk kegiatan olah raga. Sudah berjalan lebih dari seperempat abad. Sebab bentuk wadahnya hanya kekeluargaan, bukan PT atau Yayasan, maka bicara tentang biaya operasional, demi roda kegiatan dan program-programnya dapat dijalankan, bagi saya sangat sulit untuk mendapatkannya.

Setiap waktu, menjadi sangat melelahkan pikiran dan hati, karena jangankan memiliki cukup anggaran untuk menjalankan program-program wadah saya ini. Untuk biaya operasional saja, tidak punya. Karena iuran dari anggota tidak lancar. Donatur terbatas. Sponsor pun susah didapat. Berharap sama pemerintah, daerah/pusat? Meski berbagai jalan di tempuh. Hasilnya utopia.

Meski begitu, karena wadah kegiatan kekeluargaan saya dirikan dengan niat ikhlas membantu masyarakat, sesulit apa pun anggaran saya dapatkan, kegiatan yang saya tekuni sudah melampaui seperempat abad, hingga saat ini masih saya gulirkan, menyisihkan pendapatan pribadi, jalan hutang ke pihak bank mau pun kepada orang baik pun saya lakukan demi dana operasional hingga jalankan program-program.

Saya pun tahu, ada berapa banyak wadah kegiatan masyarakat untuk membantu negeri ini di berbagai bidang, tetapi juga kesulitan dalam biaya operasional.

Ada yang mengubahnya menjadi berbadan hukum seperti PT atau Yayasan, tetapi tetap saja tidak mudah untuk mereka sekadar bertahan, sebab, tetap kesulitan dalam memperoleh dana untuk biaya operasional.

Lihatlah, keberadaan wadah-wadah yang justru lebih berperan membentuk karakter dan budi pekerti masyarakat di banding instansi atau institusi formal yang memiliki anggaran dari uang rakyat bukan sekadar biaya operasional, tapi juga biaya untuk program-programnya.

Wadah-wadah itu, tidak memiliki akses untuk mendapat anggaran biaya operasional mau pun biaya untuk program-programnya dari uang rakyat yang dikelola oleh pemerintah.

Bahkan, rumah-rumah Ibadah, biaya, rumah-rumah yatim piatu, biaya operasionalnya pun bergantung kepada infak, donasi, atau dari orang baik.

Tetapi, ternyata, di negeri ini, ada dana operasonal yang jumlahnya miliaran, dari uang rakyat, justru digunakan untuk kepentingan pribadinya.

Tidak bersyukur, tidak sensitif

Seharusnya, bila tahu betapa banyak wadah-wadah di Indonesia yang kesulitan dana operasional dan dan untuk program-programnya, bersyukurlah bagi siapa pun yang diberikan amanah menjalankan kegiatan atau pekerjaan apa pun, di bidang apa pun, untuk pelaksanaan programnya sudah tersedia atau sudah memiliki dana operasional dan biaya lainnya. Yang tinggal pakai.

Lebih dari itu, dana operasional yang didapat dari rakyat, justru dipakai untuk kepentingan pribadi dan atas nama pribadi. Pakai foto pribadi, bukan foto rakyat. Sudah menjelang fase 10 hari terakhir Ramadan, tidak ada berubahnya. Tetap membagi dengan model dan cara yang sama.

Jadilah orang atau pribadi yang pandai bersyukur dan sensitif. Memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap rangsangan emosional dan lingkungan sekitarnya. Maka dapat merespons dengan intensitas yang lebih besar terhadap perasaan dan suara orang lain, suara rakyat.

Semoga, orang-orang yang tidak pandai bersyukur, tidak sensitif, tidak amanah, segera mendapat hidayah. Hingga diujung ibadah Ramadan 1445 Hijriah ini, tetap mendapatkan rida, rahmat, berkah, ampunan, dan di jauhkan dari api neraka-Nya. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun