Belanja Kado Lebaran di Mana? Untuk Siapa?
Rasulullah yang mulia pernah bersabda:Tahaduu Takhabbu...
"Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai"
Seremeh apapun, semoga kita bisa saling memberi hadiah. Entah berupa masakan hasil kreasi kita atau hadiah uang atau dengan cara memberikan barang-barang yang bermanfaat. Tidak harus mahal, yang penting kan semangat memberinya itu.
Beli kadonya pun bisa dimana saja. Bisa online ataupun offline. Tergantung situasi masing-masing. Tidak ada diantara keduanya (online/offline) yang merupakan pilihan terbaik. Meskipun di kondisi pandemi seperti ini.
Belanja Online
Saat Corona mewabah dan aturan social distancing diterapkan, belanja online bisa menjadi pilihan. Dengan belanja online, interaksi face to face kita dengan orang lain bisa diminimalkan. Sehingga rantai penyebaran virus corona bisa semakin mudah diputus.
Kita hanya perlu pesan kado ke penjual online. Kita transfer uangnya. Kado lebaran bisa langsung dikirim ke penerimanya.
Jika beli kado online, kita prioritaskan beli di teman sendiri yang kelihatannya bukan sebagai pedagang besar. Mengapa? Ya untuk membantu menghidupkan bisnisnya. Yang bisa jadi, dari hasil jualan online-nya itu, targetnya hanya agar dapurnya tetap mengepul. Itu saja.
Bukankah banyak diantara teman kita yang sering posting jualannya? Nah, jika barang yang dijual cocok untuk dijadikan kado lebaran, kita bisa beli disana.
Belanja Offline
Meski ada wabah corona, tapi banyak orang yang tetap keluar. Untuk pergi berbelanja.
Tadi malam saya belanja ke 2 swalayan di Pare Kediri, namanya Swalayan TOP dan Swalayan Dynasty. Keduanya swalayan besar. Biasanya, swalayannya selalu ramai. Menjadi jujugan orang-orang yang beli grosir.
Saya pergi dengan tetap menerapkan aturan social distancing. Masuk ke swalayan dengan bermasker. Jaga jarak saat di kasir atau di antrian pembelian telur. Jarak trolley antara 1 dan yang lain harus 1 meter. Masuk dan keluar swalayan harus cuci tangan. Lengkap dengan pemeriksaan suhu tubuh.
Situasi di swalayan tadi malam termasuk sepi. Untuk ukuran swalayan besar di bulan Ramadhan, ya. Karena biasanya, di bulan Ramadhan yang sebelumnya, situasinya selalu rame. Apalagi semakin mendekati hari raya yang kurang dari 10 hari.
Tampak kue kue lebaran berjejer rapi. Juga banyak aneka parcel beraneka warna dan harga. Item barang yang biasanya dijadikan kado lebaran untuk atasan dan mitra bisnis.
Saat melihat kondisi swalayan yang sepi begini, saya berpikir, jika harus beli kado lebaran, mending saya belinya offline saja. Hitung-hitung saya nglarisi dagangan mereka. Ya, nggak?
Kado Lebaran Untuk Siapa?
Terlepas dari pro kotra belanja kado lebaran online atau offline, saya justru tertarik membahas pertanyaan: kado lebaran itu untuk siapa?
Saya tahu, kepada siapa kado itu akan diberikan adalah hak prerogatif pemberi kado. Entah kepada orang tuanya, bosnya, rekan bisnisnya, atau juga kepada kerabatnya. Terserah.
Tapi, jika boleh menyarankan, di situasi seperti sekarang ini, seyogyanya daftar penerima hadiah diganti saja.
Jika awalnya kado lebaran berharga ratusan ribu bahkan sampai jutaan ditujukan untuk bos di kantor, mending dialihkan saja budgetnya. Dialihkannya ke orang-orang yang saat ini mengalami kesusahan karena terdampak corona. Setelah dikonversikan ke sembako.
Misalnya, 1 parcel yang berisi makanan ringan sederhana dibandrol 500 ribu. Ditujukan untuk bos di kantor. Jika dikonversikan ke paket sembako masing-masing bernilai 150 ribu, berarti sudah dapat 3 parcel. Ada 3 orang yang sangat membutuhkan yang menerimanya.
Atau jika ada rencana memberi hadiah lebaran ke mitra bisnis berupa batik premium seharga 1.5 juta, alangkah lebih baik budget tersebut dialihkan untuk beli paket sembako sebanyak 10 paket. Diberikan ke orang-orang tidak mampu. Lebih bermanfaat sepertinya.
Betul tidak?