ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/
Minimalis atau Kolektor
Kolektor ?
Hah... boro-boro jadi kolektor, punya satu barang aja harus nabung dulu untuk mendapatkannya ( kasihan ya..) abis itu cepet bosen pula....
Begitulah aku, yang dari kecil tak pernah menyukai sesuatu sampai segitunya. Paling-paling punya satu dengan fungsi yang sama bisa dipakai selamanya, sampai barang rusak bener-bener tak bisa digunakan.
Minimalisme, apakah itu ?
Adalah sebuah gaya hidup sederhana, tidak berlebihan, lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Hidup tanpa kehedonan, semua serba simple dan sedikit. Beberapa tahun terakhir ini gerakan hidup minimalis mulai diterapkan dan disukai banyak orang. Dengan hidup minimalis seseorang mengurangi ikatan dan ketergantungan dengan harta duniawi, yakni minimalisme. Marie Kondo dengan metode KonMari menjadi panutan gaya hidup minimalis yang makin populer ini.
Gaya hidup yang sederhana ini dulu pun dicontohkan oleh Rasulullah, walaupun sebagai pemimpin beliau bisa mengumpulkan harta dengan kekuasaannya, namun Rasulullah memilih hidup serba sederhana. Mulai dari pakaian, tempat tinggal sampai makanan. Jadi apa salahnya kita meniru beliau, yang tidak mencintai harta duniawi secara berlebihan. Karena dunia sifatnya sementara, yang abadi adalah kelak pada kehidupan setelah kematian di alam Barsah. Begitu sederhananya Nabi Muhammad SAW, sampai akhir hayat beliau tidak pernah menikmati roti sampai kenyang. Bahkan keluarga Nabi Muhammad SAW pernah selama sebulan tidak memasak apapun, hanya mengkonsumsi kurma dan air. Namun beliau tak berat hati memberikan apapun yang dimilikinya kepada orang lain. Pakaian yang dikenakan satu-satunya pun diberikan kepada orang lain yang memintanya. Beliau juga tidur hanya beralaskan tikar yang sederhana.
Kembali kepada gaya hidup minimalis, sebuah gaya hidup yang hanya memenuhi kebutuhan dasar dan membiasakan diri tidak mencintai barang secara berlebihan. Sehingga gaya hidup ini mengajarkan kita untuk lebih ikhlas dan bersyukur dalam hidup.
Gaya hidup minimalis sangat bertolak belakang dengan para pecinta koleksi, karena seorang minimalis hanya membutuhkan barang-barang yang dipakai saja dalam jumlah yang minimal, satu, dua atau tiga barang saja. Seorang minimalis tak mempunyai hasrat membeli barang- barang yang hanya untuk 'pajangan' saja. Sehingga seorang minimalis mempunyai ruang yang lebih lega, tidak memerlukan banyak tenaga dan biaya untuk merawat barang-barangnya sehingga energinya bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih berguna.
Dengan hidup minimalis hidup menjadi lega, rumah tidak dipenuhi tumpukan barang yang hanya sebagai 'pajangan' saja, barang-barang yang dipunyai benar-benar hanya barang yang dibutuhkan , misalnya saja mengoleksi peralatan yang mahal-mahal. Bagi aku biar saja punya beberapa potong baju, asal kita bisa berkreasi memadupadakan dan merawat dengan baik agar barang awet . Misalnya. kalau terpaksa pingin beli baju lagi sebaiknya kita pilihin lagi baju-baju yang lama tidak dipakai untuk dihibahkan pada orang lain, pilih baju yang bisa dipakai untuk segala suasana dengan sedikit modifikasi biar tidak bosan.
Demikian juga dengan sepatu yang kita miliki, pilihlah sepatu yang bisa dipakai untuk segala suasana. Jadi kamu hanya perlu dua, atau 3 pasang sepatu saja. Sepatu kasual , heels atau wedges dan flat shoes yang sudah bisa mewakili pemakaianya dalam segala susana. Pokoknya pilih barang yang berkualitas dan fleksibel sehingga awet dan bisa dipakai berbagai macam keperluan.
Hidup minimalis membuat kita menjadi lebih hemat dan keuangan menjadi lebih sehat, karena tak lagi berhasrat mengoleksi barang , tidak lagi tergoda dengan aneka diskon dan sale dan juga mengurangi biaya untuk merawat barang-barang tersebut. Sehingga uang yang ada bisa kita alihkan untuk investasi jangka panjang, misalnya untuk membeli emas, ditabung untuk membeli barang yang berharga mahal, seperi tanah dan rumah. Dan yang tak kalah pentingnya uang bisa kita pakai untuk investari akherat dengan banyak beramal dan bersedekah.
Semakin sedikit barang, kita semakin punya banyak waktu untuk merawat barang-barang yang kita punya sehingga akan menjadi awet, tidak perlu membeli barang lagi yang berarti pula kita bisa meninimalkan sampah. Kita bisa lebih memanfaatkan waktu serta memberikan prioritas terhadap hal-hal yang memiliki urgensi tinggi. Pola hidup lebih teratur karena menata rumah menjadi lebih singkat, waktu yang ada bisa digunakan untuk lebih tekun beribadah atau menjalani hobi hingga upgrade skill daripada berkutat dengan barang-barang koleksi saja.
Konsep hidup minimalis juga menjadikan pikiran lebih tenang dan nyaman, karena kita akan merasa cukup dengan barang yang kita miliki, tidak terobsesi untuk mengikuti gengsi yang dibentuk lingkungan.
Bagaimana, kamu pilih hidup dengan koleksimu, atau memulai gaya hidup minimalis. Semua itu pilihan tergantung pada dirimu sendiri.
Kalau saya sih, pilih big No... untuk mengoleksi sesuatu, apalagi usia saya sudah tak muda lagi. Harus punya banyak waktu untuk menikmati hidup dan untuk beribadah dari pada sekedar merawar barang yang kelak kalau saya mati tidak bisa saya bawa dan tidak bisa menolong saya di akherat kelak. yang ada justru kita dimintai pertanggung-jawaban pada barang-barang yang kita miliki dan asal kita mempunyai barang tersebut.
Seingatku, koleksi yang pernah aku lakukan hanya koleksi perangko saja, itu pun tak berlangsung lama setelah bosan perangko-perangko itu saya berikan pada orang lain.
Semoga tulisan ini bermanfaat, bisa menjadi pilihan gaya hidup kamu.
Kudus, 5 Mei 2021
Salam hangat,
Sri Subekti Astadi