Sudomo
Sudomo Guru

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Fiksi Humor Ramadan: Raksasa Takut Batal Puasa

12 April 2023   18:06 Diperbarui: 12 April 2023   18:18 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksi Humor Ramadan: Raksasa Takut Batal Puasa
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Aku lapar!"

Terdengar suara berat di tengah hutan. Suara itu memecah kesunyian. Sekali lagi terdengar dan terdengar lagi. Demikian seterusnya hingga mengejutkan seorang nenek. 

Nenek itu bernama, Mbok Ronda Semalam. Demi mendengar suara itu, Mbok Ronda langsung terduduk. 

Dia hafal betul dengan suara itu. Pemilik suara itu adalah Botu Jo'i. Seorang raksasa yang terkenal suka mengganggu penduduk desa. 

Mbok Ronda mendadak lemas. Dia pun terduduk di akar besar sebatang pohon. Tak lama kemudian, Botu Jo'i sudah berdiri di hadapannya. 

"Hai, Nenek Tua!"

Suara Botu Jo'i memaksa Mbok Ronda menengadah. Dia terkejut melihat penampilan si raksasa. Tidak seperti sebelumnya, kali ini si raksasa berubah total. 

Mbok Ronda pun tersenyum. Dia sama sekali tidak menyangka melihat penampilan baru raksasa. Jubah panjang menutup seluruh kulit tubuhnya. 

Debar jantung Mbok Ronda kali ini lebih teratur. Dia pun mencoba berdiri tepat di depan raksasa. Dia ingin mengusap matanya untuk memastikan tidak salah lihat. 

"Ini beneran kamu, Raksasa?" tanya Mbok Ronda sambil berusaha menyentuh baju raksasa. 

Tangan besar raksasa itu menepisnya keras. Sekali tepis, Mbok Ronda terpelanting. Seketika Mbok Ronda terjerembab di kaki raksasa. 

"Kamu enggak usah sok ikrib, deh, Nenek Tua! Cepat serahkan anakmu Tumin Mas!" kata raksasa setengah berteriak sambil menarik tubuh Mbok Ronda. 

Sekali sentak, Mbok Ronda terjatuh. Namun, Mbok Ronda berhasil bangkit kembali. 

"Untung lagi puasa. Coba enggak, udah kuhajar kau, Raksasa!" batin Mbok Ronda. 

Raksasa menyeringai memamerkan giginya yang telah dipasangi behel. Setelah itu, tawa pun meledak. 

"Ha ha ha... Nenek tua! Cepat serahkan anakmu!" kata raksasa sambil menggulung lengan baju panjangnya. 

Mbok Ronda agak mundur beberapa langkah. Sepasang matanya menatap tajam jam mahal di tangan raksasa. 

"Puasa-puasa, kok, ya, masih aja flexing! Dasar raksasa! Cuih!" kata Mbok Ronda sambil meludah. 

Raksasa membelalakkan mata sambil bertanya, "Apa kamu bilang, Nenek Tua?! Flexang flexing kayak kamu enggak aja?!"

Mbok Ronda hanya nyengir. Dia tahu dirinya tidak punya apa-apa untuk dipamerkan. Dia pun mundur dan hendak berlari. 

Namun, tangan raksasa berhasil meraih kepalanya. Seketika lima tusuk konde emas pun berhamburan. 

"Ha ha ha... Tuh, kan?! Apa aku bilang! Ha ha ha... " kata raksasa sambil melepaskan Mbok Ronda. 

"Di mana anakmu sekarang? Aku lapar ini!" 

Kali ini Mbok Ronda menyerah. Dia bersimpuh di hadapan raksasa. Dia mengatakan anak dalam biji timun yang diberikan raksasa telah menjadi gadis kecil. 

Raksasa menjadi tidak sabar. Dia pun menarik Mbok Ronda mengajak pulang menjemput Tumin Mas. 

"Jangan, Raksasa! Dia masih terlalu kecil. Dagingnya belum enak. Tunggu deh dulu sampai Tumin Mas tujuh belas tahun," kata Mbok Ronda mengiba. 

Raksasa kembali membelalakkan mata, "Bah! Lama kali, lah!"

Mbok Ronda pun tidak kehilangan akal. Dia menyerahkan diri pada raksasa. 

"Raksasa gini aja, deh. Biarin Tumin Mas hidup. Kamu makan aku aja. Capek aku. Udah flexing perhiasan emas eh enggak ada yang laporin!" kata Mbok Ronda kemudian. 

Raksasa terbahak-bahak kemudian berkata, "Apa?! Memakanmu? Ogah! Batal puasaku entar!"

"Emang... Emang... Kamu puasa, Raksasa?!" tanya Mbok Ronda sambil melotot. 

Raksasa kembali tertawa, "Ya enggaklah. Aku kan sengaja berpenampilan kayak gini dan seolah-olah lagi puasa biar gampang dapet mangsa. Ha ha ha."

Demi melihat raksasa tertawa terpingkal-pingkal, Mbok Ronda bergegas mengambil langkah seribu. Mbok Ronda pun berhasil kabur. 

Setiba di rumah, dia langsung mengajak Tumin Mas pergi sejauh-jauhnya.

Didekonstruksi dari kisah legenda Raksasa dan Timun Mas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun